CfDS; Penggunaan Cloud Computing dalam Bisnis Startups

Yogyakarta, 8 November 2019—Istilah cloud computing mungkin masih terdengar asing bagi beberapa orang. Dalam pembahasannya, cloud computing cukup identik dengan istilah storage, networking, compute dan data base. Menurut Gunawan Susanto, Country Leader Amazon Web Series (AWS) Indonesia, keempat hal di atas hanya bagian kecil dari cloud computing saja. Hal ini ia sampaikan dalam acara CEO Talk yang diadakan oleh Center for Digital Society (CfDS) pada Jumat lalu di Auditorium Lantai 4 Fisipol UGM. Acara kali ini membawa tema “How Could Computing Shapes our Future?”.

Gunawan kemudian bercerita mengenai perkembangan bisnis startups sejak tahun 1995. Di tahun tersebut, pengembangan teknologi startups membutuhkan perangkat keras dan lunak yang memadai di mana dana yang dibutuhkan sangat tinggi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan inovasi masih terbilang sedikit.

Dilanjutkan era tahun 2000 yang ditandai dengan munculnya open source software yang berhasil menurunkan biaya teknologi sebesar 90% dan memicu inovasi. “Tahun 2005 sudah masuk adanya cloud computing. Di era ini, orang yang ingin membuat startups dengan uang misalnya 7 miliar sudah dapat mulai funding. Biaya paling besar yang digunakan di era ini sudah bukan lagi untuk menyuplai teknologi, tapi untuk akuisisi customer dan mencari pekerja yang berbakat,” kata Gunawan.

Hadirnya cloud computing, menurut Gunawan, memberikan akses yang lebih mudah bagi orang-orang untuk memulai sebuah startups. Cloud computing menyediakan medium untuk melakukan eksperimen model bisnis dengan mudah.

“Karena eksperimennya murah dan mudah, jadi meledak sekali. Ini menjadi efektif karena model bisnisnya bisa diuji coba dulu, jika tidak berhasil maka bisa dimatikan, tidak perlu dilanjutkan,” kata Gunawan. Kemudahan yang ditawarkan ini memberikan startups ruang untuk terus berinovasi. Penggunaan cloud computing terbilang murah karena hanya berbayar jika digunakan saja. Jika sedang tidak digunakan atau eksperimen model bisnis ternyata gagal, maka cloud computing bisa dimatikan.

“Teknologi janganlah menjadi batasan. Kalau memang punya ide atau inovasi, jangan takut untuk bereksperimen karena teknologinya mahal karena bisa menggunakan cloud computing,” kata Gunawan. Sejak tahun 2010 hingga sekarang, dana yang diperlukan untuk membangun sebuah startups semakin turun. Gunawan mengatakan, dengan bermodal beberapa ratus juta sudah bisa mulai membangun sebuah startups. Inovasi bukan lagi barang mahal.

“Karena akses terhadap inovasi bukan tergantung siapa yang punya modal paling besar, tapi tergantung pada siapa yang memiliki ide baru dan tahu apa kebutuhan kostumer yang bisa berubah dengan cepat,” ucap Gunawan. Gunawan menjelaskan bahwa secara teknis, cloud computing membantu meringkan beban biaya. Sebelum ada cloud computing, seseorang yang ingin memulai bisnis harus membeli perangkat keras dan lunak serta server terlebih dahulu.

Sejak hadirnya cloud computing, siapapun bisa mendesain sebuah model bisnis untuk suatu kebutuhan, menguji cobanya untuk memprediksi modelnya tepat atau tidak dan kostumernya bertambah atau tidak. “Setelah itu, baru dipikirkan untuk membeli softwarenya. Jadi tidak harus membeli dulu, bisa eksperimen dulu untuk melihat bagaimana model bisnis tersebut berjalan sehingga biaya yang dibutuhkan juga berkurang,” kata Gunawan.

Gunawan percaya, potensi bisnis baru akan terus berkembang dengan cepat dengan adanya cloud computing. Teknologi ini mempermudah pebisnis untuk mengembangkan inovasi dan meminimalisasi biaya tetapi cepat launching ke market. “Saat ini bukan lagi sistem yang harus berpikir rencana harus dijalani dengan sempurana. Di dunia yang baru ini jangan menunggu kesempurnaan karena situasi dan waktu bisa berubah kapan saja. Kita harus gagal cepat dan sedini mungkin untuk melihat situasi,” jelas Gunawan.

Bagi siapapun yang ingin memulai bisnis, Gunawan juga memotivasi untuk memiliki pola pikir bahwa bisnis tersebut harus bisa expanding ke luar Indonesia. Menurutnya, kompetitor pasti ada sehingga pebisnis harus bisa terus memberikan hal-hal yang baru. Gunawan juga menekankan bahwa cloud computing merupakan sistem yang aman dan yang memiliki akses terhadap data adalah si pemilik bukan providernya. Tanggung jawab mengenai bagaimana menggunakan cloud computing itu ada pada penggunanya.

The more you fail the more you learning. Kegagalan dan inovasi adalah 2 sisi koin yang tidak bisa dipisahkan. Semakin banyak gagal maka akan semakin banyak inovasi,” kata Gunawan. Dalam memulai bisnis, siapa target pasar juga perlu diperhatikan. Selain itu, dampak sosial ekonominya juga harus lebih dipikirkan dibanding memikirkan mengenai teknologinya karena teknologinya sudah tersedia dengan mudah, murah, dan aman. (/hsn)