Digital Discussion #34: Meningkatkan Keterampilan Menulis dengan Membangun Rutinitas Menulis

Yogyakarta, 21 September 2020—Center for Digital Society FISIPOL UGM menyelenggarakan Digital Discussion yang ke-34 pada Senin malam (21/9). Acara yang bertajuk “Optimizing Your Writing Skill in Digital Area” menghadirkan Amelia Pandu, project officer of research CfDS, sebagai narasumber. Seperti biasa, Made Agus Bayu, event assistant CfDS, memandu jalannya diskusi sebagai moderator. Acara berlangsung melalui platform Whatsapp Group pada 19.00-21.00 WIB.

Pada era digital, banyak sekali kemudahan yang dapat kita rasakan dalam kegiatan menulis, baik dalam proses penulisan maupun pengembangan skill menulis. Adanya internet memudahkan kita dalam mencari sumber referensi materi dalam proses penulisan. Selain itu, kita juga dapat menguji plagiasi dan grammar dengan lebih mudah, serta banyaknya media untuk publikasi tulisan. Sementara itu, menulis sudah menjadi suatu kegiatan yang tak terelakkan bagi mahasiswa. Entah itu esai, tulisan opini, resume materi, review buku, laporan penelitian, makalah, dan sebagainya. Mayoritas perguruan tinggi bahkan masih mewajibkan mahasiswanya untuk menghasilkan karya tulis sebagai syarat mutlak kelulusan.

Tidak hanya dalam konteks akademik saja, dalam konteks berorganisasi menulis juga tidak dapat dihindari. Contohnya, mahasiswa kerap dituntut untuk dapat menulis proposal, konten sosial media, liputan, dan produk tulisan non-ilmiah / non-akademik lainnya. Oleh karena itu demi kelancaran perkuliahan, menjadi penting bagi mahasiswa untuk bisa menikmati menulis. Maka, dibutuhkan strategi yang tepat untuk menumbuhkan kecintaan dan meningkatkan kemampuan menulis. Menurut Amel, strategi pertama agar aktivitas menulis dapat lancar adalah dengan menumbuhkan rasa ingin menulis. Berdasarkan pengalamannya, ada dua cara untuk menggali keinginan menulis tersebut, yaitu:

  • Mengupdate diri dengan pengetahuan, atau situasi terbaru yang tengah terjadi di dunia ini.
  • Berdialog dengan diri sendiri tentang apa yang disukai, tidak disukai, sedang dirasakan, untuk menemukan kisah yang dapat dituliskan.

Namun, terkadang banyak kendala dan hambatan ketika kita akan menulis. Entah karena rasa cemas atau keterpaksaan akan topik yang diberikan. Amel menyarankan agar kita tetap menyalurkan gagasan kita pada tulisan tanpa memikirkan kualitas tulisan terlebih dahulu. “Salurkan saja gagasan kalian dalam tulisan, masalah bagus atau tidak bisa dipikirkan nanti saat merevisi tulisan. Pokoknya, menulis saja dulu,” tutur Amel.

Setelah menumbuhkan rasa ingin menulis,  hal kedua yang harus dilakukan adalah  membangun habitus/kebiasaan menulis. Semakin rajin seseorang menulis, maka semakin cemerlang pula kemampuannya menulis. “Agar terbiasa rajin menulis, cobalah untuk mulai menyisihkan 30 menit dari 24 jam kehidupan kalian sebagai waktu khusus untuk menulis. Gunakanlah waktu itu untuk fokus dan menuliskan apapun yang kalian pikirkan atau rasakan pada saat/hari itu,” ucap Amel. Setelah menerapkan kebiasaan tersebut, baik kiranya jika melatih diri untuk menulis dengan target kata/hari yang terus meningkat..

Selanjutnya, strategi lain untuk membangun kebiasaan menulis adalah dengan selalu membuat outline sebelum menulis. Membuat outline sebelum memulai sebuah tulisan adalah cara terampuh untuk menghasilkan karya tulis yang lebih terstruktur, koheren, dan efisiensi waktu penulisan. Dalam hal ini, Amel juga memberikan contoh outline sederhana yang kerap dibuat sebelum mulai menulis, baik outline untuk penulisan akademik / ilmiah atau outline untuk tulisan non-ilmiah.

Kemudian, Amel menjelaskan tahap-tahap penulisan agar efektif, yaitu dimulai dengan pemilihan tema/topik, mengumpulkan bahan-bahan penulisan yang kredibel, aktual, faktual, dan terpercaya, menyusun outline, menulis, merefleksikan, dan merevisi. Merevisi merupakan langkah sangat penting untuk menghasilkan tulisan yang baik, namun malah sering diabaikan. “Revisi/perbaikan/penyempurnaan tulisan yang dilaksanakan secara berhati-hati dan seksama dapat menghasilkan tulisan yang jelas, terarah, terfokus sesuai dengan keinginan penulis dan pembaca,” ujar Amel. (/Wfr)