Bincang ASEAN: The “New Normal” Community Preparedness in ASEAN Countries bersama Asean Studies Center

Yogyakarta, 3 Juli 2020—Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN kini tengah menghadapi fase new normal setelah kebijakan PSBB dan lockdown mulai dilonggarkan. Untuk menanggapi fase baru ini, Asean Studies Center (ASC) Fisipol UGM mengadakan webinar bertajuk Bincang ASEAN: The “New Normal” Community Preparedness in ASEAN Countries melalui YouTube pada Jumat (3/7). Webinar tersebut dipandu oleh Fadilah Rahma, Program Intern ASC sebagai MC dan Tunggul Wicaksono, Research Officer ASC sebagai moderator. ASC menghadirkan Phar Kim Beng, Former Director of Political and Security Community Department di Sekretariat ASEAN sebagai pemateri. Webinar berlangsung mulai pukul 14.00 hingga 15.30 WIB.

Phar Kim Beng mengawali materinya dengan sebuah statement, “New Normal bukanlah sesuatu yang benar-benar baru”. Istilah new normal sendiri digunakan oleh pemerintah dan masyarakat ketika manusia akan menghadapi fase kehidupan yang baru. Kim menyampaikan bahwa istilah tersebut pernah digunakan paska Perang Dunia I dan II serta Perang Dingin. New normal sendiri berarti menormalkan kembali kegiatan sosial dan ekonomi yang perkembangannya sempat terhenti ketika pandemi. Kim juga memaparkan bahwa istilah new normal dipopulerkan oleh pemerintah melalui SOP (Standard Operating Procedure) baru, seperti pembatasan jarak individu, menggunakan masker, mencuci tangan, serta hal-hal lain yang dapat mengurangi potensi transmisi COVID-19. Menurut Kim, yang harus dipahami tentang new normal adalah, ketika manusia menghadapi krisis yang berpengaruh besar pada sosial dan ekonomi, pemerintah dan masyarakat akan mengadopsi new normal. “Jika vaksin yang dapat melindungi manusia dari COVID-19 tidak ditemukan, pandemi dapat menjadi endemi sebagai resiko terbesar,” terang Kim.

Kim menyampaikan bahwa transmisi virus dapat berlangsung dalam tiga babak, yaitu transmisi hewan ke hewan, hewan ke manusia, hingga manusia ke manusia. Hal tersebut lah yang menurut Kim menjadi dasar pemerintah dan pemegang kebijakan untuk memahami potensi pandemi. Kim juga membahas kesuksesan Vietnam dalam menangani COVID-19, yang tak terlepas dari berbagai faktor termasuk hubungannya dengan China dan kemajuan riset tentang virus. Menurut Kim, jika Indonesia atau negara lain ingin mengikuti jejak Vietnam, dapat memulai dengan mencari fasilitas riset medis dari luar negeri untuk diajak bekerja sama.

ASC membuka kesempatan peserta webinar untuk bertanya langsung kepada Phar Kim Beng melalui kolom komentar di YouTube. Salah satu pertanyaan adalah bagaimana peneliti dan lembaga riset mengimplementasikan new normal dalam kegiatannya. Menurut Kim, hal tersebut dapat dimulai dengan berlaku disiplin sesuai SOP baru supaya transmisi virus dapat diminimalisir dan new normal berlangsung secara efisien. Webinar berakhir setelah sesi tanya jawab, dan siaran ulangnya dapat disaksikan kembali melalui kanal YouTube ASEAN Studies Center UGM. (/tr)