Yogyakarta, 4 Desember 2024—Dalam rangka mempererat hubungan bilateral antara Prancis dan Indonesia, Kedutaan Besar Prancis melakukan kunjungan ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM pada Rabu (4/12). Acara yang digelar oleh Global Engagement Office (GEO) Fisipol UGM ini sekaligus untuk memperingati 75 tahun hubungan bilateral antara kedua negara.
Fabien Penone, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN memberikan sesi kuliah umum bertajuk “The France-Indonesia Partnership on The Eve of The 75th Anniversary of Bilateral Relations”. Dalam pidatonya, ia menyebut bahwa Prancis memiliki agenda politik khusus untuk berkolaborasi dengan negara-negara di ASEAN, khususnya Vietnam, Singapura, dan Indonesia.
“Secara geografis dan demografis, Indonesia memiliki potensi yang luas. Inilah kenapa Pemerintah Prancis menganggap Indonesia sebagai mitra yang penting,” tutur Fabien. Penduduk Indonesia secara demografis merupakan masyarakat multikultural dengan berbagai kebudayaan yang diwariskan turun temurun. Kekayaan sumber daya alam yang membawa Indonesia dikenal di mata dunia juga menjadi salah satu poin mengapa Indonesia dipertimbangkan di mata dunia.
Fabien mengungkap, Prancis ingin memperkuat kerja sama di bidang akademik dan kebudayaan. Ini menjadi agenda penting tentang bagaimana kedua negara bisa saling membawa warisan kebudayaannya. “Kita tidak ingin hubungan bilatreal ini hanya dilandaskan pada ekonomi dan politik, namun juga akademik dan kebudayaan. Kami ingin budaya Prancis dikenal, begitupun sebaliknya,” tambah Fabien.
Upaya Prancis dalam membangun kerja sama di bidang akademik dan kebudayaan adalah dengan mendirikan pusat-pusat pembelajaran sastra dan budaya Prancis. Serta memberikan penghargaan dan rekognisi pada akademisi Indonesia yang telah berdedikasi untuk mengembangkan budaya Prancis di Indonesia.
Prancis sebagai bagian dari Uni-Eropa tengah mengejar berbagai proyek untuk mengubah dan menghadapi tantangan dunia. Selain Indonesia, Prancis juga gencar menjalin kerja sama dengan negara-negara seperti India, Brazil, Afrika Selatan, dan Meksiko. Dijelaskan Fabien, Prancis ingin memperkuat pertahanan melalui kerja sama tersebut. Dengan adanya dukungan dari negara-negara ASEAN, Asia, dan Afrika, agenda politik Prancis dapat berjalan dengan baik.
“Kita (Indonesia dan Prancis) sama-sama membutuhkan ketahanan yang kuat. Prancis memiliki itu, sistem pertahanan dan keselamatan yang kokoh. Kita ingin menunjukkan bahwa kita bisa berdiri secara otonom dengan tetap menjalin kerja sama satu sama lain,” terang Fabien. Ketahanan yang dimaksud tidak dimaknai sebatas pertahanan politik saja, melainkan juga ketahanan pangan, digital, ekonomi, dan pendidikan.
Dalam akhir sesinya, Fabien mengungkapkan rasa terima kasih atas kerja sama yang telah terjalin sejak tahun 1950 dengan Indonesia. Loyalitas tersebut tidak dapat digantikan dengan nilai apapun. Harapannya, Prancis dan Indonesia mampu menjadi agen yang dapat mendorong kesuksesan kedua negara di mata dunia. (/tsy)