Setelah menjalani serangkaian seleksi yang cukup ketat, akhirnya tiga mahasiswa FISIPOL UGM, Tauchid Komara Yuda (Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan) Dalias (Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik), dan Faisal Iqbal Tamsil (Jurusan Manajemen Kebijakan Publik), pada 17 – 21 Mei 2016 lalu berhasil menorehkan prestasinya dalam ajang kompetisi bergengsi tingkat nasional tentang inovasi kebijakan publik, di FISIP Universitas Padjajaran.
Kompetisi ini dimulai dari seleksi essay dengan tema Indonesia Rumah Kita yang dilaksanakan serentak dan terbuka bagi mahasiswa S1 ilmu sosial dan ilmu politik se Indonesia, hingga akhirnya terpilih 18 karya, untuk selanjutnya mengikuti tahap seleksi kedua di Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahap kedua ini seluruh tim terpilih ditantang untuk menyusun sebuah paket analisis kebijakan terhadap sebuah kebijakan publik yang telah dibuat oleh Pemerintah RI mengenai tema Pertahanan dan Keamanan Nasional, Toleransi dan Kerukunan Anak Bangsa dan Pendidikan dan Kebudayaan. Seluruh tim kemudian akan diminta memaparkan paket analisis kebijakan itu di hadapan para juri yang telah teruji kepakarannya di bidang kebijakan publik.
Tim UGM pada sesi kedua ini masuk dalam kategori Pertahanan dan Keamanan Nasional yang dibingkai dalam tema “Rumah Kita Aman” dengan mengambil dua judul untuk dipresentasikan yakni, Reinterpretasi Model Implementasi Kebijakan Bela Negara dan Bebas Kunjungan Visa Sebagai Peluang Meningkatkan Pariwisata Berkeadilan. Kedua judul ini harus dikuasai secara matang oleh delegasi, mengingat judul yang akan dipresentasikan hanya baru diketahui pada saat detik-detik menjelang delegasi presentasi. Tim UGM akhirnya mendapat kesempatan untuk mempresentasikan gagasannya soal bebas kunjungan visa yang mereka kaitkan dengan inovasi untuk mengatasi sirkulasi devisa pariwisata di Indonesia yang dianggap belum mensejahterakan masyarakat setempat.
Tim UGM menganalisis bahwa negara tujuan wisata dunia ketiga hanya menerima sekitar 10% keuntungan yang dibelanjakan wisatawan asing, lantaran perputaran keuntungan hanya berputar pada agen travel asing mulai dari transportasi hingga akomodasi lainnya seperti makanan yang menggunakan bahan baku impor. Disisi lain kebijakan bebas visa di diberlakukan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang melambat sejak kuartal 2015 lalu melalui sektor pariwisata. Sehingga ironis, jika kebijakan bebas visa diberlakukan, namun keuntungan masih belum bisa dirasakan oleh masyarakat. Oleh karenanya, Tim UGM mengusulkan semacam regulasi yang memberikan peran dominan bagi masyarakat lokal untuk menjadi investor sekaligus provider sektor pariwisata, salah satunya dengan mekanisme Public Privat Patnership dalam pengelolaan pariwisata. Tidak hanya itu, tim UGM juga memaparkan secara singkat soal potensi merugikanlainnya dari kebijakan bebas visa, termasuk itu potensi merebaknya human trafficking, penyalahgunaan visa kunjungan untuk bekerja, maupun potensi menguntungkan seperti meningkatkan hubungan diplomatik dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Setelah melewati proses tanya jawab dengan dewan juri berikut sanggahan dari peserta lainnya, akhirnya Tim UGM berhasil mempertahankan argumentasinya dan terpilih sebagai juara pertama, disusul Universitas Indonesia menduduki peringkat kedua, dan Universitas Padjajaran diperingkat ketiga.