Yogyakarta, 24 Juli 2020—Penggunaan video atau telephone conference di tengah karantina saat ini tidak dapat dihindarkan lagi. Masyarakat pun menjadi terbiasa untuk berpindah dari satu rapat daring ke rapat daring lainnya dengan lebih cepat. Hal ini sedikit banyak memengaruhi alokasi waktu masyarakat untuk melakukan hobi mereka, termasuk membaca. Untuk itu, Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik berusaha mewadahi siapa pun untuk memanfaatkan keberadaan video atau teleconference sebagai sarana bertukar informasi bacaan dalam diskusi bernama Pojok Buku MKP. Tidak terbatas pada bedah buku, tetapi forum ini juga dirancang untuk mendiskusikan artikel jurnal, film dokumenter, bahkan podcast dari sudut pandang manajemen dan kebijakan publik.Pada diskusi perdananya kali ini, Pojok Buku MKP diisi oleh Sang Inisiator, Ario Wicaksono—dosen Departemen MKP, dan ditemani oleh Nur Azizah, dosen Departemen Politik dan Pemerintahan. Ario dan Azizah hadir untuk membahas buku berjudul The Slow Professor, sebuah buku yang membahas tentang tuntutan-tuntutan yang dihadapi oleh para akademisi dan pentingnya untuk menerapkan slow movement. Karena buku ini ‘dekat’ dengan kondisi kedua pembicara, baik Ario maupun Azizah juga membagikan pengalamannya menanggapi gagasan-gagasan dalam buku bersampul gambar siput ini.
Nyatanya, akademisi dituntut untuk harus berpindah dari satu tugas ke tugas yg lain, seperti memenuhi ketiga poin tri dharma perguruan tinggi, juga tugas-tugas administratif dan struktural. Dan ternyata, hal ini terjadi tidak hanya di Indonesia, di negara sang penulis buku pun seperti itu. Kondisi ini kemudian memunculkan stres di kalangan akademisi. Ario pun menampilkan hasil riset yang ia temukan mengenai kepuasan kerja dengan stres di kalangan akademisi.
Sayangnya, isu kesehatan mental pada akademisi merupakan suatu permasalahan laten—tidak banyak yang menyadari bahwa ini merupakan isu penting. Pandangan ini muncul karena ada stigma yang melekat bahwa akademisi merupakan kalangan yang rasional. Tuntutan untuk terus rasional itulah yang kemudian menekan kondisi kesehatan mental para akademisi. Buku ini pun menawarkan suatu solusi untuk hal tersebut, yaitu menerapkan slow movement di kalangan akademisi. read more