Yogyakarta, 24 Oktober 2024─Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang lebih demokratis melalui aktivisme digital, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM), berkolaborasi dengan British Council Alumni UK Social Action Grant, mengadakan peluncuran kelas daring yang berjudul “Netizen Juga Citizen: Menyemarakkan Aktivisme Digital”. Kelas ini dapat diakses oleh kalangan umum melalui FISIPOL UGM Online Campus (FOCUS UGM) secara gratis. Peluncuran kelas daring “Netizen Juga Citizen: Menyemarakkan Aktivisme Digital” merupakan acara yang diselenggarakan oleh IIS UGM yang didukung oleh British Council melalui skema hibah Alumni UK Social Action Grant yang mengangkat topik mengenai “Digital Activism For All.” Kelas daring ini diharapkan dapat membekali masyarakat dengan kemampuan untuk merefleksikan, melakukan, dan melembagakan aktivisme digital.
Beberapa tahun terakhir, prinsip “inklusif dan berkelanjutan” telah diadopsi menjadi prinsip dasar program-program pembangunan di Indonesia. Melanjutkan analisis GEDSI (gender equality, disability, social inclusion) di tingkat nasional yang dilakukan oleh Sekretariat INKLUSI pada tahun 2021, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) melakukan analisis GEDSI di tiga provinsi, yaitu Aceh, DI Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan pada tahun 2023 guna menangkap isu-isu GEDSI di daerah.
Mewujudkan inklusi di berbagai lini tata kelola kebijakan dan layanan publik adalah salah satu target capaian pembangunan pemerintah, namun ada banyak tantangan untuk mewujudkan hal tersebut. Riset Tim Kajian Inklusi Sosial dan Kewargaan Demokratik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada tahun 2021-2024 menemukan bahwa banyak kebijakan yang dibuat di tingkat pusat maupun daerah justru berkontribusi dalam melanggengkan eksklusi dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok marginal. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok: (1) kebijakan yang isinya secara terang-terangan mengeksklusi kelompok tertentu; (2) kebijakan yang isinya mengandung celah yang berpotensi mengeksklusi kelompok tertentu; (3) kebijakan yang secara konten bersifat inklusif, namun berpotensi menimbulkan eksklusi dalam implementasinya; serta (4) pengabaian secara konsisten dari pemerintah terhadap kelompok marginal.
“Jadi kami tidak hanya membangun sebuah inkubasi, tapi ingin membangun sebuah ekosistem. Dimana permasalahan-permasalahan sosial dan ekonomi bisa diselesaikan dari usaha teman-teman. Bagaimana mengintegrasikan bisnis dan sosial yang memberi impact, inilah yang ingin di-highlight dari C-HUB,” kata Massageng Widagdhaprasana selaku Ketua Pelaksana Kegiatan dan Pidato Pembukaannya.
Dengan pendekatan transdisipliner, Creative Hub Fisipol hadir untuk menciptakan peluang dari tantangan serta permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini. Peluang tersebut dikembangkan dengan spirit kewirausahaan sosial. Oleh karena itu, Creative Hub Fisipol menghadirkan program inkubator Talent Pitching Batch 8.
Desi Rahmawati, M.A., Dosen DPP UGM yang turut terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang justru menyetujui adanya kebijakan yang eksklusif. Di Yogyakarta misalnya, survei dan penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa banyak masyarakat mengetahui dan menyetujui adanya kebijakan yang melarang keturunan Tionghoa memiliki tanah Di Yogyakarta.
Tidak hanya itu, Desi juga menceritakan bahwa penerimaan sosial dari masyarakat tidak serta merta melahirkan pengakuan atas hak politik. “Tampaknya warga banyak setuju dengan beberapa kebijakan eksklusif dan penerimaan terhadap sebuah kelompok ternyata tidak selalu dibarengi dengan pengakuan hak politik,” ungkapnya.
Yogyakarta, 22 Oktober 2024─Tim Kajian Inklusi Sosial dan Kewargaan Demokratik Fisipol UGM menggelar acara diseminasi bertajuk “Membaca Inklusi Sosial dari Daerah”. Acara yang diselenggarakan secara hybrid pada hari Selasa (22/10) dihadiri oleh berbagai komunitas dan kalangan yang memiliki perhatian besar terhadap isu-isu inklusi sosial.
Acara ini membahas dua riset yang telah dilakukan sejak tahun 2020. Salah satu dari dua riset yang dibahas dalam acara ini mengambil judul “Darma, Bukan Derma: Inklusi sebagai Proyek Kewargaan” yang menganalisis situasi GEDSI di enam kota/kabupaten, yaitu Banda Aceh dan Bireuen (Aceh), Makassar dan Maros (Sulawesi Selatan), serta Bantul dan Yogyakarta (DI Yogyakarta).
Yogyakarta, 21 Oktober 2024─Fisipol UGM bersama Inklusi dan beragam komunitas lokal menggelar kegiatan Pasar Sepaham pada hari Senin (21/10). Kegiatan ini digelar di Selasar Barat & Taman Sansiro Fisipol mulai pukul 10.00 – 17.00 WIB. Pasar Sepaham menawarkan bermacam bentuk kegiatan mulai dari talkshow, pameran, lokakarya, bazar, pentas seni, dan lain sebagainya.
Putu Alit, selaku Tim Kreatif Pasar Sepaham menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan besar untuk menyediakan ruang aman bagi individu dan komunitas dari beragam latar belakang untuk berinteraksi serta berbagi cerita mengenai isu inklusi. Tidak hanya itu, Putu menyebutkan bahwa Pasar Sepaham juga menjadi media bagi pengunjung untuk membangun solidaritas dan mendorong isu-isu mengenai inklusi. “Harapannya ketika pengunjung hadir bisa memfasilitasi proses-proses yang dapat meningkatkan kepedulian lintas generasi, lintas kelompok agar kelompok yang masih termarjinalkan secara sosial dan politik bisa diakui haknya sebagai manusia,” ungkapnya.
Yogyakarta, 21 Oktober 2024─Acara Pasar SepaHAM (Selalu Peduli akan HAM) 2024 mengadakan layanan skrining kanker serviks yang terbuka untuk umum. Skrining kanker serviks ini merupakan kolaborasi antara Fisipol Wellness Center bersama tim Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PKBI DIY). Pemeriksaan kanker serviks ini ditujukan secara terbuka kepada khalayak umum.
Sesuai dengan tema acara Pasar SepaHAM, skrining ini merupakan perwujudan dalam mendukung hak kesehatan seksual dan reproduksi. Pemeriksaan kanker serviks ini menggunakan metode IVA (Inspeksi Visual Asetat) yang dianjurkan khususnya kepada perempuan yang sudah aktif secara seksual. Bagi perempuan yang melakukan tes IVA tersebut, diwajibkan memenuhi persyaratan, di antaranya : tidak melakukan hubungan seksual maksimal 1×24 jam, tidak sedang menstruasi, dan tidak sedang dalam masa kehamilan. Adapun hasil skrining ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan ke fasilitas kesehatan setempat untuk dilakukan observasi lanjutan.
Yogyakarta, 21 Oktober 2024─Sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM penerima beasiswa The Indonesian AID Scholarship (TIAS) yang didanai oleh pemerintah Indonesia berbagi kesan dan pesan mereka terkait program ini. Masing-masing awardee menyampaikan rasa syukur dan antusiasme mereka dalam menempuh pendidikan di Fisipol UGM melalui program TIAS. Program ini sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ke-4 tentang Pendidikan Berkualitas.
Matilda Dora, mahasiswa asal Kepulauan Solomon yang tengah menempuh studi Magister Hubungan Internasional di Fisipol UGM, merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang ditawarkan oleh program TIAS. “Merupakan suatu kehormatan bagi saya bisa menerima beasiswa TIAS untuk melanjutkan studi magister di salah satu universitas terbaik di Indonesia,” ujar Dora. Dirinya menantikan pengalaman akademik yang menyenangkan dan menikmati keragaman budaya yang kaya di masyarakat multikultural Yogyakarta.
Yogyakarta, 21 Oktober 2024─Dalam rangka menutup Mental Health Society 2024, CDC Fisipol UGM menggelar Pameran bertajuk Fail-A-Bration di Selasar Barat Fisipol UGM pada tanggal 24-25 Oktober 2024. Pameran ini bertujuan untuk memberikan wadah bagi mahasiswa untuk merenungkan pengalaman mereka dengan kegagalan, mendorong pandangan yang lebih positif dan konstruktif terhadap kemunduran dalam hidup.
Tujuan utama dari Pameran Fail-A-Bration adalah memberikan ruang bagi mahasiswa untuk meninjau kegagalan dari sudut pandang baru. Diharapkan mahasiswa dapat memandang kegagalan sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran dan pencapaian, bukan sesuatu yang harus dihindari atau ditakuti. Menurut Valenidha Sulafi, Project Officer Mental Health Society 2024, tema “kegagalan” dipilih secara khusus untuk menginspirasi mahasiswa agar lebih menerima pengalaman jatuh bangun dalam hidup.