Dua pengajar senior Fisipol dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI), Nur Rahmat Yuliantoro dan Siti Muthiah Setiawati menyatakan dukungannya kepada pemerintah Indonesia dalam mengupayakan kemerdekaan Palestina. Dukungan berdasar pada UUD 1945 yang menentang penjajahan bangsa, serta kesesuaian dengan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Meski demikian, dalam konferensi pers pada Kamis (14/12), Rachmat dan Siti menegaskan pandangan ini merefleksikan pandangan keduanya dan bukan Fisipol ataupun Universitas Gadjah Mada.
TALKSHOW “TELAAH KRITIS 3 TAHUN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK”
TALKSHOW “TELAAH KRITIS 3 TAHUN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK”
Menghadirkan KEYNOTE SPEAKER :
Teten Masduki – Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia.
MODERATOR:
Agus Mulyadi
Tsamara Amany
PEMBAHAS:
Prof. Dr. Achmad Nurmandi – Wakil Rektor UMY
Alfath Bagus – Presiden Mahasiswa BEM KM UGM 2017
Alimatul Qibtiyah, Ph.D – Direktur Pusat Studi Wanita UIN
Christophe Bauhet – UNDP Indonesia Country Director
dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) – Bupati Kulonprogo
Drs. Octo Lampito – Pemimpin Redaksi Harian Kedaulatan Rakyat
Dr. Rimawan Pradiptyo – Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar konferensi pers hasil temuan riset yang dilakukan. Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu (13/12) ini mengambil tempat di Gedung BC lantai 2 Ruang BC 201, Fisipol UGM.
Penelitian ini memiliki tema besar tentang intensitas komunikasi virtual di dunia. Sebelumnya, CfDS telah melakukan riset serupa pada tahun 2015. “Tujuan kami adalah adanya database yang tiap dua tahun akan terus di-update terkait konektivitas negara dengan negara lainnya melalui sarana komunikasi virtual,” ungkap Viyasha Rahyaputra, SIP, research manager CfDS UGM.
Mulai Minggu (10/12), Fisipol UGM menjadi tuan rumah Singapore Management University (SMU) Winter Course Program. Selama empat belas hari, 32 mahasiswa asal Singapura tidak hanya akan mendapatkan kuliah tentang keadaan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga studi ekskursi dan company visit ke berbagai perusahaan di Sleman, Surakarta, dan Semarang. Kegiatan ini bertepatan dengan usia ASEAN yang menginjak setengah abad. Momentum ini dimanfaatkan oleh Fisipol, diwakili Global Engagement Office (GEO), dan SMU untuk meningkatkan hubungan antar-masyarakat untuk menguatkan pengertian komunitas regional.
Apakah anda adalah bagian dari orang-orang yang sering mengikuti serial drama kasus korupsi salah satu anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) baru-baru ini? Kasus tersebut memang menjadi perbincangan publik terutama di media sosial. Banyak dari warga net secara kreatif membuat meme yang berkaitan dengan perkembangan kasus tersebut. Mulai dari meme seputar rumah sakit, bakpao, hingga tiang listrik secara masif berkeliaran di berbagai akun dagelan.
Kasus tersebut bukan hanya berhasil memberikan hiburan gratis ke masyarakat, tetapi juga semakin menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga representatif negara seperti DPR, MPR (Majelis Perwakilan Rakyat), maupun DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Hal ini diperjelas oleh Dr. Arie Sujito dalam sambutannya di diskusi yang bertajuk “Revisi Rancangan Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD Perspektif: Sosial, Politik, dan Hukum pada 12 Desember lalu. Menurut Arie, isu seputar kelembagaan negara ini memang mengalami perbedabatan yang berkenaan dengan fungsi representasinya. Bisa dikatakan, tiga lembaga ini “gagal” dalam membangun citra yang baik sebagai lembaga representatif negara. “Apalagi DPR terutama memiliki sorotan yang berkenaan dengan kekosongan kepemimpinan,” tambahnya.
Hedley Bull membuka bukunya dengan tiga pertanyaan. Pertama, apa yang dimaksud dengan keteraturan (order) dalam politik internasional. Kedua, bagaimana order dapat dipertahankan di dalam eksistensi sistem negara yang berdaulat. Ketiga, apakah sistem negara berdaulat dapat menyediakan jalan dalam menciptakan keteraturan dunia.
Pada sesi kali ini (10/12), Institute International Studies (IIS) kembali menggelar Reading Club Suryakanta dengan mengusung buku dari Hedley Bull yang berjudul “The Anarchical Society: A Study of Order in The World Politics”. Bertempat di Gedung BA Ruang 503 Fisipol UGM, Reading Club kali ini menghadirkan Nurhawira Gigih Promono selaku peneliti IIS sebagai pemantik diskusi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 menyatakan bahwa setiap desa berhak atas dana desa yang berasal dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN). Tentu, keputusan ini memberikan angin segar bagi kemajuan pembangunan desa.
Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si selaku Dekan Fisipol UGM dalam sambutannya di Seminar Nasional yang bertajuk “Dana Desa Untuk Kesejahteraan Masyarakat: Appraisal Implementasi 3 Tahun Dana Desa” mengungkapkan bahwa desa adalah elemen penting dalam pembangunan negara. “Selama ini kita masih mengabaikan pentingnya pembangunan desa, realitas yang ada banyak pembangunan yang terus terpusat di perkotaan,” paparnya. Menurut Erwan, dengan adanya dana desa adalah salah satu upaya dalam memajukan pembangunan desa.
Nitilaku Perguruan Kebangsaan
Hari, tanggal: Senin, 17 Desember 2017
Tempat: Pagelaran Kraton Yogyakarta hingga Gedung Pusat UGM
Pukul: 06.00 – selesai.
Holobis Kuntul Baris. Bangun, Singsingkan Lengan Baju. Gotong Royong Bangun Negara.
Usia ASEAN yang telah mencapai 50 tahun menjadi momentum bagi Institute of International Studies (IIS) UGM untuk meningkatkan kajian ASEAN sebagai salah satu area keahlian risetnya. Upaya ini diwujudkan dalam peluncuran buku “50 Years of Amity and Enmity: The Politics of ASEAN Cooperation”, Kamis (7/12) di Digilib Café FISIPOL.
Dua editor buku, Poppy S. Winanti dan Muhammad Rum dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) merumuskan tiga hal sebagai dasar dari penulisan. “Ada tiga alasan yang membuat buku ini penting. Pertama, ASEAN itu ibaratnya tetangga Indonesia. Fokus politik luar negeri kita pasti berkaitan dengan negara-negara anggota ASEAN. Kedua, di usia ASEAN yang ke-50, apakah ikatan antarnegara ini menguat, atau malah melemah,” jelas Rum. Alasan yang ketiga, yaitu adanya tiga perspektif yang berbeda dalam memandang ASEAN. “Yang pertama optimistis dengan ASEAN Way, yang kedua apologetic, dan yang ketiga pesimistis atau yang melihat ASEAN Way sebagai produk politik dan bukan konstruksi identitas masyarakat ASEAN sendiri,” lanjutnya.
“Kamu pernah nulis nggak sih!” Kata-kata yang selalu terngiang di benak perempuan kelahiran 06 Agustus 1995 ini. Lintang Cahyaningsih, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisipol UGM 2013 mengawali masa-masa kuliahnya dengan segudang aktivitas di dunia pers mahasiswa. “Balairung telah banyak memberikan pelajaran bagiku, hingga kini aku menyukai dunia jurnalisme,” pungkas Lintang. Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Balairung UGM memang menjadi rumah kedua bagi Lintang. Banyak hal yang ia dapat dari keluarga hingga pelajaran yang sangat berharga.