Bertempat di Gedung BB 216 Fisipol UGM, Career Development Center (CDC) kali ini menggelar Pembekalan Magang (30/11). Acara ini menghadirkan Mohammad Genta Mahardika sebagai pembicara utama, serta Matahari Farransahat (akrab disapa Sais) sebagai perwakilan dari CDC untuk menyampaikan materi mengenai pembekalan magang.
Magang sendiri merupakan bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan. Bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan/ jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.
Magang menjadi penting karena tak jarang perusahaan yang menjadi destinasi tempat magang tersebut merekrut karyawan tetapnya dari mahasiswa yang pernah bekerja sama dengannya secara langsung. Oleh karena itu, kesempatan magang bagi mahasiswa Fisipol UGM ini sendiri tak boleh dilewatkan dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Menurut Sais, di Fisipol terdapat dua jalur pemagangan yaitu single track (Pemagangan Program Pengembangan Profesional) serta double track (Pemagangan Program Pengembangan Profesional & Penyelesaian Tugas Akhir Mahasiswa). Keduanya difasilitasi oleh CDC, caranya yaitu melakukan pendaftaran dengan mengisi formulir yang disediakan oleh Sistem One Stop Services Fisipol UGM.
Dalam beberapa pengalaman magang, banyak mahasiswa yang menghabiskan satu bulan pertamanya untuk membuat learning plan. Learning plan merupakan rencana yang akan dilakukan oleh mahasiswa selama menjalani magang di perusahaan yang dipilih. Isinya terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat, lokasi & waktu kegiatan, bentuk kegiatan, target capaian, keluaran (laporan magang), dan rencana kegiatan. Maka dari itu, mulai saat ini CDC sudah mengajukan kepada mahasiswa agar sebelum menjalani magang sudah terlebih dahulu menyusun learning plan. Hal ini dimaksudkan agar ketika sudah waktunya tiba, mahasiswa hanya tinggal mengimplementasikan learning plan tersebut.
Dalam sesi lain, Genta menjelaskan beberapa tips, permasalahan, serta solusinya ketika menjalani proses magang. Tips yang pertama yaitu mahasiswa harus mampu beradaptasi terhadap kampus sendiri yaitu dalam hal pengurusan administrasi dan lain sebagainya. Selanjutnya yaitu adaptasi terhadap perusahaan, misalnya seperti rencana kerja yang telah kita susun tak berjalan sesuai dengan yang kita harapkan, kemudian adaptasi dalam hal jam kerja, jam non kerja, atasan langsung, atasan tidak langsung, teman satu divisi, teman beda divisi, dan bawahan.
Adaptasi yang ketiga yaitu dari diri kita sendiri, mengenai pilihan karir kita di masa depan. Jadi dari awal memang kita sudah harus menentukan apa yang ingin dipelajari. Beliau bercerita bahwa sejak SMA sudah menentukan bahwa dia menyukai manajemen dan hal itulah yang akan selalu diasah hingga saat ini. Pekerjaan pertamanya didapat setelah lulus SMA dan sedang akan masuk kuliah sebagai enumerator dari ayahnya sendiri yang saat itu sedang S3 Manajemen Situ (embung). Disebutkan sebagai pekerjaan pertamanya karena waktu itu, ia bekerja dari arahan orang lain (bukan ayahnya secara langsung) dan juga mendapatkan gaji atas pekerjaannya tersebut.
Sedangkan magang pertamanya ketika libur semester satu sebagai enumerator studi kelayakan bisnis untuk melihat potensi Bank Perkereditan Rakyat Syariah. Motivasinya yaitu karena ingin belajar, kemudian juga ingin pulang kampung ke Jakarta. Kemudian dari pengalaman tersebut sangat berpengaruh bagi pekerjaannya seperti studi kelayakan bisnis, asisten konsultan, dan hingga akhirnya mulai dari tahun 2010 beliau membuka konsultan sendiri.
Dalam acara tersebut Genta juga mengajak para peserta belajar dari Film Intern, sebuah studi mengenai apa yang harus dilakukan apabila kita tidak mendapat bagian kerja ketika menjalani magang. Hal ini menjadi masalah bagi beberapa mahasiswa magang yang menyatakan bahwa dia tidak mendapat apapun ketika magang. Padahal hal tersebut bisa diantisipasi dengan cara berinisiatif untuk menanyakan apa yang bisa kita bantu ke atasan.
Beliau juga menambahkan bahwa cara berpakaian merupakan satu hal yang cukup penting. Perlu digarisbawahi bahwa kuliah dan magang adalah dua hal yang berbeda, maka dari itu berpakaian yang rapi itu penting. Kuncinya yaitu kita harus mempelajari budaya berpakaian dari organisasi atau perusahaan tempat kita magang.
Pemilihan kata dalam berkomunikasi juga merupakan satu hal yang tak kalah penting. Kita harus pandai memilih kata seperti “belum makan” akan lebih bagus dibanding mengucapkan “lapar”, kemudian “Saya kurang termotivasi” juga lebih baik jika dibanding mengucapkan kata “Saya malas”.
Terakhir Genta berpesan untuk biasakan berbicara lebih rendah, atau maksimal sama dengan lawan bicara kita. Dengan nada yang lebih rendah dan pemilihan kata yang baik maka orang akan lebih mendengarkan kita.