battleground. Nana sendiri lebih memfokuskan pemaparannya pada momen kritis yang muncul dalam masa transisi konflik, masa ketika suatu diskursus mengalami dislokasi dan memiliki posibilitas untuk bergeser dari diskursus itu sendiri. Momen kritis inilah yang dianalisis oleh Nana dengan sudut pandang diskursus dan dramaturgi. Untuk memberikan pemaparan yang lebih riil dan konkret, Nana menggunakan studi kasus konflik antar penyedia layanan taksi online sebagai bahan eksplorasi. Melengkapi pembahasan terkait hasil temuannya, Nana mengakhiri pemaparannya dengan beberapa refleksi terkait analisis konflik. Salah satu refleksi dari temuannya menunjukkan bahwa momen kritis dan analisis dramaturgi dapat menjadi alternatif untuk menganalisis suatu konflik. Dengan konsep momen kritis, kompleksitas dan multidimensionalitas konflik yang terjadi dapat lebih terlihat. Begitu pula dengan sudut pandang dramaturgi yang mampu memberikan perspektif material atas konflik yang terjadi.
Berita
Rikardo memulai diskusi dengan penjelasan bahwa masalah-masalah sosial yang muncul dari isu penguasaan tanah tidak bisa dilepaskan dari kebijakan dan regulasi. “Masalah sosial dan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari kebijakan dan regulasi yang menaunginya, utamanya kalau kita tempatkan dia sebagai penyebab”, imbuh Rikardo. Ia juga menambahkan bahwa kebijakan dan regulasi mengenai penguasaan tanah pada beberapa kasus turut memicu konflik-konflik atau sengketa mengenai penguasaan tanah.
Dalam pemaparannya, Rikardo menyebutkan setidaknya ada empat penyebab kasus tenurial. Pertama yaitu ketidakjelasan klaim hak penguasaan tanah. Kedua adalah pemberian izin atau hak oleh pemerintah yang juga menjadi sumber konflik. Ketiga, distribusi manfaat yang tidak merata, hal ini ditekankan Rikardo bahwa ketimpangan kekuasaan turut menyebabkan distribusi tidak merata. Keempat yaitu perilaku menguangkan konflik oleh para free rider dan intermediaries, misalnya oleh organisasi masyarakat setempat.
Yogyakarta, 28 April 2021 – Jamaah Muslim Fisipol (JMF) UGM menyelenggarakan rangkaian kegiatan tahunan Ramadhan di Fisipol (RdF) secara daring di tahun 2021. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan terdiri atas penggalangan donasi, Kelas Online, Kajian Zoom, Bincang Santuy, serta perlombaan kaligrafi dan fotografi.
Muhammad Firza selaku ketua penyelenggara menyebutkan bahwa RdF 1442 H mengusung tema Maryam, dengan kepanjangan Marhaban Yaa Ramadhan, Meraih Keberkahan di Bulan Ramadhan. “Kami ingin menggunakan momentum bulan Ramadhan 1442 H ini menjadi momen untuk mendapatkan keberkahan sekaligus memperbaiki iman dan akhlak kita semua,” kata mahasiswa Hubungan Internasional UGM angkatan 2020 tersebut.
Dalam diskusi ini, Milda menawarkan pendekatan kritis untuk memahami terjadinya kekerasan seksual. “Ada beberapa istilah yang mampu menjelaskan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan”, ungkapnya. Pertama, misogini yang terkait dengan seksisme, kebencian, dan kecurigaan terhadap perempuan. Kedua, sistem sosial yang memberikan keistimewaan pada laki-laki. Ketiga, relasi kuasa yang timpang, ini seringkali muncul dalam hubungan intimasi yang mengontrol perilaku. Keempat yaitu male gaze, konsep yang menekankan pengambilan sudut pandang laki-laki dalam melihat fenomena, sehingga tubuh perempuan mengalami seksualisasi. Kelima, maskulinitas yang menghegemoni yang direproduksi oleh sistem yang heteronormatif.
Dipandu oleh Jyestha Bashsha, alumni Hubungan Internasional UGM angkatan 2011, selaku Business Development Manager Artha Graha Group, DiskusHI #7 ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Shakina Dharma dari alumni angkatan 2006 dan Adrian Ishak dari alumni angkatan 2012. Shakina sendiri saat ini berkarier sebagai Senior Brand Manager di Unilever, sementara itu Adrian merupakan Circular Business Development Manager di Danone.
Berbeda dengan DiskusHI sebelum-sebelumnya, DiskusHI kali ini lebih mengedepankan sesi ‘diskusi’ dan tanya jawab dibanding sesi materi. Dalam materi awal yang dibawakan oleh masing-masing narasumber, penjelasan hanya berupa pengantar singkat mengenai perusahaan tempat kedua narasumber bekerja dan sedikit kisah perjalanan keduanya hingga pada posisinya sekarang. Kisah dan sudut pandang kedua narasumber lebih banyak dikulik dalam sesi diskusi dan tanya jawab dengan moderator serta para peserta.
Menilik Krisis Kesetaraan Pendidikan pada Era Pandemi dalam Visitasi Daring Organization of Humanity
Dengan latar belakangnya masing-masing, kedua narasumber membahas fenomena krisis kesetaraan pendidikan di era pandemi COVID-19 dari sudut pandang yang berbeda. Fajar, sebagai narasumber pertama, membahas fenomena tersebut dari ranah digital. Fajar menjelaskan bahwa Program Belajar dari Rumah tentu sangat berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur digital. Dan, infrastruktur digital tidak hanya terkait dengan kepemilikan ponsel saja, tetapi juga terkait dengan koneksi internet yang stabil dan kepemilikan laptop. Sayangnya, ketimpangan dari infrastruktur digital ini bahkan tidak hanya terjadi di daerah-daerah terpencil, tetapi juga terjadi di kota-kota besar.
Yogyakarta, 17 April 2021━Untuk pertama kalinya, Keluarga Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada atau KAFISPOLGAMA mengadakan musyawarah nasional (Munas) secara daring pada Sabtu (17/4). Diselenggarakan secara terbatas melalui platform Zoom Meeting dan dapat diakses untuk umum melalui kanal Youtube resmi FISIPOL UGM, Munas keempat KAFISPOLGAMA ini dihadiri oleh para alumni dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam Munas kali ini, KAFISPOLGAMA memiliki tujuh kandidat calon ketua umum untuk periode 2021-2025, yaitu Setya Utama (Administrasi Negara 1987), Ade Siti Barokah (Sosiologi 1991), Yusra Abdi (Ilmu Sosiatri 1986), Iwan Setiawan Arifin Manasa (Komunikasi 2002), Danang Girindrawardana (Komunikasi 1988), Teguh Setyabudi (Politik dan Pemerintahan 1986), dan Amril Buamona (Hubungan Internasional 1992).“Selain untuk menentukan ketua umum KAFISPOLGAMA periode 2021-2025, Munas ini juga diharapkan dapat diberikan dampak yang lebih bermanfaat juga bagi para mahasiswa sekarang,” ungkap Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto selaku Dekan FISIPOL UGM dalam sambutannya pada awal acara. Sambutan pun juga diberikan oleh Ketua Umum KAFISPOLGAMA periode 2016-2020 dan Ketua Umum KAGAMA.
Yogyakarta, 16 April 2021—Sebagai bentuk perhatian terhadap aktivitas perkuliahan daring bagi Mahasiswa dan Mahasiswi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL UGM) melalui Unit Inovasi Akademik (UIA) menyelenggarakan “Serial Workshop: Penunjang Pembelajaran Daring”. Penyelenggaraan workshop ini memfasilitasi sarana belajar secara langsung dengan penyampaian paparan materi beserta tutorial singkat yang dipandu oleh fasilitator. Adapun rangkaian yang telah dimulai sejak 9 April lalu dengan topik Pembuatan dan Editing Video ini, dilanjutkan dengan dua sesi terakhir dengan pembahasan terkait Pembuatan Infografis yang dihelat pada 15 April, serta topik Cloud Storage and Collaborative Platforms yang berlangsung pada 16 April 2021.
Merespon hal tersebut, Fajar Cahyono menyarankan untuk tidak menangkap secara parsial riset yang dikeluarkan oleh Microsoft. Apalagi jika kita memahami riset tersebut secara utuh, metodologi yang digunakan adalah non probability sampling yang mana hanya berlaku pada orang yang disurvei dan tidak dapat digeneralisasi. Dengan demikian, diperlukan riset lanjutan untuk memperkuat hasil.
“Harapannya kita tidak terlalu responsif dan tidak mengafirmasi secara berlebihan apa yang dikatakan Microsoft karena memang dari metodologi tidak bisa digeneralisasi,” kata Fajar Cahyono. Fajar juga menyampaikan bahwa sebenarnya sudah ada aturan normatif dalam bentuk UU ITE, namun tidak ada yang mengatur secara spesifik berkaitan dengan arahan untuk literasi digital dimana seharusnya ini dijadikan program nasional. Tantangan literasi digital bukan saja kemampuan pengguna tetapi juga terkandung roadmap literasi digital Indonesia. Ndoro Kakung menyampaikan ada empat hal yang harus dipahami sebagai literasi digital. Di antaranya; kecakapan bermedia sosial, mengetahui budaya bermedia sosial, memahami etika digital, dan memiliki pengetahuan tentang keamanan digital.
Masuk ke sesi sharing, Moderator menyampaikan latar belakang mengenai program pitching yang ada di Fisipol UGM. Dalam penuturannya, Ia mengungkapkan bahwa secara kapasitas generasi muda saat ini memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik. Hal ini dapat ditemui dari berbagai fenomena dimana anak muda seringkali bekerja di lingkungan yang tidak cukup in line dengan bidang studi mereka di bangku kuliah. Sedangkan dari sisi latar belakang fakultas, Dekan Fisipol UGM melihat bahwa terdapat banyak pelaku startup yang terlalu profit oriented, padahal sebenarnya jika ingin sustain salah satu hal yang perlu dilihat adalah soal masalah, dan masalah sosial merupakan salah satu hal yang cukup terkemuka. Karenanya Fisipol mengambil andil untuk turut memfasilitasi pengembangan inovasi Social Start Up.