Career Development Center (CDC UGM) menyelenggarakan Scholarship Talk: Menyiapkan Aplikasi Beasiswa, Pengalaman British dan Chevening Scholarship. Mengundang dua alumni yang telah menyelesaikan studi master di Inggris, Moh.Zaki Arrobi, dosen di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, dan Nilam Hamid, Koordinator International Undergraduate Program, Public Policy Management UGM keduanya menjadi pembicara dalam scholarship talk kali ini. Zaki dan Nilam berangkat dari pengalaman sebagai awardee yang berbeda, Moh Zaki merupakan alumni beasiswa Chavening Scholarship dari pemerintah Inggris lulusan University of Essex. Sedangkan Nilam, merupakan awardee Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari pemerintah Indonesia yang telah lulus dari University of College London.
Sebagai beasiswa yang memiliki peminat sangat banyak, terdapat serangkaian hal dan tips yang harus dilakukan agar bisa mendapatkan beasiswa yang disasar, khususnya ketika mendaftar ke Inggris. Walaupun secara mekanisme Chavening dan LPDP memiliki proses dan seleksi yang berbeda namun terdapat beberapa hal utama yang perlu diperhatikan ketika mendaftar beasiswa, di antaranya adalah :
- Persiapkan formulir aplikasi jauh-jauh hari. Menurut Nilam dan Zaki, rata-rata beasiswa pada umumnya mensyaratkan berbagai esai, personal statement, dan surat rekomendasi yang dibutuhkan untuk mendaftar. Waktu dua atau tiga minggu saja tidak cukup. Untuk itulah pergunakan waktu melalui persiapan yang matang jauh-jauh bulan sebalum mendaftar. Jika perlu ajak ngobrol kakak tingkat yang pernah mendapatkan beasiswa tersebut dan minta beliau untuk memberikan kritik dan saran agar beasiswa yang kita ajukan semakin mantap.
- Identifikasi karakter donatur Kita tidak dapat mengeneralisir setiap aplikasi beasiswa yang hendak diajukan. Terdapat karakter yang khas dari setiap donatur yang memberikan beasiswa. Karakter tersebut penting untuk diperhatikan dalam proses aplikasi. Misalnya, dalam Chavening Scholarship, yang notabene diberikan oleh pemerintah Inggris tentunya aplikasi yang diajukan juga harus disampaikan kontribusi terhadap donor tersebut. Bentuk kontribusi itu utamanya ditunjukkan dalam esai dan proses wawancara. Misalnya, bagaimana studi yang kita ajukan dapat berkontribusi untuk mendorong hubungan bilateral dalam aspek ekonomi, politik, budaya, atau perkembangan teknologi dan informasi ke dalam kedua negara tersebut. Lain lagi untuk LPDP, menurut Nilam karakter LPDP yang berasal dari pemerintah Indonesia tentu menekankan seberapa besar pembangunan dan perubahan yang dapat dikontribusikan ke negara Indonesia setelah studi dilaksanakan.
- Pahami jenis studi yang akan diambil, tempat yang strategis, dan kejar Letter of Acceptance (LOA) sebelum mendaftar beasiswa. Aspek ini menjadi sangat krusial dalam proses pendaftaran aplikasi beasiswa. Tidak cukup hanya memiliki motivasi yang besar dan imajinasi kontribusi yang akan kita lakukan setelah studi, namun juga memerhatikan jenis studi dan universitas yang dituju. Selain itu, kita harus memahami bagaimana kita dapat lolos seleksi masuk universitas yang akan dituju. LOA harus diusahakan dulu, walaupun masih conditional offer, namun hal itu menjadi bekal yang efektif untuk mampu menyakinkan donor beasiswa agar memberikan sponsor ke studi yang akan diraih.
Sebagai awardee beasiswa yang berasal dari Inggris, Nilam dan Zaki sama-sama menekankan kesiapan secara mental, fisik, dan pengetahuan yang harus dipupuk sejak dini. “Inggris sebagai negara yang memiliki perkembangan ilmu sosial yang pesat menjadi salah satu tantangan dan motivasi tersendiri bagaimana kita mampu bersaing dan berhasil dalam studi yang kita ambil, jangan sampai gagal, dan persiapkan diri secara matang apabila telah mendapatkan beasisa untuk meraihnya,” ungkap Nilam.
Nah, demikianlah tips dan trick untuk mempersiapkan aplikasi beasiswa luar negeri, utamanya ke Inggris. Sudah siapakah teman-teman Fisipol untuk menjadi awardee selanjunya? (/fdr)