Yogyakarta, 17 Maret 2023─Merespon isu-isu yang muncul menjelang Pemilu 2024, Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM berkolaborasi dengan Perludem menyosialisasikan pemahaman mengenai Pemilu 2024 dan desas-desusnya, melalui serial perdana Desus pada Jumat (17/3). Acara yang diselenggarakan secara daring ini menghadirkan Khoirunnisa Nur Agustyati (Direktur Eksekutif Perludem) sebagai pembicara, dengan dipandu oleh Heroik M. Pratama (Peneliti Perludem) dan Iradat Wirid (Peneliti CfDS) sebagai host.
Dalam diskusinya, Khoirunnisa mengemukakan bahwa Pemilu 2024 dan Pemilu 2019 mengacu pada kerangka hukum yang sama, yakni UU No. 7 Tahun 2017.
“Namun, perbedaan yang mendasar terletak pada transformasi digital yang menjadikan teknologi rekapitulasi suara sebagai kebutuhan terpenting. Sehingga, tidak ada pergeseran suara karena rekapitulasi manual membutuhkan waktu 35 hari setelah Pemilu berlangsung,” ujarnya.
Lebih lanjut, menangkal disinformasi di media sosial menjelang Pemilu 2024 perlu dilakukan. Terlebih, mengingat bahwa Pemilu 2024 akan diwarnai oleh para pemilih baru yang erat hubungannya dengan media digital.
Hal terpenting dari Pemilu 2024 adalah partisipasi dari pemilih yang mampu secara cerdas memilih informasi saat kampanye berlangsung. Yakni, diperlukan sistematika pemberantasan konten penyebaran informasi, forum diskusi terkait de-bunking dan pre-bunking, kolaborasi dari masyarakat sipil melalui media sosial, menganalisis disinformasi di Pemilu 2024, dan sistem pelaporan hoax yang jelas.
“Narasi yang memecah belah dan menjatuhkan akan menjadi clue utama dalam mengidentifikasi hal ini. Politik identitas menjadi mobilisasi politik untuk membangun sentiment emosional sehingga menjadikan pemilih muda komoditas politik yang terombang-ambing kepada kandidat tertentu. Oleh karena itu, kita harus bisa menganalisis hal ini,” jelas Khoirunnisa menutup diskusinya. (/TA)