PolGov dan UP3M Buka Perspektif Dekolonialisasi dalam Riset dan Pengetahuan

Yogyakarta 27 Juni 2024 – Departemen Politik dan Pemerintahan (PolGov) UGM bekerjasama dengan Unit Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (UP3M) UGM menyelenggarakan Workshop dengan mengangkat topik “Anti-Colonial Methodologies in Environmental Studies: An Intersectional Ecofeminist Perspective”. Topik ini diangkat untuk menyelami tentang studi kelingkungan menggunakan kombinasi dua perspektif yakni anti-colonial dan ecofeminist. Workshop diselengggarakan bauran di Auditorium Gedung Mandiri lt. 4 FISIPOL UGM dan ditayangkan secara langsung di Youtube Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM pada Kamis (27/06) lalu. Acara menghadirkan narasumber Dr. Elena Burgos Martinez (Assistant Professor, Leiden University Institute for Arena Studies) dan difasilitasi oleh Hasrul Hanif (Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM).

Elena menggambarkan dekolonialisasi dalam tiga perspektif, yaitu periode sejarah, periode movement (pergerakan), dan dekolonialisasi dalam pengetahuan. “Proses dalam dekolonialisasi itu bukan hanya tentang kekerasan fisik, tapi juga epistemic violence atau kekerasan pengetahuan.”

Elena menyebut bahwa, “Kita perlu merebut kembali pengetahuan untuk bisa didekolonisasi”. Artinya, memprioritaskan perspektif serta pengetahuan lokal maupun adat yang terabaikan akibat dominasi colonial dan membebaskan pikiran atau institusi dari pengaruh colonial yang masih ada. Dalam proses penelitian tentang dekolonisasi perlu melibatkan refleksi kritis terhadap warisan kolonial yang masih tersisa, dengan memperhatikan kembali naratif tentang pembangunan yang digaungkan oleh negara Eropa. “Kita perlu menolak cara berpikir yang mendukung kekerasan, dominasi, dan bias Eropa untuk benar-benar mengatasi batasan-batasan dari akal modern,” jelas Elena, mengutip dari Dussel, peneliti dari Argentina.

“Dalam tradisi akademik, penting bagi kita untuk memiliki tradisi reflectivity and positionality yang jarang ada di lingkup akademik Indonesia,” jelas Hanif. Ia mencontohkan proses KKN (Kerja Kuliah Nyata) yang seringkali dianggap sebagai pahlawan untuk melakukan pemberdayaan di wilayah yang tidak berdaya.

Elena menyimpulkan bahwa dalam proses penelitian maupun proses dekolonialisasi kita harus selalu bersifat kritis tentang proses pengetahuan, melakukan pendekatan kritis dengan sejarah dari imaginasi akademik, memahami dan mempelajari subjek studi sebelum melakukan asumsi, dan meletakkan perspektif “bagaimana jika aku menjadi bagian yang diteliti?”.

Lebih lanjut, workshop diisi dengan pemaparan materi dari Dr. Elena Burgos Martinez dan diskusi bersama peserta yang hadir secara luring maupun daring. Adapun kegiatan ini sejalan dengan nilai pembangunan berkelanjutan poin 17 yakni kemitraan untuk mencapai tujuan dan poin 4 tentang pendidikan berkualitas. (/dt)