
Penelitian bukan sekadar proses pengumpulan data, melainkan juga ruang pembelajaran yang penuh makna. Hal ini tercermin dari pengalaman riset lapangan mahasiswa FISIPOL UGM yang tergabung dalam tim penelitian bertema pemberdayaan perempuan dan keadilan sosial di berbagai daerah di Indonesia. Melalui interaksi langsung dengan perempuan dari beragam latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi, para peneliti muda ini tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga merefleksikan kembali posisi, privilese, dan tanggung jawab sosial mereka sebagai akademisi.
Bagi para mahasiswa, momen-momen lapangan menjadi titik balik dalam memahami realitas sosial yang sering kali tidak terjangkau dari balik bangku kuliah. “Setelah mendengar langsung cerita para perempuan yang hidup dengan banyak keterbatasan, saya jadi bertanya: dengan segala kelebihan yang saya miliki, apa yang bisa saya lakukan agar lebih bermanfaat?” ujar salah satu peneliti muda dalam tim.
Tak hanya belajar menggali data, para mahasiswa juga mengalami proses membangun kepercayaan, menjalin komunikasi yang empatik, serta menyadari bahwa setiap responden bukan sekadar sumber data, melainkan subjek dengan cerita hidup yang layak dihormati. Tantangan etis, seperti pertanyaan “Apa manfaatnya bagi saya jika saya cerita ke Mbak?” dari seorang informan, menjadi momen reflektif penting bagi peneliti. “Kita diingatkan kembali, bahwa penelitian harus memiliki dampak yang bermakna dan tidak semata-mata ekstraktif,” ungkap salah satu mahasiswa.
Pengalaman ini memperkuat keterampilan mahasiswa dalam mengelola data, seperti membuat transkrip, menyusun life history intergenerasional, hingga mengorganisasi penyimpanan data secara sistematis. Namun lebih dari itu, mereka menggarisbawahi pentingnya pendampingan dari peneliti senior yang membuka ruang diskusi kritis dan memperkaya pemahaman metodologis.
Dalam praktiknya, mahasiswa juga menemukan kontras menarik di lapangan: dari perbedaan kultur dan akses layanan dasar antara desa yang satu dengan desa lain, hingga fenomena pemberdayaan perempuan yang tumbuh secara organik tanpa dukungan program pemerintah maupun CSR. “Yang paling membekas buat saya adalah bagaimana perempuan-perempuan ini tetap kuat dan resilien dalam keterbatasan, dan bagaimana tiap daerah punya karakter dan tantangan uniknya sendiri,” ujar salah satu mahasiswa yang melakukan riset di luar Pulau Jawa.
Kegiatan riset ini secara nyata mencerminkan kontribusi FISIPOL UGM dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 5: Gender Equality, SDG 10: Reduced Inequalities, dan SDG 4: Quality Education. Lewat pendekatan partisipatif dan empatik, mahasiswa dilibatkan langsung dalam upaya memahami ketimpangan sosial dan mencari bentuk kontribusi akademik yang lebih adil dan membumi.
Pada akhirnya, riset ini bukan hanya menjadi bekal akademik, tetapi juga pengalaman hidup yang membentuk kepekaan sosial dan memperkuat nilai kemanusiaan. “Apa yang kita lakukan di sini bukan hanya soal angka atau data, tapi tentang membuat sesuatu yang bermakna. What we do here matters,” tutup salah satu mahasiswa dengan penuh keyakinan.
Simak video dan cerita lengkapnya di sini.