Courtesy Meeting dengan Flinders University: Pembahasan Peluang Kerjasama di Masa Mendatang

Yogyakarta, 10 Juli 2019—Kerjasama dengan universitas luar negeri pastinya merupakan agenda yang cukup diprioritaskan bagi para petinggi perguruan tinggi, tidak terkecuali bagi para dosen FISIPOL UGM.  Kedatangan Professor Vanessa Lemm dan Mr David Nettlefold membuka peluang kerjasama bagi FISIPOL UGM untuk memperluas kesempatan bagi para mahasiswa untuk belajar di luar negeri. Keduanya adalah perwakilan dari Universitas Flinders Australia yang datang ke Yogyakarta dengan tujuan mempererat hubungan dengan UGM. Pihak Flinders juga didampingi oleh Dr Priyambudi Sulistiyanto selaku pengajar senior dari College of Humanities, Arts, and Social Sciences Flinders University. Kedatangan mereka dimulai dengan diadakannya Courtesy Meeting antara pihak Flinders University dan FISIPOL Universitas Gadjah Mada.

Professor Lemm mengawali pembicaraan dengan menyatakan bahwa kesempatan kali ini sangat mungkin untuk merealisasikan peluang-peluang kerja sama yang sudah ada. Erwan Agus Purwanto selaku dekan FISIPOL UGM menanggapi dengan berterima kasih atas kerja sama terdahulu yang telah berhasil dilakukan kedua institusi. Erwan juga berharap akan adanya hubungan lebih dekat antara UGM dan Flinders University di waktu mendatang. Dalam pertemuan ini Erwan ditemani oleh beberapa dosen FISIPOL lainnya seperti, Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, M.P.P, Msc., Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, M.A (IR), Dr. M. Najib Azca, dan Dr. Hendrie Adjie Kuswono.

Agenda selanjutnya diteruskan dengan presentasi dari Pihak Flinders yang disampaikan oleh Professor Lemm. Penjelasan mereka secara alami lebih berfokus dalam pemaparan College of Humanities, Arts, and Social Sciences. Selain memaparkan program studi, Professor Lemm juga berbicara mengenai kota dimana Flinders University berada. Kota Adelaide disebutkan sebagai kota indah yang dipenuhi festival dan keberagaman.

Flinders juga memiliki program lima bahasa yang juga mencakup bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa asia yang diajarkan di Flinders University. Professor Lemm juga memberi pemaparan mengenai program studi lain seperti Creative Arts yang mengajarkan berbagai hal seperti film, seni tari, dan drama.

Presentasi Flinders University kemudian ditutup dengan diskusi antara kedua belah pihak. Upaya kerja sama antara Fisipol dengan Flinders terbuka bagi 6 departemen. Salah satunya bagi departemen komunikasi, potensi kerja sama dengan Creative Arts Program milik Flinders University dianggap sangat menguntungkan. Hal ini sehubungan dengan diadakannya program International Undergradute departemen Ilmu Komunikasi. Departemen Sosiologi juga terlihat mendapat peluang untuk bekerja sama dengan Flinders University dalam rencana mereka untuk membuat Social Transformation Studies.

Kerja sama dengan universitas luar negeri biasanya identik dengan mahasiswa IUP, namun kesempatan tersebut sebenarnya terbuka bagi semua mahasiswa. Para dosen menekankan kesempatan bagi mahasiswa reguler untuk mengikuti program exchange maupun double-degree. Selanjutnya rapat tersebut mengidentifikasi beberapa titik hambatan yang biasanya terjadi dalam proses kerja sama. Masalah yang paling umum adalah perihal penyesuaian kurikulum dan pendanaan. Walaupun pembahasan masalah pendanaan berjalan cukup panjang, rapat tersebut juga mengemukakan bagaimana beberapa hal sudah dalam tahap pengerjaan, sehingga kerja sama bukanlah hal yang perlu dilakukan dari titik nol.