DMKP UGM Bahas Isu Sektor Properti Lewat Rilis Hasil Survei Nasional

Yogyakarta, 5 Juni 2023 – Memiliki rumah hunian bagi sebagian orang di saat ini merupakan hal yang sukar. Kondisi ekonomi menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor properti terus meningkat sedangkan generasi muda, khususnya generasi milenial, terjebak dalam pendapatan yang fluktuatif dan ketidakpastian ekonomi. Hasil riset milik Unitrend melalui Departemen Manajemen Kebijakan Publik (DMKP) FISIPOL UGM hadir untuk menyikapi bagaimana industri properti di mata para milenial hari ini, yang dirilis melalui kegiatan Pers Rilis Survei Nasional “Membangun Masa Depan Properti yang Inklusif dan Berkelanjutan” melalui Zoom Meeting pada Selasa (05/06). Rilis menghadirkan narasumber: Ignatius Ardhana Reswara, S.IP (Manager UniTrend), Asta Ivo BS. Meliala (Project Director Perum Perumnas), Dr. Erda Rindrasih (Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik), dan Ratna Indriyani (Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan PUPR).

“Generasi muda saat ini sedang berpacu dengan tingkat pendapatan masyarakat yang laju pacuannya tidak sebanding dengan laju pertumbuhan harga properti,” jelas Ignatius Ardha, selaku Manager Unitrend. 

Berdasarkan data penelitian dengan lebih dari 1000 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, ditemukan bahwa mayoritas generasi muda tidak mendapatkan dukungan finansial dari orang tua untuk mendapatkan rumah hunian pertama mereka. “Padahal menurut penelitian di Amerika, dukungan finansial orang tua memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian rumah pertama bagi orang muda di AS,” lanjut Ardha.

Selain tidak adanya dukungan finansial sehingga generasi milenial harus berjuang sendiri, tantangan lain yang dirasakan generasi ini dalam memperoleh akses rumah hunian juga dipengaruhi oleh pendapatan yang belum stabil, tabungan yang belum cukup, dan belum memiliki pekerjaan tetap. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orang-orang dengan pendidikan rendah cenderung memilih membeli rumah dengan tunai dan belum memiliki kesiapan finansial, sedangkan orang dengan pendidikan lebih tinggi cenderung memahami pembayaran alternatif seperti kredit dan telah memiliki kesiapan finansial.

Asta Ivo, selaku Project Director Perum Perumnas menambahkan bahwa kebutuhan membeli rumah bagi milenial sebagai kebutuhan primer mulai tergeser oleh kebutuhan sekunder hingga tersier lainnya, seperti mobil, alat komunikasi, hingga kebutuhan healing yang dikaitkan dengan kebutuhan refreshing.

Ada kebutuhan sekunder yang digeneralisir jadi kebutuhan primer, ini menjadi hambatan utama ketika milenial yang ingin memiliki perumahan,jelasnya. 

Sebagai developer yang memberikan masukan, pandangan dan hunian bagi masyarakat, Perum Perumnas telah berinisiatif untuk menghadirkan hunian dengan tiga inisiatif utama, mulai dari revitalisasi, konsep TOD (transit oriented development), dan metode precast

Erda Rindrasih, Dosen DMKP, menjelaskan bahwa ada fenomena urban sprawl yang menjadi isu terkait sektor properti. Fenomena ini berkaitan dengan perkembangan spasial kota yang besar, masif, dan luas dan didorong oleh faktor pertumbuhan populasi, peningkatan pendapatan, serta murahnya biaya bepergian. “Ada berbagai dampak akibat urban sprawl ini, seperti kelompok grup termarjinalkan, masalah kesehatan dan kualitas lingkungan, kesehatan mental, hingga market failure.”

Menghadapi persoalan mulai dari isu ketimpangan pendapatan untuk mengakses hunian hingga fenomena urban sprawl, pemerintah dapat melakukan intervensi agar masyarakat mendapat akses pembiayaan lebih baik, “Diperlukan sosialisasi lebih kreatif terkait alternatif atau strategi pembiayaan dan kemudahan akses konsultasi terkait pendapatan untuk masalah dan pemahaman finansial planning,” tukas Ardha. (/dt)