Yogyakarta, 31 Oktober 2025—Rangkaian kegiatan Mental Health Society (MHS) 2025 resmi ditutup dengan penuh warna dan kehangatan melalui acara “Flower Bouquet Workshop: Petals of Love for Myself”, yang digelar di Selasar Barat FISIPOL UGM. Kegiatan yang diikuti oleh 30 peserta dan 20 panitia, menjadi penutup yang manis dari serangkaian agenda bertema kesehatan mental yang telah berlangsung sepanjang bulan Oktober.
Berbeda dari dua kegiatan sebelumnya yang lebih menekankan aspek reflektif dan diskusi, Flower Bouquet Workshop menghadirkan suasana yang lebih artistik dan ekspresif. Para peserta diajak untuk merayakan apresiasi dan cinta terhadap diri sendiri melalui medium seni merangkai bunga dimana setiap tangkai, warna, dan susunan bunga menjadi simbol makna personal bagi masing-masing individu.
Menurut Ressa Dwi, Projecr Leader MHS 2025, kegiatan ini dirancang untuk menghadirkan makna simbolis tentang bagaimana proses kreativitas dapat menjadi bentuk perhatian terhadap diri sendiri. “Melalui aktivitas merangkai bunga, kami ingin peserta belajar bahwa cinta terhadap diri bisa diwujudkan lewat tindakan kecil yang penuh makna. Setiap bunga yang mereka pilih dan rangkai adalah cerminan nilai, kekuatan, dan hal-hal yang mereka hargai dalam diri mereka,” ungkap Ressa dalam sesi wawancara.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini menghadirkan dekorator bunga profesional yang memandu jalannya workshop. Peserta diperkenalkan pada filosofi di balik setiap jenis bunga mulai dari mawar yang melambangkan cinta, lili yang menggambarkan ketulusan, hingga bunga matahari yang menyimbolkan semangat dan kebahagiaan. Setelah memahami makna tersebut, peserta mulai mengekspresikan kreativitasnya dengan menyusun buket bunga yang menjadi hadiah simbolis bagi diri mereka sendiri.
Salah satu peserta, Amalia Nadila, mengaku mendapat teman baru sekaligus belajar tentang diri sendiri. “Aku jadi kenal teman baru, meskipun beda kelas dan beda angkatan, semua orangnya tetap bisa blend in. Aku juga belajar kesabaran dan kreativitas. Terus satu hal yang aku pelajarin itu, kita nggak harus selalu perfect atau sama dengan orang lain kok. Masing-masing dari kita punya preferensi dan bisa jadi versi diri kita sendiri,” ungkapnya dengan senyum setelah menyelesaikan buket bunganya.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana apresiasi dan relaksasi, tetapi juga ruang eksplorasi diri. Melalui proses memilih, menata, dan merangkai bunga, peserta diajak untuk lebih mengenal diri dan menyalurkan energi positif. Setiap buket yang selesai dirangkai menjadi simbol nyata dari cinta dan penghargaan terhadap diri sendiri — sebuah pengingat lembut bahwa setiap orang layak dirayakan, apa pun bentuknya.
Sebagai penutup rangkaian Mental Health Society 2025, kegiatan ini tidak hanya meninggalkan keindahan dalam bentuk buket bunga, tetapi juga pesan mendalam tentang cinta diri dan kesejahteraan mental. Melalui pendekatan kreatif ini, Mental Health Society 2025 turut berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 3: Good Health and Well-being, dengan menegaskan bahwa kesehatan mental dapat dijaga melalui tindakan sederhana yang berlandaskan kasih sayang pada diri sendiri. (/noor)