
Yogyakarta, 19 Maret 2025—Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) menggelar Diskusi Publik dan Bedah Buku “Sosiologi Politik: Perspektif dan Pendekatan Kontemporer Merefleksikan Praktik Politik Kaum Muda” pada Rabu (19/3). Bersama sejumlah pakar politik dan sosiologi Fisipol UGM, diskusi mengangkat urgensi dalam perspektif politik terlepas dari aktor politik dan media.
Disampaikan Dosen Departemen Sosiologi UGM, Dr. Lambang Trijono, penulisan buku dilatarbelakangi oleh keresahan terhadap diskursus politik yang kurang memperhatikan perspektif kemasyarakatan. “Ada keinginan untuk mengembangkan ke mana politik itu berada. Saya memperhatikan diskusi politik tidak banyak melihat realita di masyarakat,” ungkapnya. Selama ini pembahasan politik sangat erat dikaitkan oleh narasi kekuasaan dan kewenangan pemerintah sebagai aktor politik. Namun sisi masyarakat sebagai kelompok yang memiliki kedaulatan dalam sistem demokrasi justru terabaikan.
Politik pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fundamental pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Dalam proses tersebut, ada berbagai faktor yang berperan penting dan seharusnya menjadi pertimbangan utama. Lambang menjelaskan, institusi dan aktor politik mungkin memang berperan sebagai pengambil kebijakan. Lebih mudah untuk mengambil diskursus politik dari sejumlah aktor dibanding melihat respon dan peran politik masyarakat. “Padahal institusi itu juga berangkat dari basis sosial masyarakat. Perlu ada diskursus untuk melihat masyarakat dari skala global,” jelasnya.
Persoalan politik dalam buku tersebut mengangkat isu modernitas dalam masyarakat. Pendekatan kontemporer ditujukan untuk meninjau persoalan terkini, seperti adanya globalisasi, perkembangan dunia digital, gerakan anak muda dan masyarakat, dan lain-lain. Buku ini tidak berfokus pada peran aktor politik dan pemangku jabatan pemerintahan, namun melihat keseluruhan proses yang terjadi pada masyarakat sebagai bentuk representasi partisipasi politik.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si.,. Menurutnya, alasan mengapa diskursus politik kurang diminati adalah karena pembahasan yang terus menerus mencerminkan perilaku aktor politik. “Kalau politik hanya dilihat dari sisi instansi dan aktor politik, ada banyak yang membenci. Berita politik di media biasanya membahas perilaku aktor politik, bukan esensi dari politik itu sendiri,” ujar Arie.
Berbagai isu seperti inklusivitas, kesejahteraan, dan kemasyarakatan sangat jarang dibahas. Meskipun ada faktor dominan di mana media saat ini berlomba dengan media digital dengan mengikuti pergerakan minat masyarakat, hal ini justru memunculkan sentimen negatif terhadap narasi politik. “Narasinya adalah politik ini merugikan masyarakat. Maka sudah seharusnya politik dibahas dalam lingkup yang lebih luas,” tambah Arie.
Dampaknya, muncul fenomena penurunan harapan dan sentimen pesimistis pada masyarakat. Arie menegaskan bagaimana seharusnya masyarakat antusias dengan hasil pemilu dan memiliki banyak harapan untuk nasib bangsa di lima tahun ke depan. Sayangnya, kondisi yang terjadi saat ini justru berlawanan dengan hal tersebut. Sebagian besar memang disebabkan oleh berbagai kebijakan dan fenomena politik yang tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat. Namun gerakan perlawanan masyarakat kurang menarik di mata media untuk diangkat.
“Jika kemudian narasi itu dibangun dari respon masyarakat yang merasa tidak puas terhadap kebijakan, itu akan menjadi menarik,” kata Arie. Buku “Sosiologi Politik: Perspektif dan Pendekatan Kontemporer Merefleksikan Praktik Politik Kaum Muda” memuat diskursus luas terhadap pandangan politik, khususnya dalam perspektif masyarakat dan anak muda. Harapannya, buku ini dapat menjadi sarana edukatif dan menggeser pandangan terhadap politik di masyarakat. (/tsy)