SOREC (Sociology Research Center) Departemen Sosiologi UGM bekerjasama dengan Goethe Universitat mengawali bulan Maret dengan mengadakan Workshop bertema “Media, Indigenous People and Democratic Movement” di Ruang Sidang Dekanat FISIPOL UGM pada Selasa (3/3).
Acara ini mengadirkan beberapa pembicara sebagai fasilitator diskusi yaitu Prof. Dr. Birgit Brauchler selaku dosen tamu dari Goethe Universitat, Prof. Dr. P.M Laksono selaku Antropolog Fakultas Ilmu Budaya UGM, dan Drs, Lambang Trijono, M.A selaku Sosiolog Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Hadir pula beragam komunitas maupun organisasi seperti Kotak Hitam, Perempuan Anti
Korupsi, AMAN serta pemerhati masalah indigenous people.
Pada sesi awal, diskusi terjalin hangat berkenaan dengan pemaknaan terhadap istilah indigineous people, siapa dan apakah indigeous people? Menurut kajian Antroplogi indigenuos people dapat diistilahkan dengan masyarakat tempatan atau orang-orang pedalaman. Lain pula kajian Sosiologi yang mengistilahkannya dengan masyarakat asli atau orang asli merujuk pada pertanyaan “Anda asli mana?” yang dicetuskan oleh Sosiolog UGM, Lambang Trijono dalam forum diskusi tersebut. Ada pula yang bersepakat bahwa masyarakat adat lebih sesuai untuk mengistilahkan kata indigenous people.
Selanjutnya dosen tamu dari Goethe Universitat, Birgit Brauchler memaparkan temuan risetnya yang berkaitan dengan “Media, indigenous rights movement and peace building: Mediatising Indigeneity In Indonesia“. Paparannya mengungkapkan bagaimana peran media bagi masyarakat sipil, terutama masyarakat asli (indigenous people). Birgit mengungkapkan semestinya media beranjak dari misrepresentasi ke “talking back” untuk mengklaim ulang identitas serta supresi politik dan ekonomi. Pemaparan Birgit dilandaskan pada studi kasus di wilayah Maluku.
Sosiolog UGM, Lambang Trijono sepakat bahwa media memiliki peran penting tetapi tergantung pada penggunanya (person behind media), apakah masyarakat asli sendiri (independen) atau orang lain yang memiliki kepentingan tertentu (agen). Sebab media sendiri saat ini lekat dengan konglomerasi dan sudah terlalu jamak dipolitisir.
Semestinya media mampu menguatkan indigenuos people sebagai subjek yang lebih jelas dan tidak terjebak dengan wacana esensialis tentang indigenous people yang beragam dan rumit.