Birema #4 Ajak Pegiat Sociopreneur Berwirausaha Dengan Nilai Kemanusiaan

Yogyakarta, 20 September 2018—Youth Studies Center (YouSure) Fisipol UGM melalui Soprema 2018 kembali menyelenggarakan gelaran Bincang Soprema (Birema). Kegiatan yang telah memasuki seri keempatnya ini mengambil tema “Social Enterprise: Sensing Business by Humanity”. Tema ini sendiri dipilih untuk menyebarkan semangat kewirausahaan sosial dengan menempatkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis utamanya. Mengundang Saptuari Sugiharta selaku CEO Kedai Digital dan founder Sedekah Rombongan serta Raisika, founder dan director Sanggar ASI sebagai pembicara, kegiatan ini dilangsungkan pada Kamis (20/9) di Digilib Cafe Fisipol UGM. Birema sendiri diselenggaraan dengan tujuan untuk memfasilitasi ruang dialog antara pegiat kewirausahaan sosial (sociopreneur), sivitas akademik dan masyarakat umum.

Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pentingnya ASI eksklusif yang juga dipicu oleh minimnya kesadaran dari tenaga kesehatan menyebabkan tumbuhnya berbagai miskonsepsi dalam narasi terkait ASI. Layanan konseling yang masih jarang, patokan harga mahal untuk pelayanan tersebut, ditambah masih jarangnya toko perlengkapan menyusui yang memiliki alat-alat berstandar World Health Organization (WHO), menjadi alasan Raisika, untuk mendirikan bisnis Sanggar ASI. Bisnis Raisika ini sendiri memiliki fokus atas pemenuhan hak bayi dalam mendapatkan ASI serta peningkatan kesadaran terhadap standar emas nutrisi bayi. Tidak hanya sekedar bisnis yang berorientasi pada profit semata, Sanggar ASI juga memiliki tujuan untuk memberi manfaat pada ibu-ibu dan balita di seluruh Indonesia. “Sehingga bentuk bisnis berupa social enterprise di bidang pemenuhan kebutuhan ASI menjadi hal yang tepat. Social enterprise dipilih karena memiliki prinsip bisnis sekaligus kegiatan sosial,” ungkap Raisika.

Sanggar ASI sendiri mencakup retail perlengkapan bayi dan menyusui dengan standar yang dimiliki oleh WHO. Tak luput, Sanggar Asi juga mengedepankan ‘edukASI’ yang mendukung pola pengasuhan alami serta berbasis bukti ilmiah (evidence based medicine). Aspek sosial dari sociopreneurship Sanggar Asi terdapat pada keuntungan yang disalurkan untuk membiayai operasional kegiatan konseling menyusui, kopdar inspirASI mingguan serta bulanan yang bekerjasama dengan komunitas yang bergerak di bidang serupa.

Dalam pelaksanaannya, Raisika juga mengaku mendapat berbagai tantangan. “Masih adanya mitos tentang pemenuhan kebutuan ASI yang berkembang di masyarakat, kode etik WHO yang belum dipahami sepenuhnya, serta kebijakan pemerintah di level daerah terkait peraturan daerah ASI yang masih minim menjadi tantangan tersendiri dalam pemenuhan ASI di Indonesia,” ujar Raisika.

Sesi selanjutnya diisi oleh Saptuari Sugiharto yang sudah dikenal sebagai sociopreneur sukses melalui gerakan Sedekah Rombongan miliknya. Alumni Geografi UGM ini mengaku telah menggeluti dunia usaha sejak masa ia berkuliah. Kini, selain Kedai Digital, ia juga memiliki beberapa bisnis di bidang kuliner dan clothing.

Saptuari pertama kali terjun pada dunia sociopreneur pada tahun 2010, paska momentum meletusnya Gunung Merapi. Melalui kejadian ini, Saptuari berkeinginan untuk membangun usaha yang tidak berorientasi hanya pada keuntungan namun juga memberikan manfaat untuk orang banyak. Hal ini kemudian memunculkan inisiasi Saptuari untuk membentuk sebuah gerakan yang merespon beragam isu sosial dalam masyarakat dengan basis filantropi, yang kemudian dikenal sebagai Gerakan Sedekah Rombongan. “Visi dari gerakan ini sendiri adalah untuk mencari muka di depan Tuhan. Sedekah Rombongan memiliki konsep untuk menghimpun dana dari siapapun yang ingin bersedekah untuk sesama manusia yang membutuhkan,” papar Saptuari. Lebih lanjut, Sedekah Rombongan akan menjadi wadah bagi penyalur sedekah pada tangan-tangan yang tepat.

Pada implementasinya, Sedekah Rombongan telah melakukan beberapa upaya, seperti misalnya penyediaan rumah singgah dan ambulans untuk membantu masyarakat yang membutuhkan akses pada pelayanan kesehatan. Selain itu, masih terdapat agenda penting lain yang dilakukan oleh Gerakan Sedekah Rombongan seperti pembagian kacamata ke panti asuhan, pembagian sepeda ke panti asuhan dan pesantren, maupun motor modifikasi untuk rekan-rekan difabel di Yogyakarta.

Media sosial memiliki peran yang vital bagi Saptuari untuk mengajak masyarakat termotivasi dalam bersedekah. “Di era digital seperti saat ini, media sosial menjadi sarana yang sangat efektif untuk mengembangkan bisnis, utamanya promosi produk pada konsumen. Begitu pula dalam mengembangkan kewirausaahan sosial atau gerakan kebaikan lainnya. Media sosial menjadi medium yang sangat baik untuk publikasi,” jelas Saptuari. Menurutnya, visual dari citra foto yang mampu bercerita ditambah dengan kekuatan penyusunan kata yang tepat merupakan strategi agar ajakan kebaikan dapat ditangkap dengan baik oleh masyarakat.

Sebagai penutup, Saptuari memberikan tips singkat untuk pegiat sociopreneur. “Berbisnis itu bukan hanya tentang uang, tetapi juga harus memberi manfaat untuk orang lain. Bagi teman-teman sociopreneur, harus yakin bahwa niat utama kalian untuk menjadi bermanfaat untuk orang lain dan jadikan itu jalan kehidupan teman-teman semua,” pungkas Saptuari. (/fkm)