Seminar Pembukaan Rangkaian Acara Presidensi Indonesia G20 oleh Fisipol UGM

Yogyakarta, 17 Maret 2022─Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM), Keluarga Alumni Fisipol UGM (Kafispolgama), dan Institute of International Studies (IIS) Departemen Hubungan Internasional (HI) Fisipol UGM menyelenggarakan seminar “Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia” di Balai Senat UGM.

Seminar pembuka rangkaian acara bertajuk “Presidensi Indonesia G20: Kepemimpinan untuk Tata Dunia yang Berkeadilan dan Berkelanjutan” ini dibuka secara resmi oleh Rektor UGM, Profesor Panut Mulyono. Dalam sambutannya, Prof. Panut berharap rangkaian kegiatan, yang diselenggarakan pada 10 Maret hingga 19 September 2022, ini dapat memberikan ruang untuk kajian dan diskusi yang komprehensif tentang kepemimpinan Indonesia pada G20 tahun 2022. Dekan Fisipol UGM Wawan Mas’udi dan Wakil Ketua Umum Bidang Kemitraan Kafispolgama Danang Girindrawardana juga memberikan sambutan di acara yang dilaksanakan secara bauran ini. Wawan menuturkan, keluaran dari rangkaian acara ini terdiri dari policy paper, policy brief, serta satu buku kompilasi utuh terkait presidensi G20 Indonesia.

“Dengan cara itu, kita sebagai komunitas akademik bisa memberikan kontribusi yang konstruktif, kritis, sekaligus mudah-mudahan bermanfaat bagi presidensi Indonesia untuk G20,” tutur Wawan.

Seminar ini menghadirkan sejumlah pejabat negara sebagai pembicara. Sesi pertama, yang dimoderatori oleh dosen HI UGM Muhadi Sugiono, diisi oleh Staf Khusus Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (RI) sekaligus Co-Sherpa G20, Dian Triansyah Djani, dan Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, tentang G20. Dian mengatakan, G20 dibentuk untuk merespons krisis global. Di sisi lain, Budi menyampaikan pesan Presiden RI bahwa rapat G20 harus menghasilkan aksi nyata, bukan sekadar narasi.

“Agendanya fokus pada kesehatan, ekonomi digital, dan transisi energi,” imbuh Budi.

Pada sesi pertama tersebut, Guru Besar HI UGM Prof. Mohtar Mas’oed dan Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM Prof. Ova Emilia menjadi penanggap. Prof. Ova menilai bahwa G20 merupakan peluang untuk memperkuat sistem kesehatan serta mendukung target-target negara dalam bidang kesehatan. Prof. Mohtar menyarankan supaya momentum G20 dapat menjadi penjamin kesejahteraan global, bukan hanya sebagai “konser kekuatan ekonomi”.

Selanjutnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto menyampaikan materinya sebagai keynote speaker. Airlangga menjelaskan bahwa negara-negara yang tergabung dalam G20, merupakan pemegang 85 persen ekonomi dunia, 75 persen perdagangan dunia, dan 80 persen investasi global. Oleh karena itu, menurut Airlangga, Presidensi G20 merupakan momentum bagi Indonesia untuk berada di panggung utama. Ia juga berharap civitas akademika UGM dapat mendukung tiga agenda prioritas Presidensi G20 di Indonesia.

“Saya harap seminar dan agenda strategis ini mendapat masukan dari para peneliti guna menyusun research based policy yang dapat mendukung tiga agenda prioritas Presidensi G20 di Indonesia,” pungkas Airlangga.

Pada sesi kedua, Dosen HI UGM, Poppy Sulistyaning Winanti, memoderatori diskusi yang menghadirkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Arifin Tasrif, dan Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Dedy Permadi, sebagai pembicara. Dedy menunjukkan potensi sektor informasi dan komunikasi atau sektor digital bagi ekonomi digital Indonesia. Sedangkan Arifin menjelaskan tentang rencana transisi energi Indonesia, yakni perubahan sumber energi fosil menjadi energi terbarukan, yang ditargetkan tercapai pada tahun 2060.

“Salah satu faktor keberhasilan transisi energi adalah kesiapan dan ketersediaan teknologi,” jelas Arifin.

Materi pembicara sesi dua kemudian ditanggapi oleh dua penanggap, yakni Dekan Fakultas Geografi UGM Danang Sri Hadmoko dan Dosen HI UGM Riza Noor Arfani. Sepakat dengan Dedy, Riza menilai transformasi digital di Indonesia akan membantu UMKM dan mengembangkan e-commerce di Indonesia. Di sisi energi terbarukan, Danang menjelaskan dampak dan konsekuensi transisi energi terhadap lingkungan serta langkah-langkah mewujudkan zero emission.

Seminar pembuka ini dihadiri oleh lebih dari 300 orang melalui platform Zoom Meeting dan berakhir pada pukul 16.30 WIB. Seminar ini juga disaksikan oleh lebih dari 1.500 penonton dan masih dapat disimak melalui kanal Youtube UGM berikut. (/NIF)