• Tentang UGM
  • Pusat IT
  • Perpustakaan
  • Riset
  • WebMail
  • DigiLib Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang Fisipol
    • Sambutan Dekan
    • Visi dan Misi
    • Struktur Fakultas
    • Sejarah
    • Departemen
      • Departemen Ilmu Hubungan Internasional
      • Departemen Ilmu Komunikasi
      • Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik
      • Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
      • Departemen Politik dan Pemerintahan
      • Departemen Sosiologi
    • Keterlibatan Internasional
    • Inovasi 4.0
    • Merchandise
      • Katalog Merchandise
      • Hubungi Kami
  • Akademik
    • Program
      • Sarjana (S1)
      • Magister (S2)
      • Doktoral (S3)
      • Immersion
      • International Undergraduate Program (IUP)
    • Sistem Penerimaan
      • Mahasiswa S1
      • Mahasiswa S2
      • Mahasiswa S3
      • Mahasiswa IUP
      • International Students
    • Akademik
      • Kalender
      • Penerimaan
  • Riset dan Publikasi
    • Direktori
    • Unit Riset dan Publikasi
  • Pendukung
    • Unit Pendukung
    • Materi Publikasi
    • Fasilitas
  • Informasi Publik
  • Beranda
  • Berita
  • Ujaran Kebencian dan Hoax Menurunkan Kualitas Demokrasi di Indonesia

Ujaran Kebencian dan Hoax Menurunkan Kualitas Demokrasi di Indonesia

  • Berita, PUB
  • 22 Desember 2017, 03.46
  • Oleh: fisipol
  • 0

Masih ingat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang berlangsung tahun ini? Dimana ujaran kebencian berseliweran di banyak media sosial. Tindakan saling hujat, saling tuduh, dan saling menyalahkan menjadi tontonan hampir setiap hari. Tentu, keadaan ini tidak bisa dianggap sepele. Terbukti dari sebuah potongan video yang diunggah di media sosial dan dibumbuhi dengan keterangan provokatif bisa mengumpulkan ribuan umat atas dasar penistaan agama. Hal ini tentu akan mengganggu ketertiban dan keamanan di masyarakat. Terlebih lagi, keadaan tersebut dapat mengotori pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

Melalui diskusi yang bertajuk “Rekayasa Ketersinggungan Agama dan Ancamannya Bagi Demokrasi, Institute of International Studies Fisipol UGM mengulik fenomena tersebut. Diskusi ini juga ditujukan untuk peluncuran buku “Pelintiran Kebencian” yang diterjemahkan dari buku Hate Spin karya Cherian George. Bertempat di Auditorium Fisipol UGM (21/12), diskusi ini menghadirkan Zainal Abidin Bagir selaku Ketua Prodi Agama dan Lintas Budaya UGM, Widiarti Agustina selaku Redaktur Pelaksana TEMPO, dan Irsyad Rafsadie selaku peneliti di Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina sebagai pembicara.

Dalam pemaparan pertama, Irsyad menceritakan pengalaman pribadinya mengenai ujaran kebencian. “Saya pernah nge-share contoh video yang mengandung ujaran kebencian, namun saya malah diprotes karena dituduh menjelekkan Islam,” paparnya. Menurut Irsyad, tindakannya bukanlah untuk membela dan menjelakkan pihak tertentu. Tetapi, bagaimana kita bisa hidup damai tanpa kebencian satu sama lain. “Di sisi lain Islam juga menjadi korban, contohnya di Amerika, jadi persoalan ini bukan siapa membela siapa,” tambahnya.

Irsyad mengungkapkan bahwa ujaran kebencian yang mengarah pada kemarahan massa tidak bersifat alamiah. Proses ini berjalan secara simbolik dan kontekstual serta dipenuhi dengan siasat politik yang canggih. Hal ini juga dijelaskan oleh George dalam bukunya bahwa wabah tersebut sebagian besar melibatkan kampanye dahsyat para oportunis politik untuk memobilisasi pendukung dan menyingkirkan lawan.

Bagi George yang juga diafirmasi oleh Zainal, bahwa keadaan tersebut tentu sangat mengancam pelaksanaan demokrasi suatu negara. Dimana masyarakat tidak lagi mengunakan visi-misi calon pemimpin sebagai barometer baik-buruk, layak-tidaknya pemimpin. Kini, sentimen-sentimen perbedaan agama maupun ras justru menjadi pedoman utama dalam sebuah pemilihan politik. Menurut Zainal, keadaan tersebut tidak bisa terlepas dari “pengusaha politik” yaitu orang-orang yang memproduksi Hoax maupun ujaran kebencian di masyarakat. Tentunya, dengan tujuan untuk memenangkan pihak-pihak tertetu dalam sebuah pemilihan politik. Oleh karena itu, Zainal menekankan bahwa “hate spin” adalah tindakan politik yang dilakukan oleh orang politik dan untuk tujuan politik.

Widiarti mengakui bahwa wabah kebencian di masyarakat juga tidak bisa terlepas dari “dosa” para wartawan. Menurutnya, status di media sosial sekarang menjadi tren sumber berita para wartawan. Terlebih lagi, tren tersebut tidak dibarengi dengan tindakan verifikasi.

“Dulu ada status Ahmad Dhani yang isinya provokatif sekali, 17 media dan 5 diantaranya media nasioanl ramai memberitakannya, tanpa verifikasi orang bersangkutan. Akhirnnya setelah beritanya beredar, ada beberapa orang protes dan menggruduk rumah Ahmad Dhani. Ternyata setelah ditelusuri, status tersebut hanyalah editan alias Hoax,” papar Widiarti.

Bagi Widiarti, keadaan media sekarang justru ikut memperkeruh kebencian yang ada di masyarakat. “Konsumen ujuran kebencian, hasutan, dan Hoax di media itu tidak mengenal usia, status, dan pendidikan. Jadi ini keadaan yang cukup bahaya,” tegasnya.

Oleh karena itu, Zainal menawarkan bahwa perlu adanya pemahaman pluralisme yang bersifat asertif. Karakteristik pluralism model ini mengacu pada peradaban yang setara dan non-diskriminatif. Tidak bersifat sekuler karena tidak meniadakan identitas agama, tetapi juga tidak menyangkal keberagaman dan tidak ada perlakuan khusus kepada kelompok-kelompok tertentu. (/ran)    

Ujaran Kebencian dan Hoax Menurunkan Kualitas Demokrasi di Indonesia

Tags: fisipol fisipolugm ugm

Berita Terbaru

  • Wellness Center Fisipol UGM Kembali Adakan Pemeriksaan Rutin
  • Visitasi Lembaga Akreditasi Internasional FIBAA Batch 3 di FISIPOL UGM
  • FISIPOL UGM Diskusikan Posisi Demokrasi di Eropa di Tengah Bangkitnya Gerakan Populis
  • FISIPOL UGM Terima Kunjungan Alumni yang Menjadi Duta Besar RI
  • PSdK UGM Gelar Diskusi, Persoalkan Partisipasi Publik dalam Demokrasi
  • Departemen Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM, Gelar Diskusi dan Bedah Buku “Social Media and Politics in Southeast Asia
Universitas Gadjah Mada

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Jl. Sosio Yustisia No.1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia
E: fisipol@ugm.ac.id
P: +62(274) 563362
F: +62(274) 551753

Tentang Fisipol

  • Sambutan Dekan
  • Sejarah
  • Struktur Fakultas
  • Visi dan Misi
  • Departemen

Akademik

  • Kalender Akademik
  • Kalender Penerimaan
  • Program
  • Sistem Penerimaan
    • Informasi Publik

Riset Publikasi

  • Pendukung
  • Bookmark
  • Riset dan Publikasi
  • Materi Publikasi

Aktual

  • Berita
  • Agenda Fisipol
  • Informasi Umum
  • Pojok Fisipol
  • Photo Gallery
  • YouTube Channel

INFORMASI PUBLIK

  • Permohonan Informasi Publik
  • Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Informasi Wajib Berkala
  • Australia-Indonesia in Conversation (AIC)

© 2018 | FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY