Beyond the Great Wall #8: Tantangan Keamanan Tradisional dan Non Tradisional Cina di Tahun 2020

Yogyakarta, 15 Mei 2020—Beyond the Great Wall mengangkat isu mengenai strategi yang dilakukan Cina dalam menghadapi tantangan kesehatan dan keamanan. Isu ini diangkat dari kondisi Cina saat ini yang tidak hanya sedang menghadapi pandemi Covid-19, tetapi juga sengketa Laut Cina Selatan yang tidak kunjung usai. Untuk membahas kedua materi ini, Beyond the Great Wall menghadirkan Fadhil Sulaeman, Head of Research and Development SABRI UGM, yang akan membahas “Strategi Tiongkok di Laut Cina Selatan” dan Muhammad Reza, Media Analyst PT Indonesia Indikator, dengan topik “Sistem Jaminan Kesehatan di Tiongkok”. Seri Beyond the Great Wall yang menggunakan metode daring pertama ini dilaksanakan melalui platform Google Meet.

Institute of International Studies atau IIS Ilmu Hubungan Internasional UGM kembali hadir dengan seri Beyond the Great Wall ke-delapan. Beyond the Great Wall adalah forum akademik dwi-bulanan yang secara khusus memberi ruang bagi kalangan akademisi untuk mendiskusikan politik domestik, hubungan luar negeri, sosial budaya, dan isu-isu lain yang sedang berkembang di Cina. Tidak hanya bagi kalangan dosen, Beyond the Great Wall juga memberikan kesempatan bagi peneliti, mahasiswa, maupun kalangan profesional lainnya untuk mempresentasikan riset, tulisan, atau review buku dan artikel jurnal yang berkaitan dengan Cina.

Ruang Google Meet dibuka sejak setengah jam sebelum acara dimulai. Tepat pukul 15.30 WIB, diskusi dibuka oleh Lucke Haryo, Staf Perpustakaan IIS, selaku moderator. Diskusi dibuka dengan sambutan terlebih dahulu oleh Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, dosen Ilmu Hubungan Internasional UGM. Beliau menyampaikan bahwa momen pelaksanaan Beyond the Great Wall kali ini sangat pas, sebab Cina sedang menjadi sorotan atas pandemi Covid-19 dan Laut Cina Selatan.

Diskusi kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Fadhil Sulaeman mengenai strategi Cina di Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan atau LCS merupakan jalur perdagangan global yang krusial, sebab memiliki banyak sumber daya gas, minyak bumi, dan perikanan. LCS juga menjadi jalur kriminal transnasional untuk perdagangan narkoba, perdagangan manusia, barang antik, dan barang palsu. Untuk mempertahankan kedaulatannya di LCS, Cina menjalankan beberapa strategi dan proyek, baik yang ditujukan untuk negara-negara ASEAN maupun untuk Amerika Serikat.

Kepulauan Spratly adalah proyek kekuatan Cina, berupa pulau-pulau buatan, paling utama di Asia Tenggara. Kepulauan ini menjadi pangkalan sipil dan militer yang dilengkapi dengan sistem pertahanan dan serangan. Sistem pertahanan dan serangan yang terdapat di Kepulauan Spratly antara lain jangkauan radar yang berguna untuk mendeteksi seluruh penerbangan yang melewati LCS; jangkauan rudal pertahanan udara yang berguna untuk melindungi seluruh pangkalan Cina di LCS dari serangan udara; jangkauan rudal anti kapal yang berguna untuk menenggelamkan kapal-kapal yang melintas di LCS; dan jangkauan pesawat yang mana seluruh ibu kota negara ASEAN masuk jangkauan serangan udara Cina dari LCS.

Strategi lainnya yang dilakukan oleh Cina adalah melalui Pulau Paracel. Melalui Pulau Paracel, Cina berusaha untuk menyandera Vietnam agar Vietnam tidak banyak membuat banyak kebijakan untuk melawan hegemoni Cina. Dapat dikatakan, strategi melalui Pulau Paracel ini menjadi ancaman utama bagi Vietnam. Cina juga menjalankan strategi melalui Scarborough Shoal, yang merupakan strategi first island chain. Keberadaan Scarborough Shoal, menurut Cina, penting untuk dikendalikan karena membuka opsi untuk serangan pre-emtif, atau menyerang duluan sebelum diserang.

Sementara itu, untuk melawan hegemoni Amerika Serikat, Cina berupaya untuk meningkatkan kekuatan angkatan lautnya agar menyamai kekuatan Amerika. Cina juga berusaha untuk memperluas pengaruh ekonomi dan politiknya di seluruh dunia. Strategi ini lahir sebab ada perbedaan cara pandang antara Cina dan Amerika Serikat, yang mana Amerika Serikat meyakini hak kebebasan navigasi—tidak perlu lapor, bebas bergerak dan melintas di LCS, sementara Cina meyakini hak lintas damai—wajib lapor dan pergerakan di LCS dibatasi. Hal ini kemudian menimbulkan konfrontasi antar kedua pihak di LCS karena kapal perang AS berlayar dan bergerak secara zig-zag di wilayah yang dianggap sebagai laut teritorial Cina tanpa melapor terlebih dahulu.

Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua oleh Muhammad Reza mengenai sistem jaminan kesehatan Cina. Pada awalnya, Cina menerapkan sistem jaminan kesehatan yang biayanya mayoritas disubsidi oleh negara. Namun, sejak tahun 2015, terjadi perubahan kebijakan; terdapat pembagian persentase biaya jaminan kesehatan yang mayoritas ditanggung oleh masyarakat. Terdapat tiga tipe subsidi pembayaran jaminan kesehatan di Cina, yaitu urban employment based-basic yang diperuntukkan bagi pekerja di perkotaan, urban resident basic medical insurance yang diperuntukkan bagi pelajar dan lansia, serta the “new cooperative medical scheme” for rural resident yang diperuntukkan bagi masyarakat pedesaan.

Berkaitan dengan pandemi Covid-19, para pejabat Cina berencana untuk memodernisasi sistem teknologi bidang kesehatan sebagai antisipasi. Sistem teknologi bidang kesehatan ini diharapkan dapat memprediksi pandemi dengan lebih akurat di masa yang akan datang. Alokasi dana secara besar pun dilakukan untuk memperbaiki sistem jaminan kesehatan di Cina. Meski begitu, peningkatan kualitas layanan kesehatan, reformasi rumah sakit publik, perbaikan sumber daya di bidang kesehatan, serta integrasi layanan kesehatan dan sistem pendanaan juga tetap diperlukan.

Sepanjang pemaparan materi, peserta yang memiliki pertanyaan dapat menyampaikannya melalui kolom chat. Setelah materi kedua selesai disampaikan, pertanyaan-pertanyaan tadi satu persatu dijawab oleh para pembicara. Para peserta pun antusias bertanya hingga sesi tanya jawab dilakukan sebanyak total tiga termin. Sebagai penutup diskusi, moderator mempersilakan para pembicara untuk menyampaikan pernyataan penutup. Diskusi pun resmi diakhiri sekitar pukul 17.00 WIB. (/hfz)