Webinar CPD Fisipol UGM: Dosen Harus Lebih Inovatif dalam Pembelajaran

Yogyakarta, 16 September 2023—Capaian hasil pembelajaran mahasiswa akan sangat ditentukan oleh metode pembelajaran yang digunakan. Berbeda dengan tingkat sekolah dasar dan menengah, pembelajaran di perguruan tinggi memiliki unsur yang lebih kompleks. Terlebih metode perkuliahan menekankan pembelajaran secara fokus dan mendalam pada suatu bidang tertentu. Sebagai pengajar, hambatan dan tantangan seringkali ditemui dalam memberikan materi dengan metode menyenangkan menyenangkan. 

“Kita sebagai pendidik memiliki dasar hukum yang jelas, di mana kita memiliki berbagai standar capaian pembelajaran. Capaian ini kemudian dijabarkan menjadi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian. Dan kalau dicek dalam Permendikbudristek, ternyata kita ini disuruh melakukan pembelajaran yang inovatif,” ungkap Dr. Grendi Hendrastomo, S.Sos., M.M., M.A. dalam “Webinar Continuing Professional Development (CPD) Series #1: Metode Pembelajaran Inovatif” pada Jumat (15/9). 

Tak hanya itu, Gendri juga mengungkapkan lingkungan belajar harus mewujudkan aspek keamanan, khususnya aman dari kekerasan seksual dan perundungan. Hal ini merujuk pada program Merdeka Belajar, yang mengharuskan institusi untuk menyampaikan pembelajaran tidak hanya dalam materi, namun juga membangun lingkungan belajar yang kondusif. Jaminan keamanan selama pembelajaran ini nyatanya masih belum banyak dimengerti dan diperhatikan aspek-aspeknya. 

“Satu hal yang kurang diperhatikan adalah latar belakang. Perkuliahan itu mahasiswanya memiliki latar belakang yang jauh lebih beragam dibandingkan tingkat sekolah. Ini yang seringkali kita menyamaratakan mereka. Padahal, ini juga menentukan bagaimana pengajar itu bisa merumuskan metode pembelajaran yang tepat. Maka yang perlu diperhatikan adalah, tanyakan pada mahasiswa itu kebutuhannya seperti apa agar kita bisa menyesuaikan,” ucap Grendi. Menurutnya, penting bagi pengajar untuk ikut memetakan mahasiswa yang sangat potensial untuk dikembangkan bakatnya. Capaian pembelajaran yang baik bukanlah yang menghasilkan lulusan dengan kompetensi sama, melainkan menyempurnakan bakat-bakat dasar yang dimiliki maisng-masing individu.

Metode pembelajaran di era ini banyak dibantu oleh aplikasi-aplikasi digital yang menarik. Pembelajaran tidak lagi disajikan melalui buku, materi, dan presentasi, tapi juga melalui analisa, proses berpikir, dan eksplorasi mahasiswa. Terlebih ketika pembelajaran tersebut berlangsung secara daring, maka atensi mahasiswa perlu ditingkatkan melalui proses pembelajaran yang interaktif. “Kalau kasusnya di daring, ya. Ini yang juga banyak dikeluhkan oleh dosen, pengajar. Jadi kita di sini mengenal banyak aplikasi. Mahasiswa sekarang ini ternyata kesukaannya macam-macam. Ada yang suka mendengarkan podcast, ada yang suka membaca saja, atau melalui proyek. Nah kita beri kesempatan pada mereka untuk mengerjakan proyek yang hasilnya dibebaskan, sesuai minat mereka,” tambah Grendi.

Tantangan pembelajaran di perguruan tinggi ini menuntut pengajar untuk semakin inovatif dalam menyampaikan materi. Harapannya, melalui inovasi dan beragam aktivitas, mahasiswa dapat mempelajari mata kuliah sesuai dengan fokus minat yang diinginkan sebagai bekal berkarir. (/tsy)