Digitalk#41 CfDS: Peran Facebook di Era Pandemi Covid-19

Yogyakarta, 4 Juli 2020—Digitalk#41 Center for Digital Society (CfDS) UGM bersama Noudhy Valdryno sebagai pembicara (3/07). Selaku Politics and Government Outreach untuk Facebook Indonesia dan Asia Pasifik, Noudhy menyebut Facebook Indonesia memiliki tiga pilar utama, yaitu membantu UMKM, membangun komunitas, serta mendukung pemerintahan digital yang efektif.

Dengan jumlah pengguna sebanyak 2,45 milyar, Facebook menjadi salah satu media sosial yang berpengaruh besar di dunia. Di tengah pandemi yang mengharuskan masyarakat aktif secara digital, Facebook berperan untuk menyediakan informasi akurat bagi para penggunanya serta mewadahi kegiatan bisnis, terutama bagi UMKM.

Facebook juga mengusahakan kontribusi maksimal di tengah pandemi ini, terlebih ketika kecenderungan beraktivitas sosial secara digital meningkat. Menurut Noudhy, ada tiga peran utama yang sedang diupayakan. Pertama, memastikan pengguna memiliki akses atas informasi yang akurat selama 24 jam. Kedua, memberi dukungan untuk pemulihan ekonomi, terutama untuk membantu UMKM. Ketiga, tentunya menjaga performa Facebook tetap stabil di tengah penggunaan yang meningkat.

Berkaitan dengan akses informasi, Facebook bekerja sama dengan WHO dan Kementerian Kesehatan dalam fitur Pusat Informasi Covid-19. Facebook dan produknya juga menyediakan informasi akurat pada fitur bot Covid-19 di WhatsApp dan Messenger. Selain itu, Facebook juga merilis produk baru, yaitu Data for Good. Melalui produk ini, Facebook mengolah data cluster, contohnya bagaimana pola pergerakan orang di masa PSBB. Data ini kemudian dibagikan ke organisasi nirlaba dan akademisi, misalnya untuk mengaji seberapa efektif intervensi dan kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19. UGM, Center for Strategic and International Studies (CSIS), dan Universitas Indonesia tercatat sudah menjadi mitra produk ini.

Sama seperti media sosial lainnya, Facebook juga menghadapi tantangan di tengah pandemi, salah satunya adalah maraknya misinformasi. Noudhy menyampaikan bahwa sebenarnya sudah ada upaya yang dilakukan Facebook untuk mengatasi misinformasi. Pertama, Facebook bekerja sama dengan pemeriksa fakta pihak ketiga yang terdiri atas media-media di Indonesia. Apabila ada konten dengan elemen misinformasi, Facebook akan melakukan pengecekan ke pihak tersebut. Konten yang terbukti berupa misinformasi akan diberi label khusus. Kedua, konten misinformasi akan diturunkan peredarannya sebanyak delapan puluh persen di beranda Facebook. Ketiga, akan muncul peringatan ketika seseorang akan membagikan konten misinformasi.

Meskipun begitu, masih banyak masyarakat Indonesia yang tetap menyebarkan konten misinformasi. Menurut Noudhy, apabila teknologinya sudah canggih tetapi masyarakatnya masih belum terliterasi dengan baik, misinformasi tetap sulit diberantas.

“Pertarungan dengan misinformasi hanya bisa diobati dengan literasi digital. Tentunya tidak bisa selesai satu malam. Harus terus diupayakan melalui kolaborasi dengan lembaga masyarakat,” kata Noudhy. Berbeda dengan hoaks atau ujaran kebencian yang mudah dideteksi dan bisa langsung dihapus oleh pihak Facebook, konten misinformasi membutuhkan pengecekan lebih lanjut. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan lebih hati-hati dalam menyebarkan informasi atau konten.

Dalam bidang ekonomi, Facebook menawarkan kesempatan bagi para UMKM untuk berjualan dan memasarkan produk mereka secara digital. Facebook dan produk-produknya juga dilengkapi dengan fitur yang membantu, misalnya WhatsApp Business, Promote Post di Instagram, dan Marketplace di Facebook.  Noudhy menyarankan agar para pegiat UMKM mengikuti berbagai pelatihan yang tersedia untuk memanfaatkan produk-produk tersebut. Sehingga, mereka bisa mempertahankan bisnisnya secara digital di tengah pandemi.

Kesadaran literasi dan pengembangan keterampilan menggunakan media digital harus terus diupayakan. Tidak hanya untuk mencegah penyebaran misinformasi, keterampilan ini bisa bermanfaat untuk mengurangi akun-akun palsu atau penipuan di Facebook, terutama ketika berbisnis. Noudhy berpesan agar masyarakat ikut berkontribusi secara langsung, misalnya dengan melaporkan konten-konten misinformasi atau akun-akun palsu yang bisa berujung penipuan di Facebook. (/Raf)