Yogyakarta, 5 Juli 2023 – Peringatan 10 tahun kemitraan antara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM dengan The Faculty of Arts University of Melbourne dihelat dengan konferensi Australia-Indonesia in Conversation (AIC) 2023. Acara diselenggarakan pada Rabu (05/7) dan Kamis (06/7) secara hybrid; luring di Universitas Gadjah Mada dan daring melalui Zoom Meeting. Dilatarbelakangi oleh kedua negara dimana Australia yang telah melaksanakan pemilihan parlemen 2022 dan Referendum 2023 serta Indonesia yang sedang mempersiapkan pemilihan presiden dan parlemen 2024, AIC menyoroti tema tentang “Valuing Democracy and Diversity: Equity, Leadership and Social Justice”.
Panel pertama membahas isu tentang upaya untuk mempromosikan inklusi sosial dan mengatasi ketidaksetaraan dalam lingkungan yang dinamis, baik terkait program politik dalam pemilihan umum mendatang di Indonesia dan perubahan politik baru-baru ini serta platform kebijakan baru di Australia. Panel ini menghadirkan enam pembicara yaitu Professor Andrew Dodd (Director of the Centre for Advancing Journalism, The University of Melbourne), Dr Mada Sukmajati (Pengajar di Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada), Professor Aaron Corn (Inaugural Director, Indigenous Studies Institute, The University of Melbourne), Dr Sri Nuryanti (Peneliti di Pusat Studi Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional, BRIN), Professor John Murphy (Profesor Ilmu Politik di School of Social and Political Sciences, Faculty of Arts, The University of Melbourne), Titi Anggraini (Aktivis dan Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu Demokrasi, PERLUDEM), dan Erwin Renaldi (Journalis, ABC Australia).
Andrew Odd sebagai pembuka panel pertama menjelaskan tentang pemahaman pasar media berita yang berkontribusi besar pada bagaimana demokrasi berjalan di Australia. Andrew menyorot dua media besar Australia yakni ABC Australia dan News Cops dalam membentuk wacana tentang demokrasi pada publik. Erwin Renaldi selaku jurnalis ABC Australia yang berasal dari Indonesia menambahkan keterangan bahwa keberagaman dan representasi di media adalah isu penting. Terutama bagi media berita yang berperan untuk melayani publik.
Lebih lanjut, John Murphy menjelaskan tentang hubungan kesejahteraan social dengan demokrasi pada beberapa Negara di Asia Tenggara dan refleksi pada kasus di Australia. Sementara itu, Mada Sukmajati menyoroti tentang keterkaitan kepemimpinan dan demokrasi dalam menangani ketidaksetaraan, khususnya di Indonesia. Ketidaksetaraan ini terlihat pada data Gini Index, ketidakpercayaan publik terhadap sistem pemerintahan dan lembaga, ketidaksetaraan gender dalam partisan politik, dan ketidaksetaraan generasi muda yang berpartisipasi dalam partai politik. Hal senada juga disampaikan oleh Dr Sri Nuryanti dalam diskusi, bahwa untuk mengatasi ketidaksetaraan tersebut, partai politik perlu melakukan kolaborasi dan kerjasama dengan multi-stakeholders, kebijakan yang sesuai sasaran, komitmen jangka panjang, serta tindakan inklusif.
Pemilu 2024 sebagai hari pemilihan umum terbesar dan terkompleks di dunia merupakan tantangan bagi Indonesia yang masih memiliki banyak kontroversi jika berkaca pada pemilu 2019 lalu. Isu ini berkaitan dengan wacana tiga periode dan penundaan pemilu 2026-2027 yang berdampak pada kurangnya perhatian pada akuntabilitas pemilu dan kandidat yang diajukan. Meski demikian, Titi menjelaskan bahwa masih ada peluang terutama bagi generasi muda yang telah terbuka pada perkembangan teknologi dan media sosial untuk lebih awas dalam mengikuti perkembangan isu-isu dalam pemilu. (/dt)