Yogyakarta, 13 Februari 2024–Menurut Wawan Mas’udi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, terdapat dua aspek yang membuat Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Pertama, tidak adanya incumbent atau petahana langsung membuat kompetisi elektoral kian memanas. Kondisi tersebut disertai pula dengan kompetisi antar partai yang semakin meningkat. Kedua, adanya pergeseran yang cukup masif dalam aspek demografi pemilih. Kini, pemilih dalam Pemilu 2024 didominasi oleh pemilih dengan usia di bawah 40 tahun. Hal tersebut menuai kekhawatiran terkait kesadaran generasi muda akan politik dan kewarganegaraan.
Berangkat dari dua alasan di atas, Fisipol UGM melihat adanya urgensi untuk memberikan pendidikan politik bagi mereka. Selain pendidikan politik, Fisipol UGM juga merasa pentingnya mendorong partisipasi anak muda dalam proses pemilu. “Kami berupaya memfasilitasi anak-anak muda, khususnya mahasiswa kami, untuk ikut terlibat dan menjadi bagian langsung dari proses kepemiluan. Mulai dari ikut sebagai tim penyelenggara, tim sukses, hingga observer atau pemantau,” jelas Wawan.
Melalui berbagai dialog yang dilakukan dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Fisipol UGM menyadari bahwa terdapat banyak aspek yang harus dipersiapkan secara matang untuk menjadi pemantau. Menyikapi hal tersebut, Fisipol UGM menggandeng kelompok masyarakat sipil Komite Independen Sadar Pemilu (KISP), sebuah lembaga pemantau pemilu terakreditasi Bawaslu sekaligus Non-governmental Organization (NGO) pemerhati pemilu dan demokrasi, untuk turut memfasilitasi mahasiswa-mahasiswa sebagai relawan pemantau. Program strategis yang dirancang meliputi kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk partisipasi mahasiswa dalam pemilu, kolaborasi riset, serta pengabdian ke masyarakat. Kolaborasi antara kedua pihak ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian kerja sama pada Selasa (13/2) di Fisipol UGM.
Kolaborasi jangka pendek antara Fisipol UGM dengan KISP dimaksudkan untuk mengawal pemilu pada 14 Februari 2024, tetapi diharapkan akan terus berjalan dalam jangka panjang, tidak terhenti ketika proses Pemilu 2024 usai. Wawan merasa penting untuk tetap menggaungkan edukasi politik pasca pemilu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui forum-forum diskusi hingga pengembangan konten-konten pembelajaran, terutama bagi anak muda, melalui platform yang dimiliki Fisipol UGM.
Adapun, kolaborasi ini mendukung SDGs 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) dan SDGs 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh) dalam kaitannya dengan partisipasi mahasiswa dalam Pemilu.