Cerita dari Pengusaha Lokal: Strategi Bisnis UMKM di Masa Pandemi

Yogyakarta, 25 September 2020—BRIWORK Fisipol UGM yang dipandu oleh Karina Yusuf kembali menggelar rangkaian sharing session yang merupakan kolaborasi dengan Indonesia Mall dalam tajuk #BRIWORKMikirBareng. Sesi diskusi yang menghabiskan waktu selama satu jam ini  mengusung tema Komunitas sebagai Kekuatan dalam Berbisnis di Era Pandemi dengan turut menggandeng Susi Harini (Owner AADS Foods) dan Afiat Rasyid Rustamadji (Owner Gue Girang dan Sekretaris BPD DKI Jakarta). Bahasan topik yang cukup menarik ini berhasil mengundang atensi publik dengan datangnya berbagai peserta dari beragam daerah, seperti Sidoarjo, Malang, dan Bogor. Jalannya diskusi diawali dengan Alfiat Rasyid yang memantik audience dengan pemaparan terkait UMKM dalam konteks pandemi.

Bagi Rasyid, UMKM merupakan salah satu roda penggerak ekonomi yang penting karena memiliki kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Akan tetapi, di masa pandemi ini, kelompok UMKM menjadi cukup rentan sebab adanya kebijakan social distancing yang membuat jalannya UMKM ini menjadi terhambat. Adapun hal tersebut dapat dilihat dari berbagai jenis kelompok UMKM yang terklasifikasi mulai dari Kelompok UMKM Mati Suri, Kelompok UMKM Pingsan, Kelompok UMKM Roda Ekonomi Bergerak Pelan, dan Kelompok UMKM Roda Ekonomi Bergerak Kencang. Terdapatnya beberapa kelompok UMKM tersebut dianggap Rasyid dapat diminimalisir jumlahnya dengan menerapkan beberapa tawaran solusi alternatif, yang diantaranya sebagai berikut:

Tawaran Solusi Alternatif Bagi Kelompok UMKM Mati Suri dan Pingsan

Untuk dua kelompok UMKM pertama ini, Rasyid memberikan empat hal yang dapat dilakukan untuk bertahan di masa pandemi, diantaranya pertama segera mencari dan menerapkan model bisnis baru. Kedua, membuat produk-produk yang kiranya adaptable dengan kondisi di masa sulit. Ketiga, rajut silaturahmi dan komunikasi secara aktif dan efektif. Serta, keempat yakni melakukan upgrade terhadap usaha yang dimiliki.

Tawaran Solusi Alternatif Bagi Kelompok UMKM Roda Ekonomi Bergerak Pelan dan Kencang

Pada dasarnya, dua kelompok ini dapat dianggap sebagai kelompok yang sudah settle dengan kondisi di masa pandemi ini. Maka dari itu, solusi yang ditawarkan terhadap Kelompok UMKM Roda Ekonomi Bergerak Pelan dan Kencang diantaranya yakni dengan terus memaksimalkan pemanfaatan marketplace dan media sosial untuk berjualan serta turut membantu Kelompok UMKM Mati Suri dan Pingsan.

Pada dasarnya, tawaran solusi alternatif terhadap cara bertahan untuk UMKM lokal di masa pandemi ini juga dapat diminimalisir dengan menerapkan cara yang dimiliki oleh narasumber kedua, yakni Susi Harini. Selaku pemilik produk keripik bayam khas Sleman yang diberi nama label AADS Foods ini membagikan strategi yang ditempuhnya untuk tetap memasarkan produk keripik bayam yang dimiliki. Susi yang menyatakan dirinya lebih memahami proses produksi ketimbang pada aspek pemasaran produk ini, memanfaatkan keberadaan reseller di daerahnya untuk berjualan produk AADS Foods selama masa pandemi berlangsung. Baginya, strategi ini dapat menjadi solusi yang bisa diterapkan pula bagi pengusaha-pengusaha lokal lainnya.

Menariknya lagi, Susi juga menceritakan pengalaman uniknya dalam memulai bisnis produk keripik bayamnya. Dengan bermodalkan kegigihan belajar bersama komunitas yang ia ikuti untuk mengumpulkan informasi dan pengetahuan terkait bisnis, Susi kemudian meyakinkan diri untuk membuka lapak sendiri dengan bermodalkan dana hanya sebesar Rp 100.000. Uniknya, modal tersebut didukung dengan adanya pemanfaatan bahan produksi yang dimilikinya sendiri di rumah, yakni bayam. Bekal pengetahuan yang diperolehnya selama mengikuti pelatihan di komunitas UMKM membawanya untuk melakukan serangkaian tahapan sebelum membuka AADS Foods. Diantaranya, melakukan perijinan pada Dinas Kesehatan setempat, mencari perijinan untuk label halal dan merk untuk AADS Foods. Lika-liku perjalanan bisnis ini, ditekuni Susi dengan bersungguh-sungguh. Kepada audience, Susi juga menegaskan bahwasanya pihaknya merasa terbantu dengan adanya Indonesia Mall yang turut mewadahi produknya untuk dipasarkan lebih masif.

Selain Susi, Rasyid yang sebelumnya memantik perihal empat jenis kelompok UMKM di masa pandemi ini, juga bercerita tentang Komunitas Sahabat UMKM yang didirikan untuk membantu mewadahi UMKM lokal dalam pelatihan bisnis dan sebagainya. Dari Susi dan Rasyid, peserta diajak memahami bahwasanya UMKM lokal di masa pandemi ini dapat tetap berjalan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan adanya bantuan dari komunitas UMKM yang siap untuk mendukung antar UMKM. Bagi Susi, keberadaan komunitas UMKM bukan sekedar wadah untuk berkumpul. Lebih dari itu, komunitas merupakan tempat belajar, memperoleh, dan menyalurkan support untuk UMKM lainnya. (/Adn).