Bersenang-senang dalam Inklusi di Pasar sepaHAM

Yogyakarta, 24 November 2019—Memperjuangkan hak terkadang terdengar seperti sesuatu yang membutuhkan kerja sangat keras. Memperjuangkan hak terdengar seperti hal yang sangat berkaitan dengan demonstrasi, diskusi dengan pembicara yang merupakan pakar kasus tertentu, atau sebuah kurikulum dalam kelas. Namun, rupanya teman-teman yang menyelenggarakan Pasar sepaHAM memiliki ide alternatif untuk memperjuangkan hak-hak berbagai orang.

Peluncuran perdana acara ini dapat dibilang cukup menarik karena pempromosiannya yang tidak biasa. Dengan promosi yang cukup gencar dari media sosial terutama melalui instagram, panitia Pasar sepaHAM memberi teaser pelan-pelan terhadap acara yang mereka persiapkan. Dengan menggunakan meme audisi Biskuat yang lampau, foto-foto kucing, dan desain jenaka yang salah satunya menggunakan font comic sans, acara ini menggaet peminatnya dengan keunikannya sendiri.

Selain itu, Pasar sepaHAM juga memberikan kesempatan yang cukup luas bagi orang-orang untuk berpatisipasi dalam acara ini baik melalui dukungan uang maupun substansi acara. Sebagai bagian pentingnya, acara ini memiliki salah satu tujuan untuk berdonasi ke Program Jaga-jaga mereka yang akan diberikan kepada para penyintas kejahatan HAM di Jogja. Kembali dengan konten jenakanya, panitia pasar SepaHAM memberikan beberapa alasan mengapa seseorang perlu memberi donasi dalam bentuk uang. Mulai dari alasan yang berhubungan dengan kesesuaian kegiatan donasi ke zodiak dan argumentasi yang disertai meme Pepe the Frog. Pasar sepaHAM juga memberi kesempatan untuk mendonasikan pakaian, aksesoris, buku, dan donasi bentuk-bentuk lainnya.

Dengan konsep pasar yang ‘lebih inklusif’, acara ini menarik banyak komunitas yang berbeda. Mulai dari adanya booth Amnesty International Indonesia, Workshop dari papermoon Pupper Theatre, pembukaan booth dan peragaan cosplay oleh Rifka Annisa, dan bahkan ‘arena klenik’ yang menyediakan tempat bagi peserta festival untuk melihat peruntungan masa depannya melalui horoskop, tarot, ataupun membaca garis tangan. Acara yang bervariasi ini dilaksanakan tidak hanya di taman Sansiro, namun juga di Kantin FISIPOL dan bahkan patung kantin FISIPOL.

Untuk melengkapi acara ini, elemen mahasiswa juga tidak kalah berkontribusi ke acara ini. Forum Musik FISIPOL dan Teater Selasar juga mempersembahkan penampilan untuk dinikmati para peserta. Bahkan dalam kesempatan ini, Leilani Hermiasih atau biasa dikenal dengan nama panggungnya Frau, mempersembahkan sebuah penampilan yang tentunya tidak lupa untuk menyanyikan lagu khasnya yaitu ‘Sepasang Kekasih Yang Pertama Bercinta Di Luar Angkasa’.

Dengan pelaksanaan yang bertempat di Taman Sansiro FISIPOL, suasana festival dan keberagaman terasa khas dalam acara ini. Seorang peserta acara mengaku tertarik untuk datang ke Pasar sepaHAM karena suasana acara yang inklusif dan terpaut tidak membutuhkan uang banyak untuk menikmatinya. Walaupun acara sempat terkena hujan pada hari pelaksanaan, seorang peserta mengaku terkesan karena tingginya antusiasme peserta membuat mereka tidak pergi dan menunda acara, lantas menunjukkan semangat peserta untuk berpartisipasi. Peserta lain justru terkesan karena sifat volunter acara yang tetap dapat menghasilkan partisipasi yang signifikan untuk acara ini. Baik dari donasi, panitia, maupun tenant merupakan kegiatan volunteer. (/Lak)