Seminar Purna Tugas Bambang Sunaryo: Pekerjaan Besar bagi Fisipol untuk Berkontribusi dalam Pengembangan Sektor Pariwisata Indonesia

Yogyakarta, 10 September 2019—Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, terutama prodi Manajemen Kebijakan Publik (MKP) memiliki pekerjaan besar untuk turut andil dalam mengembangkan sektor pariwisata Indonesia. Setidaknya, hal tersebutlah yang menjadi refleksi kritis dari Drs. Bambang Sunaryo, SU., M.Sc. yang telah usai menjalani tugasnya sebagai seorang pendidik di MKP Fisipol UGM.

Dalam Seminar Purna Tugas yang diadakan Selasa lalu, di Seminar Timur Fisipol UGM, beliau menyampaikan bagaimana pentingnya peran kebijakan publik dalam pelaksanaan pembangunan sektor pariwisata, terutama pengembangan destinasi. Pengambilan kebijakan publik yang tepat dapat menghasilkan sistem atau produk pariwisata yang tidak hanya membawa pertumbuhan ekonomi berkelanjutan namun juga membawa pemerataan bagi berbagai kalangan, terutama warga sekitar.

“Pengembangan pariwisata terutama pengembangan destinasi tidak bisa dilakukan dengan sendiri-sendiri, semuanya harus berjalan secara sinkron, holistik dan lintas sektoral, sehingga kebijakan publik lah yang menjembatani kepentingan dan ide-ide yang berbeda tersebut”, ujar beliau.

Beliau berharap dengan ilmu-ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa dan akademisi dari prodi MKP Fisipol UGM, dapat melanjutkan kontribusi beliau selama puluhan tahun dalam pengembangan pariwisata Indonesia.  Beberapa kontribusi terbesar beliau diantara lain adalah bekerja di balik layar dalam pembuatan sejumlah masterplan pariwisata di berbagai destinasi di seluruh Indonesia, menjadi inisiator berdirinya Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, dan lain-lain.

Hadir pula dua kolega dari Bapak Bambang Sunaryo yaitu Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D. yang merupakan pengajar di prodi Arstektur UGM dan Ike Janita Dewi, SE., MBA., Ph.D. yang mengajar di Magister Manajemen atau MM UGM. Keduanya sama-sama berkecimpung di dunia pariwisata dan budaya dengan pendekatannya masing-masing.

Prof. Wiendu yang merupakan ahli pariwisata budaya mengutarakan pemikirannya bahwa pariwisata adalah motor penggerak pembangunan ekonomi nasional, dan Indonesia sangat kuat di aspek budayanya. Kekayaan budaya yang melimpah, kesopanan, keramah-tamahan yang tinggi dapat menjadikan budaya sebagai “nyawa” dari pariwisata Indonesia.

No culture, No Tourism menjadi slogan bagi akademisi yang pernah menjadi Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bidang kebudayaan tahun 2011–2014. Beliau juga menekankan bahwa pemanfaatan pariwisata harus berdampak positif terhadap warga sekitar, hubungan antar penjual dan pembeli produk pariwisata harus bersifat profesional dan tidak timpang.

Sedangkan bagi Ike Janita Dewi, SE., MBA., Ph.D yang memiliki latar belakang studi ekonomi, menekankan pada aspek marketing atau pemasaran pariwisata yang dilakukan oleh Indonesia. Menurutnya pamasaran yang dilakukan sudah sangat gencar, terutama dibawah konsep Wonderful Indonesia yang menjadi salah satu brand pariwisata paling baik di Asia.

Meskipun begitu, masih banyak kekurangan dan tantangan yang dihadapi dalam pemasaran pariwisata, terutama dalam penerapannya. Brand adalah kontrak kualitas antara penjual dan pembeli, maka promosi tidak bisa dipisahkan dari pengembangan kualitas lainnya seperti SDM dan produk pariwisata yang dipromosikan.

Kemudian seminar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berjalan selama 30 menit. Beberapa substansi pertanyaan yang dibahas merujuk pada signifikansi konsep “Pentahelix” dalam pengembangan pariwisata. Selain itu, sesi tersebut juga membahas macam pendekatan pembangunan pariwisata yang tidak merugikan dan membawa keuntungan bagi warga sekitar.

Acara dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan sebagai penanda berakhirnya tugas Bapak Bambang Sunaryo sebagai pengajar dan akademisi di Fisipol UGM. Acara diakhiri dengan sesi foto bersama antara pembicara dan beberapa tamu undangan seperti Dekan Fisipol, Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto, dan kolega-kolega dari Bapak Bambang Sunaryo. (/AAF)