CfDS Fisipol UGM Gandeng Google for Education Menilik Masa Depan Pendidikan Hybrid

Yogyakarta, 22 Februari 2023–Center for Digital Society (CfDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) kembali hadir dengan Digital Experts Talk #18 yang bertajuk “Masa Depan Pendidikan Hybrid di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19”. Acara yang diadakan secara hybrid di Kantor Google Indonesia pada Rabu (22/2) merupakan kolaborasi antara CfDS dengan Google for Education. Empat narasumber dihadirkan untuk menjadi pembicara, yaitu I Nyoman Rudi Kurniawan, Plt. Direktur Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Bonifasius Wahyu Pudjianto, Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aptika Kominfo; Topari, Guru Teknologi Informatika dan Komunikasi SMA 1 Playen; serta Kuskridho Ambardi, Peneliti CfDS.

Digital Experts Talk kali ini sekaligus bertujuan untuk mendiseminasi hasil penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh CfDS bersama Google for Education mengenai pemanfaatan teknologi dalam pendidikan hybrid di Indonesia. Kuskridho memaparkan temuan dalam penelitian tersebut, termasuk adanya percepatan pesat adopsi teknologi digital akibat pandemi Covid-19. “Pertanyaannya adalah, setelah memasuki era pasca-pandemi, bagaimana keberlanjutan adopsi edtech dan pembelajaran hybrid?”, ungkapnya. Penelitian tersebut berhasil memetakan empat tantangan dalam keberlanjutan pembelajaran hybrid di Indonesia, yaitu terkait ketersediaan infrastruktur digital, kesenjangan akses terhadap perangkat digital, kecakapan digital yang belum merata, dan terhambatnya penyelenggaraan pendidikan karakter.

Pemaparan penelitian kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel untuk melihat isu dari berbagai perspektif. Nyoman menyayangkan mulai ditinggalkannya teknologi dalam kegiatan belajar mengajar akibat kembalinya sistem pembelajaran tatap muka. “Harusnya kita tetap mempertahankan hal-hal baik pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan kita mix dengan yang sebelum pandemi,” ujarnya. Topari turut mengamini hal tersebut, tetapi juga menitikberatkan pada perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengungkap penyebab ditinggalkannya teknologi.

Sedangkan, Bonifasius menekankan pada hasil penelitian yang mengungkap bahwa ketersediaan infrastruktur yang kurang memadai merupakan faktor penting dalam PJJ. “Indonesia yang sangat luas merupakan tantangan bagi Kominfo untuk menyediakan infrastruktur sampai di pelosok,” jelas Bonifasius. Dirinya juga mengungkapkan bahwa ketersediaan infrastruktur harus diikuti dengan kemampuan sumber daya dalam memanfaatkan infrastruktur yang tersedia serta edukasi bagi para siswa untuk bijak menggunakan internet.

Adopsi edtech dalam pembelajaran hybrid pada era pasca-pandemi tentunya memerlukan kesiapan dan kematangan dalam berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi infrastruktur, mindset, sumber daya, serta regulasi. Oleh karena itu, kolaborasi serta sinergi merupakan hal yang krusial dalam mewujudkan pembelajaran hybrid di Indonesia. (/tt)