
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM), Prof. Poppy S. Winanti, kembali menegaskan kontribusinya dalam diskursus pembangunan global melalui publikasi ilmiah terbarunya berjudul “Kerja Sama Pembangunan Internasional dan Dukungan Domestik: Strategi TIKA dan TICA sebagai Emerging Donors”. Artikel ini dimuat dalam Jurnal Penelitian Politik terbitan BRIN edisi Volume 21, No. 1 Tahun 2024.
Dalam tulisan ini, Prof. Winanti membahas secara kritis fenomena keterlibatan negara-negara berkembang di kawasan Global South sebagai aktor baru dalam kerja sama pembangunan internasional. Fokus utamanya adalah bagaimana negara seperti Thailand dan Turki, yang masing-masing memiliki lembaga khusus yaitu Thailand International Cooperation Agency (TICA) dan Turkish Cooperation and Coordination Agency (TIKA), menjalankan peran mereka sebagai emerging donors—negara yang memberi bantuan meskipun masih tergolong berkembang.
Artikel ini tidak hanya mengulas motif dan strategi eksternal dari pemberian bantuan luar negeri, tetapi juga menggali tantangan utama yang dihadapi oleh para emerging donors: bagaimana memastikan dukungan dari dalam negeri terhadap kebijakan bantuan luar negeri tersebut. Dalam hal ini, Prof. Winanti menggunakan pendekatan yang menekankan pada kepentingan material dan kontestasi politik domestik, untuk menjelaskan bahwa agar program bantuan memperoleh legitimasi politik di dalam negeri, maka desain dan pelaksanaannya harus diselaraskan dengan kepentingan aktor-aktor dominan dalam sistem politik domestik masing-masing negara.
Melalui studi kasus komparatif terhadap TIKA dan TICA, artikel ini mengungkap bagaimana Thailand menggunakan kerja sama pembangunan sebagai alat diplomasi regional sekaligus cara merespons persoalan lintas batas seperti imigrasi ilegal dan penyakit menular. Sementara itu, Turki memanfaatkan bantuan internasional untuk membangun pengaruh politik dan memperluas jangkauan ekonomi, dengan strategi berbasis kedekatan sejarah dan budaya, khususnya terhadap negara-negara Turkic di Asia Tengah.
Bagian yang menarik dari artikel ini adalah penegasan bahwa kerja sama pembangunan internasional oleh negara-negara berkembang tidak selalu meniru model negara maju, tetapi justru berpotensi membentuk pendekatan alternatif berbasis prinsip kesetaraan dan solidaritas Selatan-Selatan. Meski demikian, artikel ini juga mengingatkan bahwa ketika kebijakan bantuan terlalu didominasi oleh agenda domestik, semangat emansipatoris dan partisipatif dari kerja sama pembangunan bisa tergeser oleh kepentingan politik pragmatis.
Artikel ini menjadi bacaan penting, terutama dalam konteks Indonesia yang kini juga mengembangkan lembaga Indonesian Aid sebagai aktor baru dalam diplomasi bantuan luar negeri. Studi ini memberikan referensi strategis dan konseptual yang kuat untuk merancang model bantuan yang relevan dengan konteks politik domestik namun tetap berorientasi pada kontribusi global.
Artikel jurnal selengkapnya dapat dibaca di sini.