#BRIWORKNgobrolBareng X Populi.co: Dating Apps Jadi Solusi Interaksi di Masa Pandemi

Yogyakarta, 5 Mei 2020—Pandemi Covid-19 telah mengubah pola hidup masyarakat, terutama dalam hal interaksi sosial. Di Indonesia, pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat interaksi sosial masyarakat dibatasi. Pertemuan fisik tak lagi dapat dilaksanakan seperti biasa. Sementara untuk tetap dapat berinteraksi, orang-orang perlu mencari jalan lain.

Jalan lain itu dibahas dalam #BRIWORKNgobrolBareng X Populi pada Selasa (05/05/20) lalu. Acara dipandu oleh Risaza Madani (Briwork Fisipol UGM) dan Geraldy Sam (Populi.co). Lewat panggilan video Zoom, keduanya membahas keberadaan dating apps—khususnya Tinder—sebagai solusi bagi setiap orang untuk tetap dapat berinteraksi di masa pandemi. Menurut Geraldy, di tengah keterbatasan untuk berkegiatan secara fisik, Tinder memenuhi kebutuhan individu untuk tetap berinteraksi. Hal itu perlu guna memenuhi naluri alamiah manusia.

“Sebagai makhluk sosial, kita butuh berinteraksi dengan orang lain,” kata Geraldy. Ia mengatakan, pandemi menghadapkan masyarakat pada kondisi yang, orang-orang lumrah menyebutnya, “new-normal”. “New-normal” itu tak cuma terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. “Di masa pandemi, terbatasnya kegiatan fisik membuat orang sering menggunakan aplikasi. Kita jadi ketagihan dan merasa dimudahkan,” kata Geraldy. Di titik inilah, kata Geraldy, Tinder menjadi pilihan sarana interaksi antarindividu.

Sebagai dating apps, Tinder tak hanya dapat digunakan untuk mencari pasangan. Di sana, orang bisa berkenalan dan mencari rekan untuk mengobrolkan berbagai hal. Hal itulah yang menjadi inti kebutuhan manusia untuk berinteraksi. “Pandemi mengubah segalanya. Kita butuh berkenalan dengan orang lain atau orang baru, padahal (kita) seperti sedang terkungkung dalam sebuah ruang,” kata Geraldy.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Madani. Sebagai pengguna, Madani mengatakan bahwa ia tak secara khusus menggunakan Tinder untuk mencari pasangan. “Aku install Tinder untuk chilling time,” kata Madani. Di sisi lain, Madani mengatakan bahwa orang-orang kerap menggunakan Tinder untuk mencari partner diskusi, bersosialisasi, bahkan bimbingan skripsi. Sekali lagi, sebagaimana Geraldy, Madani mengatakan bahwa penggunaan Tinder di masa pandemi ialah tentang kebutuhan interaksi manusia, dan tak melulu soal pasangan.

“Sebagai makhluk sosial, manusia harus terus berinteraksi dan bersinggungan dengan orang lain. Ketika dihadapkan di situasi yang terbatas, hasrat itu tetap muncul. Di kondisi itu, Tinder bisa jadi salah satu solusi,” kata Madani. Tak heran, di tengah kondisi seperti sekarang, pengguna Tinder di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 20%. Hal tersebut terjadi sejak Februari (4/20) lalu. “(Kenaikan) itu juga terjadi di negara-negara lain,” kata Geraldy.

Di sisi lain, Madani menyatakan bahwa mengingat fungsi utamanya ialah sebagai dating apps, Tinder memberi syarat umur minimal delapan belas tahun bagi penggunanya. Tujuan syarat tersebut ialah menghindarkan pengguna dari terjadinya hal-hal buruk. Dari situ, Tinder dapat menjadi sarana interaksi yang aman bagi individu di masa pandemi. (/Snr)