
Yogyakarta, 6 Oktober 2025 — Rapat Kerja Forum Dekan Ilmu-Ilmu Sosial (FORDEKIIS) 2025 resmi ditutup oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof. Pratikno, melalui sesi pemaparan yang disampaikan secara daring. Dalam paparannya, Prof. Pratikno menegaskan pentingnya pembaruan dan relevansi ilmu sosial di tengah percepatan perubahan zaman dan kemajuan teknologi.
Ia memperkenalkan konsep “Social Science with Adjective”, yang menggambarkan bahwa ilmu sosial harus selalu bergerak mengikuti perkembangan konteks sosial dan objek kajian baru. “Ilmu sosial tidak bisa berhenti pada isu-isu klasik seperti otonomi daerah atau desentralisasi. Ia harus hadir untuk membaca dan merespons perubahan sosial yang terus berkembang,” ujar Prof. Pratikno.
Lebih lanjut, ia menyoroti kemajuan pesat bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang menuntut ilmu sosial untuk beradaptasi agar tetap relevan dan berkontribusi dalam memahami fenomena baru. Menurutnya, sinergi antara sains dan ilmu sosial menjadi kunci dalam menghadapi tantangan multidimensi yang dihadirkan oleh era digital.
Dalam konteks tersebut, Prof. Pratikno menekankan pentingnya kebijakan yang berpihak pada kedaulatan dan kemanfaatan teknologi, khususnya dalam penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Ia memperkenalkan tiga pendekatan strategis:
-
AI for All – memastikan seluruh masyarakat Indonesia dapat menggunakan AI secara bijak dan inklusif;
-
AI for Many – mengarahkan pengembangan AI untuk kepentingan sosial dan kesejahteraan publik;
-
AI for Few – menyiapkan pembuat kebijakan (policy maker) yang mampu merancang strategi nasional terkait AI yang berpihak pada kemajuan bangsa.
Menutup sesinya, Prof. Pratikno mendorong FORDEKIIS untuk mengambil peran aktif sebagai garda depan dalam mengawal disrupsi ilmu pengetahuan dan teknologi, agar perkembangan di bidang STEM dan AI dapat selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keberlanjutan sosial.
“Ilmu sosial harus hadir bukan hanya untuk menjelaskan perubahan, tetapi untuk memastikan perubahan itu berpihak pada kemanusiaan, kemandirian, dan kesejahteraan bangsa,” pungkasnya.
Melalui refleksi ini, Prof. Pratikno menegaskan kembali pentingnya kolaborasi antara ilmu sosial dan teknologi guna memperkuat daya saing Indonesia di tengah arus globalisasi dan transformasi digital yang semakin cepat.