Sejak Pk 15.00 WIB hari Rabu (26/11) kemarin sejumlah mahasiswa dan peneliti di lingkup Fisipol menunggu diskusi umum yang diselenggaran oleh Institute of International Studies (IIS). Acara tesrebut tidak hanya diikuti oleh mahasiswa regular saja melainkan mahasiswa asingpun turut hadir dalam diskusi “The Politics of Protection Rackets: Preman, Political Entrepreneur and Electoral Democracy”. Diskusi ini dipaparkan oleh Dr. Ian Wilson, salah seorang peneliti di bidang Asian Studies and Security, Universitas Murdoch.
Puluhan peserta tengah hadir untuk mengikuti diskusi yang diselenggarakan oleh Jurusan Politik dan Pemerintahan (JPP). Bukan hanya mahasiswa program sarjana tetapi juga mahasiswa pascasarjana dan mahasiswa doctoral serta tim peneliti dari Spanyol hadir pada acara Rabu (26/11) kemarin. Turut hadir pula di tengah acara Prof. Purwo Santoso, ketua jurusan sekaligus guru besar di Jurusan Politik dan Pemerintahan serta Rogrido de la Vina, Kepala Deputi dari Kedutaan Besar Spanyol.
Pada kesempatan ini, Dr. Joas Ricart, seorang peneliti dari Spanyol yang menulis buku berkaitan dengan perbedaan partai politik antara Indonesia dan Spanyol memaparkan kajiannya secara mendalam. Kemudian dilanjukan dengan pemaparan dari Dr. rer. pol Mada Sukmajati, dosen senior di Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan, masih dalam topik yang sama. Keduanya memberikan gambaran partai politik dewasa ini dan banyaknya power abuse yang tengah terjadi.
Ditulis Oleh Janianton Damanik
Guru Besar Jurusan PSDK FISIPOL UGM
Publik sering memandang panti sosial (PS) sebelah mata. Ada kesan yang dibuat seolah PS tempat anak dan lansia yang terbuang akibat satu atau hal lain. Sebutan populer yang dilekatkan kepada mereka adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Karena itu, PS identik kumpulan orang bermasalah.
Pandangan ini ada benarnya, meski caranya tidak utuh. PS adalah unit layanan di garis terdepan untuk penanganan masalah sosial. Negara dan masyarakat sipil menghadirkannya untuk merespon malsah sosial yang terus menumpuk. Lebih dari sekedar panti, PS bahkan berfungsi sebagai ‘rumah sakit sosial’ yang menjadi tumpuan untuk menyembuhkan penderita masalah sosial.
Yogya, Tribun – Pengetahuan dan pendidikan politik tak melulu bisa dilakukan dalam bentuk forum formal atau seminar. Pentas seni dengan sejumlah hiburan kreatif pun ternyata bisa menjadi media penyampaian edukasi politik tersebut pada masyarakat umum, mahasiswa hingga pelajar.
Hal itulah yang dilakukan mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisip UGM, melalui kegiatan Artspiration#6 2014. Dengan mengusung tema ‘Move on Indonesiaku’ , pentas seni yang digelar dengan konsep kreatif, digelar di lapangan kampus setempat, Jumat (21/11) malam.
Yogya, Tribun – Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mendorong agar porsi penerimaan mahasiswa baru jalur undangan di kampus itu dapat ditingkatkan.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Gadjah Mada (UGM ) Yogyakarta, Sofian Effendi mengatakan, porsi jalur undangan itu diharapkan lebih menampung lulusan SLTA asal Indoesia Timur dan Barat secara maksimal.
“Jadi yang tadinya (jalur undangan) 50 persen, kami harapkan tahun depan bisa ditingkatkan lagi,” kata Sofian, Sabtu (22/11).
Oleh Derajad Widhyharto
Sosiolog UGM
Membuat cafe bukanlah hal murah dan mudah, mengelola cafe juga tidak sekedar berbekal setumpuk uang tapi juga jaringan. Di Yogyakarta pertumbuhan bisnis cafe tersebut mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan predikat kota besar, kota pendidikan dan kota tujuan wisata. Hampir sebagian besar ruas jalan di pusat kota, maupun pinggir kota pasti menyisakan ruang untuk bisnis cafe ini. Perkembangan ini berkorelasi dengan jumlah pendatang yang masuk ke Yogya, mereka bukan berasal dari desa melainkan dari kota besar yang datang untuk berwisata, sekolah dan bekerja. Mereka butuh bersantai dan melepas penat setelah berwisata, sekolah/kuliah maupun bekerja. Merespn hal di atas cafe tumbuh sebagai ruang “baru” dan kamu mudalah yang menjadi konsumen terbesarnya.
Setelah diwisuda oleh universitas, ribuan wisudawan dan wisudawati FISIPOL UGM bertandang ke fakultas untuk melakukan proses pelepasan di Hall Selasar Barat. Antrean panjang wisudawan dan wisudawati membuat suasana berbeda Fisipol pada Selasa (18/11) siang kemarin. Turut hadir pula para tamu undangan yakni keluarga wisudawan dan wisudawati dari berbagai wilayah. Para sarjana yang kini telah tergabung dalam Kagama dan Kafisipolgama ini terlihat begitu antusias menghadiri acara tersebut.
Tahun ini, Fisipol berhasil meluluskan 170 orang mahasiswanya. Yang tak kalah menarik, lebih dari sepuluh mehasiswa lulus dengan menyandang predikat cumlaude. Tepuk tangan meriah dari tamu undangan dan wisudawan serta wisudawati menambah suasana akrab acara tiwulanan ini. Agenda selanjutnya yang tak kalah penting yakni sesi foto masing- masing jurusan bersama perwakilan dosen Fisipol. Tawa sumringah menghiasi wajah wisudawan dan wisudawati yang puas atas kelulusan mereka. oprc.
Dalam rangka menyambut dies natalis yang ke 65, UGM menyelenggarakan UGM expo yang diadakan di Gedung Grha Sabha Pramana. Selama 5 hari, dari tanggal 17 hingga 21 November 2014 acara ini dipenuhi berbagai stand dari berbagai unit keilmuan yang ada di UGM. Seluruh stand yang terdiri atas fakultas, pusat studi, arsip hingga berbagai UKM turut memeriahkan acara yang berlangsung mulai Pk 09.00 WIB hingga Pk 20.00 WIB tersebut. Berbagai unit ini mememerkan kajian dan kebolehan mereka diberbagai kajian tak terkecuali FISIPOL.
Sejak Pk 08.30 WIB, berbagai tamu undangan hadir dalam seminar internasional Kamis (20/11) kemarin. Acara ini dimotori oleh Asia South Pasific Association for Basic and Adult Education (ASPBAE), salah satu NGO internasional yang concern tentang pendidikan bagi semua lini masyarakat yang bekerjasama dengan Fisipol UGM. Acara yang berlangsung hingga Pk 17.00 WIB ini diselenggarakan dalam rangka ulang tahun Fisipol ke-59 dan peringatan 50 tahun ASPBAE. Acara semakin meriah dengan hadirnya berbagai tamu undangan dari berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, Thailand, Filipina, Srilanka, India, dan berbagai negara Asia Pasifik yang lain.
The Departement of International Relations at the Universitas Gadjah Mada and the School of Politics and International Studies (POLSIS) at the University of Queensland are organizing an international conference to commemorate the 60th Asia-Africa Conference, or also known as Bandung Conference.
"Bandung Conference and Beyond" will critically investigate the significance of Bandung Conference to the making and transformation of international order, security, and justice in post-western world.