Hari terakhir Soprema, Rabu (14/11) dimulai dengan penyelenggaraan presentasi semi finalis kategori Start-Up dan Kick-Off pada pagi hari. Untuk peserta Start-Up dan Kick-Off yang belum lolos ke tahap final, wajib mengikuti coaching clinic yang masing-masing diisi Mohammad Genta Mahardika, S.E. MBA dan Moch Andriza Syarifudin, ST. Peserta Inkubasi pada tahun ini juga ikut serta dalam Pitching Investor yang dimentori oleh perwakilan Usaha Desa, TunaiKita, Pinjam.co.id, Plug and Play, dan BEKRAF. Expo Soprema tahun ini ditutup dengan penampilan dari Tricotado dan penyelenggaraan Birema (Bincang Soprema) keenam dengan tema Sociopreneur Milenial: Kolaborasi Ide Bisnis Sosial di Era Digital.
Mengangkat tema besar “Ekonomi Kreatif di Indonesia”, Korps Mahasiswa HI (KOMAHI) UGM menyelenggarakan Yogyakarta Youth Strategic Forum (YYSF) 2018 sebagai salah satu rangkaian acara HIPHORIA (16/11).
Acara seminar ini mendatangkan dua pembicara utama dengan Mukti R. Setianto, Direktur Perdagangan, Komoditas, dan Hak Intelektual Kementrian Luar Negeri Indonesia, sebagai moderator.
Ardantya Syahreza, Branding Marketing Consultant IDCreativeBrand, mengawali seminar dengan menjelaskan perlunya kreativitas dalam industri ekonomi kreatif. “Kalau barang yang ada di pasar sama, barang tersebut cenderung akan dibandingkan secara harga,” jelasnya.
Seusai istirahat, seluruh peserta inkubasi dan semifinalis kompetisi mengikuti seminar nasional bertajuk “Optimalisasi Wirausaha Muda di Era Disrupsi Digital”, dengan Dr. Imam Gunawan, MAP (Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga RI) sebagai keynote speaker serta Hendro Padmono (Pimpinan BRI Wilayah Yogyakarta), Anggoro (Staf Ahli Talent Development MIKTI), dan Goris Mustaqim (Presiden ASGAR Foundation) sebagai pemateri. Seminar ini dihadiri oleh hampir dua ratus peserta, baik dari kalangan sociopreneur maupun pelajar/mahasiswa.
Dwi Purnomo dari The Local Enablers, memaparkan latar belakang didirikannya komunitas yang berada di Universitas Padjajaran Bandung ini, sebagai wakil dekan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad, ia mendirikan komunitas ini sebagai model pendampingan kewirausahaan pemula sekaligus. Ia selalu menekankan kolaborasi sebagai kunci efektif dalam wirausaha, khususnya di komunitas tersebut.
Pamitra Wineka, presiden Tanifund Fintech atau Tanihub memaparkan kurangnya efisiensi UMKM di Indonesia. “Potret UMKM jumlahnya ada 57,8 juta. Namun hanya 0,01% yang besar,” ujar Eka.
Goris menilai milenial saat ini terbagi menjadi dua karakter, yang tertarik di bidang entrepreneurial dan mereka yang tertarik untuk ikut memberikan social impact melalui social enterprise.
Selain itu, dalam mengoptimalisasi bisnis di era disrupsi, Anggoro, Staf Ahli Talent Development MIKTI menyampaikan gagasan mengapa potensi sociopreneur perlu dikembangkan. “Disruption gak selalu tentang keberlimpahan, tapi juga munculnya kesenjangan sosial dan munculnya kebalikan dari disruption, yaitu ‘destruction’,” ujar Anggoro.
Dalam konferensi pers yang turut dihadiri oleh Ketua Pelaksana Soprema 2018, Hempri Suyatna, Direktur Youth Studies Centre (YouSure) UGM, M. Najib Azca, serta perwakilan Konwil BRI Yogyakarta, M. Sigit Yudanto, Erwan menegaskan bahwa Soprema diselenggarakan oleh Fisipol UGM untuk menindaklanjuti gagasan UGM sebagai kampus sociopreneur. “Fisipol menciptakan ekosistem yang menyiapkan serta memfasilitasi mahasiswa untuk menghadapi tantangan era 4.0 melalui berbagai skema” jelas Erwan. Hal ini senada dengan pernyataan M. Najib Azca, “Melalui kegiatan Soprema, dimensi sosial dari praktik entrepreneurship perlu ditekankan. Oleh karenanya, Fisipol UGM ikut terlibat besar dalam kegiatan ini.”
Mengawali pembicaraanya, Haris mengatakan bahwa Microsoft terus melakukan perkembangan dari tahun ke tahun dan sudah saatnya bagi Microsoft untuk mempunyai visi baru.
Saat ini Microsoft telah mengembangkan sayapnya menjadi perusahaan yang bergerak dalam bisnis awan dan artificial intelligence (AI). Hal terpenting dalam bisnis awan adalah bagaimana perusahaan tersebut menjamin keamanan dari sistem awan mereka dari segala kemungkinan ancaman siber.
“Setiap tahunnya, Micrososft menghabiskan milyaran dolar dalam rangka melakukan riset terkait keamanan siber,” ujar Haris. Selain melakukan riset, upaya lain yang dilakukan Microsoft untuk melindungi pelanggannya adalah dengan melakukan investasi besar, di mana 5 diantaranya berada di Kawasan Asia.
Dalam melihat fenomena bonus demografi, Pungkas menganggap, fase ini dapat dikatakan “bonus” ketika jumlah usia produktif yang lebih banyak dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, ketika jumlah usia produktif yang banyak tidak membawa manfaat maka fase tersebut hanyalah berupa perubahan struktur jumlah penduduk berdasarkan umur.
Menurut Pungkas, salah satu cara untuk memaksimalkan potensi bonus demografi yaitu dengan menerapkan konsep human capital atau modal manusia.
“Human capital itu adalah kunci bagaimana gabungan antara pengetahuan dan skill yang dimiliki seseorang dapat memberikan nilai di dalam pertumbuhan ekonomi,” kata Pungkas.
Unit Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat (UP3M) FISIPOL UGM, mengadakan diskusi mengenai pemanfaatan Big Data (31/10). Diskusi ini menceritakan beberapa fenomena sosial akibat peningkatan penggunaan Big Data; seperti eco chamber, filter bubble, dan penebalan ideologi.Fenomena-fenomena Big Data tersebut pula, yang menurut Arya kian memberikan urgensi bagi riset sosial untuk menggunakan Big Data dalam memahami lebih banyak fenomena sosial-politik di tengah masyarakat modern kini.
Pada diskusi ini UP3M mengundang Dr. Mahmud Syaltout, S.H., DEA., kepala analis ANP-INSIGHT sekaligus dosen Sekolah Pascasarjana Paramadina, sebagai pembicara. Pengalamannya di ANP-INSIGHT yang merupakan perusahaan penyedia informasi, analisis, dan strategi bisnis berbasis data, menjadikan Mahmud sebagai salah satu tokoh terkemuka pengolahan Big Data yang juga telah mendampingi berbagai perusahaan besar bahkan institusi pemerintahan di Indonesia.
Pelatihan dimulai dengan menyiapkan foto potrait masing-masing peserta dan melakukan cropping di Adobe Photoshop. Setelah tahapan cropping selesai, terlihat hasil latar belakang foto yang berubah menjadi transparan. Selanjutnya, foto yang berhasil di crop dipindahkan ke worksheet di Corel Draw.
Senoaji mengarahkan pembuatan desain yang nantinya akan berbentuk curriculum vitae (CV) pada worksheet. Mulai dari memasang foto, menghias font tulisan hingga template untuk keterangan isi CV.
Peserta yang mengikuti kegiatan ini kebanyakan merupakan mahasiswa pemula yang tertarik di dunia desain. Dalam mengaplikasikan pilihan crop, membuat frame dan memberi warna pada pada CV, para staf CDC juga turut membantu para peserta.