Digital Banking “Jenius” sebagai Solusi Konsekuensi Finansial

Yogyakarta, 26 September 2019—Kemunculan platform digital banking Jenius dijelaskan oleh Wasi B. Sumintardja, Digital Banking Business Product Head Bank BTPN untuk memenuhi kebutuhan finansial masyarakat. Platform Digitak Banking Jenius dirilis tidak lepas dari peran customer sebagai sasaran utama platform ini.

“Kami menciptakan digital banking Jenius ini bukan hanya sebagai produk, tetapi sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang relate. Maka, kami selalu melibatkan calon nasabah dalam pengembangan Jenius, kami melakukan riset sebanyak 280kali setiap tahunnya dengan tujuan untuk memastikan bahwa Jenius benar benar mempermudah masyarakat dalam akses finansial,” ujar Wasi.

Sebelumnya, masyarakat terikat dengan bank secara fisik. Mereka harus datang langsung ke bank untuk melakukan aktivitas transakai. Pola aktivitas ini yang kemudian menjadi spirit tim Jenius untuk menciptakan platform digital banking. Spirit ini kemudian berhasil terwujud juga didorong oleh semakin tingginya pertumbuhan penggunaan internet. “Masyarakat harus datang ke cabang untuk melakukan aktivitas finansial, seperti melakukan registrasi, lapor kehilangan ATM, dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi dasar kami untuk menciptakan Jenius, lebih tepatnya digital banking,” ujar Wasi.

Inovasi perbankan yang dilakukan dengan memanfaatkan internet berhenti sampai di mobile banking. Pada mulanya efektivitas aktivitas finansial masyarakat dipenuhi dengan adanya internet banking dan mobile banking. Namun, ternyata keduanya masih membutuhkan kehadiran nasabah secara langsung ke bank untuk melakukan registrasi.

Berbeda dengan digital banking, proses registrasi dapat dilakukan secara mandiri dengan mengunduh platform digital banking. Maka, interaksi dengan bank tidak harus datang ke bank. “Jenius tidak memerlukan kehadiran nasabah secara langsung ke bank. Calon nasabah dapat registrasi secara mandiri dengan mengunduh platform Jenius dan kemudian proses verifikasi akan dilakukan melalui video call oleh agen Jenius,” ujar Wasi.

Internet dan mobile banking hanya sebuah aplikasi yang memberikan kemudahan dalam bertransaksi, namun tidak memberikan kemudahan nasabah dalam berinteraksi dengan bank. “Maksud berinteraksi disini adalah penyampaian keluhan seperti ganti PIN, ganti password, registrasi awal, hingga lapor kehilangan ATM,” ujar Wasi.

Jenius percaya bahwa setiap keputusan yang diambil dalam hidup pasti akan melibatkan konsekuensi finansial. Melihat hal ini, Jenius hadir sebagai solusi  dalam mengatasi konsekuensi finansial tersebut. “Kami menciptakan Jenius sebagai bentuk digital banking yang inklusif. Mengapa inklusif? Karena kami melibatkan banyak orang, kami mendengarkan banyak orang mengenai apa yang mereka butuhkan dan keluhkan dalam efektifitas aktivitas finansial,” ujar Wasi.

Semua bentuk inklusif yang dilakukan Jenius mereka namai dengan Co.Creation. Mereka juga memanfaatkan adanya segmen digital, yaitu bonus demografi. “Dengan adanya bonus demografi, maka semakin bertambah banyak orang yang akan mengakses internet dan berbenturan dengan konsekuensi finansial,” ujar Wasi.

Keputusan untuk menciptakan produk digital banking yang inklusif kemudian menimbulkan persepsi masyarakat terhadap kehadiran Jenius. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Jenius, masyarakat menilai Jenius sebagai bentuk inovatif sebuah bank, kemudian dapat diandalkan dan menciptakan kenyamanan, dan yang paling penting adalah memberikan keamanan yang dapat dipercaya.

Melibatkan masyarakat dalam kreatifitas penciptaan sebuah produk merupakan hal penting, karena akan berdampak pada jumlah penggunaan dan partisipasi masyarakat terhadap produk tersebut. Maka, keputusan ini adalah keputusan yang paling critical untuk menciptakan sebuah produk.

“Kami mengubah mindset dari bank centric menjadi customer centric. Sehingga, harapannya Jenius menjadi solusi masyarakat untuk mempermudah urusan finansial,” kata Wasi. Diskusi mengenai Digital Banking Jenius diatas dilaksanakan pada (26/09) di Auditorium Fisipol UGM  yang merupakan program Digitalk CfDS Fisipol UGM dan bekersama dengan Jenius bertajuk “Financial Habit in Digital Era : The Value of Our Money”. (/pnm)