Virtual Photoshoot: Stay Creative at Home

Yogyakarta, 5 Oktober 2020—Center Digital for Society menyelenggarakan program Digital Discussion yang ke-35 pada Senin malam (5/10). Acara yang bertajuk “Virtual Photoshoot: Stay Creative at Home” berlangsung melalui platform Whatsapp Group. Gandung Adi Wibowo, photographer, menjadi pemantik pada kesempatan kali ini. Acara dimulai pukul 19.00 WIB dan dimoderatori oleh Devia Putri Maharani, event assistant CfDS.

Seperti biasa, sebelum memulai diskusi, moderator menyampaikan aturan grup terlebih dahulu dan memperkenalkan pemantik. Bersama Gandung, diskusi yang berlangsung akan mengupas tuntas tentang virtual photoshoot. Dapat diakui, selama #dirumahaja, media sosial diramaikan oleh munculnya foto-foto aesthetic hasil dari sebuah tren pemotretan baru yang muncul ditengah pandemi yaitu virtual photoshoot. Sebagai pengantar, moderator menunjukkan beberapa foto hasil virtual photoshoot dan menanyakan konsep foto tersebut dilakukan kepada audiens. Rata-rata peserta masih bertanya-tanya mengenai konsep dari virtual photoshoot yang sedang marak di media sosial. Sebenarnya, kegiatan tersebut menjadi solusi mengatasi kebosanan para fotografer selama masa karantina yang membuat tidak bisa hunting foto di luar. Tren ini booming ketika banyak public figure yang juga melakukannya.

Gandung mengungkapkan bahwa konsep yang digunakan para model untuk melakukan virtual photoshoot adalah dengan video call bersama fotografer, mengarahkan gaya, lalu memotret layar. Untuk peralatan foto, yaitu menggunakan SLR, DSLR, Mirrorless & Pocket. Persiapannya sendiri sama seperti ketika foto normal, yaitu cek lokasi dan properti. Misalnya, sehari sebelumnya harus video call untuk melihat area rumah yang sekiranya cocok untuk spot foto, seperti cahaya yang cukup atau tempat yang unik. Selain itu juga sebagai acuan untuk kualitas internet antara fotografer dan model. “Kualitas internet jadi kunci utama, sebagus apa pun, semahal apa pun, secanggih apa pun perlengkapan, bakal keok juga kalau internetnya lemot,” ucap Gandung.

Media layar foto juga penting, tiap media layar memiliki plus-minus, entah kerapatan pixel, color gamut, atau lainnya yang akan menentukan kualitas foto. “Kalau pernah lihat virtual foto yg bintik pixelnya kelihatan, itu ya karena faktor layarnya. Tapi kalau teknologi baru sekarang layarnya udah bagus-bagus,” ujar Gandung. Berikutnya, jam saat foto perlu diperhatikan karena sangat menentukan banyaknya cahaya yang ada. Sebenarnya, handphone yang digunakan sudah dapat mengatur ISO, yaitu tingkat kepekaan/sensitifitas sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi ISO, maka akan semakin peka terhadap cahaya. Jika lokasi foto kurang cahaya/redup, maka handphone akan secara otomatis menaikkan ISO. Risiko ISO tinggi adalah noise, misalnya akan kelihatan pixel layar & gambar gak tajam. Disini Gandung menunjukkan perbandingan foto yang memiliki ISO tinggi dan rendah.

Pada akhir pemaparan materi, Gandung memberikan sedikit tips untuk mengarahkan model. Tipsnya adalah selalu pegang prinsip, “kasih pujian baik, bukan kritik”. “Kalau mau dia senyum, ya buat dia tersenyum. Jangan,”ayo senyum! senyum!” tuturnya. Selanjutnya, diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Acara berakhir pada sekitar 21.00 WIB. (/Wfr)