Eksistensi Toyota dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian ASEAN

Yogyakarta, 25 Januari 2019—Pergerakan perekonomian ASEAN menjadi sorotan dalam diskusi yang diselenggarakan oleh ASC bertema Integrasi Ekonomi ASEAN: Sebuah Kasus Dari Jaringan Produksi Toyota di Asia Tenggara.

Diskusi ini diadakan dalam rangka menyambut kunjungan dari Korea University at Sejong dengan pembicara Dr. Riza Noer Arfani, Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional dan dipandu oleh Ezka Amilia, Peneliti ASC pada hari Jumat (25/01).

Sumber dari diskusi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Riza. Ia membuka diskusi dengan memaparkan sejarah terbentuknya ASEAN dan kepentingan apa yang ada dibaliknya, bagaimana peran ASEAN terhadap Indonesia dan sebaliknya.

ASEAN merupakan salah satu organisasi yang berpengaruh di dunia, khususnya di Asia Tenggara. ASEAN memberi pengaruh dalam gerak politik dan ekonomi negara – negara di Asia Tenggara. Sebagai kepentingan politik, ASEAN dibentuk menjadi sebuah mekanisme penahanan atau penyangga Barat terhadap pengaruh Soviet/Komunisme dan sebagai instrumen keseimbangan kekuasaan dalam mengelola konflik keamanan antar kawasan dan dalam mengelola pengaruh kekuatan besar eksternal terhadap negara – negara di Asia Tenggara

Toyota menjadi salah satu perusahaan yang mampu memberi pengaruh besar dalam gerak perekonomian ASEAN. Jaringannya yang luas seakan membuat Toyota terkesan bukan lagi milik perusahaan Jepang tetapi menjadi perusahaan milik ASEAN karena besarnya produksi Toyota di setiap negara yang “disinggahi”.

“Indonesia menjadi salah satu negara yang memproduksi Toyota, jumlah produksinya tidak kecil. Thailand pun menjadi negara terbesar produksi Toyota di Asia Tenggara,” tutur Dr. Riza.

Menurut Dr. Riza hal ini dapat terjadi karena ASEAN memiliki beberapa titik kelemahan

“Terdapat tendensi dari kelompok elit dalam melembagakan dan mengembangkan ASEAN, Isu – isu yang diuraikan mengambang, cenderung tidak menyentuh kepentingan dasar publik yang lebih besar dan luas, serta prinsip dasar ASEAN tidaak membantu penyelesaian masalah – masalah regional yang memerlukan usaha yang lebih terintegrasi dan terkoordinasi,” tutur Dr. Riza.

Toyota memiliki prinsip bahwa dimana mereka berjualan di situ pula ia akan mendirikan fasilitas produksi. Prinsip menyebabkan luas nya jaringann produksi Toyota. Jaringan mereka terbentuk sejak lama, di Indonesia sudah sejak 1970-an.

“Toyota Kijang hadir di Indonesia sejak tahun 1970-an, pada saat ini mereka sudah mulai membangun jaringan hingga saat ini,” papar Dr. Riza.

Jaringan yang dibangun oleh Toyota semakin kuat dengan semakin berkembangnya anak perusahaan mereka seperti, Daihatsu. Sebagai perusahaan yang memimpin jaringan produksi, Toyota mempertahankan struktur organisasi/tata ruang yang terdiri dari pemimpin perusahaan, pemasok tingkat pertama (sebagian besar berbasis di Jepang dan memiliki afiliasi di negara tuan rumah), mitra lokal yang sebagian besar adalah perusahaan patungan dengan perusahaan lokal dan anak perusahaan atau afiliasi di negara tuan rumah.

Kekuatan afiliasinya memperkuat keadaan ekonomi perusahaan dan mampu melebarkan jaringan.

“Indonesia tidak mempunyai suara yang cukup kuat di ASEAN, perannya justru terkesan ‘membantu’ Toyota memperkuat eksistensinya,” tutup Dr. Riza. (/pnm)