Tinjauan Kritis Hubungan Internasional di Tengah Pandemi COVID-19

Yogyakarta, 2 Oktober 2020—Dalam rangka pekan pembuka kuliah Magister Ilmu Hubungan Internasional, Program Studi S2 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Institute of International Studies menyambut para mahasiswa barunya dengan menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Tinjauan Kritis Hubungan Internasional di Tengah Pandemi COVID-19”. Dengan menghadirkan empat pembicara dan satu pembicara kunci, kuliah umum ini secara garis besar membicarakan pentingnya ilmu hubungan internasional dalam merespons perubahan di tingkat global yang disebabkan oleh pandemi.

Kuliah umum ini dibuka tepat pukul 08:30 WIB oleh pembawa acara dengan memaparkan aturan, ketentuan, dan susunan acara. Setelah memimpin doa bersama, pembawa acara segera menyerahkan proses berjalannya diskusi pada moderator. Moderator, Dr. Siti Muti’ah Setiawati, M.A., yang adalah Ketua Prodi Magister Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, terlebih dahulu menjelaskan secara singkat maksud diadakannya kuliah umum ini sebelum mempersilakan pembicara kunci untuk menyampaikan materinya.

Pembicara kunci pada kuliah umum ini adalah Dr. Arifi Salman, Konsul Jenderal Indonesia di New York. Membawakan materi bertajuk “Diplomasi di Masa Pandemi”, Arifi banyak menjelaskan mengenai kondisi hubungan antarnegara pada masa pandemi saat ini dan posisi Indonesia dalam hubungan-hubungan tersebut, baik yang di tingkat internasional, multilateral, juga bilateral.

Berbicara mengenai hubungan-hubungan yang terjalin antarnegara, Muhadi Sugiono, MA, Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada—pembicara selanjutnya—lebih banyak menyampaikan dari ranah teori secara umum. Dengan materi berjudul “COVID-19 dan Teorisasi Perubahan dalam Hubungan Internasional”, Muhadi memaparkan empat spektrum besar teori dalam ilmu hubungan internasional, karakteristiknya, dan bagaimana cara pandang tiap teori dalam merespons pandemi yang tengah melanda.

Apa yang disampaikan oleh Muhadi kemudian diperjelas dan diperinci oleh pemateri selanjutnya—Dr. Dafri Agus Salim, MA, Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada. Materi yang bertajuk “Respons Internasional terhadap Pandemi: Bangkitnya Realisme Politik?” yang dibawakan oleh Dafri mengulik respons tiap negara terhadap pandemi COVID-19 yang ternyata sejalan dengan cara pandang teori realisme—yang merupakan salah satu dari empat spektrum besar teori yang dijelaskan oleh Muhadi.

Berbeda dengan Muhadi dan Dafri, pembicara berikutnya—Dr. Maharani Hapsari, Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada—justru menawarkan sesuatu yang cukup baru dalam materi yang dibawakannya. Bertajuk “Pandemi: Peluang Mendorong Planetary Citizenship”, Maharani membahas bagaimana pandemi memiliki hubungan dengan krisis ektraktivisme global, bahkan setelah memasuki masa new normal. Kemudian, Maharani juga menjelaskan mengenai planetary citizenship yang banyak disebut sebagai new politics of the commons.

Mengakhiri sesi pemaparan materi, Dr. Riza Noer Arfani, MA, Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, membawakan materi berjudul “Deglobalize, Deurbanize: Konteks Hubungan Internasional di Masa Pandemi” yang juga merupakan usulan riset yang ia tawarkan. Sebelum memaparkan apa yang diangkat dalam risetnya, Riza menjelaskan mengenai tinjauan ekonomi-politik internasional dan deglobalisasi-deurbanisasi secara umum terlebih dulu. Dalam usulan risetnya, Riza menunjukkan skenario teoritik dan praktik yang mungkin untuk digunakan.

Secara berkala, dalam setiap pergantian pembicara, moderator meng-update jumlah peserta yang tergabung dalam sesi kuliah umum kali ini. Kuliah umum pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dilakukan sebanyak dua termin. Pada termin pertama, moderator dan pembawa acara memilih tiga pertanyaan yang dikhususkan untuk pembicara kunci, Dr. Arifi Salman. Pada termin kedua, tiga pertanyaan selanjutnya dipilih untuk pembicara lainnya. Para pembicara pun saling melengkapi jawaban satu sama lain. Karena keterbatasan waktu, setelah menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus dari Departemen Hubungan Internasional untuk Dr. Arifi Salman yang sudah menyempatkan waktu bergabung dan berbagi materi, moderator pun menutup kuliah umum pada pukul 11:37 WIB. (/hfz)