Festival Ajisaka 2019: Pertemuan Kreativitas dan Kecintaan terhadap Lingkungan

Yogyakarta, 23 November 2019—Sabtu malam lalu, area Monumen Jogja Kembali (Monjali) dipenuhi banyak orang. Selain pengunjung Taman Pelangi yang letaknya tepat di samping bangunan monumen, penutupan Festival Ajisaka 2019 membuat suasana di sana semakin hidup. Di bangunan utama, dilaksanakan awarding night Festival Ajisaka 2019. Ajisaka sendiri merupakan singkatan dari Ajang Insan Kreatif Nusantara.

Siang hari di hari yang sama, di Monjali dilaksanakan eksibisi karya dari berbagai cabang lomba Festival Ajisaka dan seminar kreatif. Adapun yang hadir dalam seminar tersebut antara lain Luhki Herwanayogi (Sutradara dari Catchlight Pictures), Aditya Noviardi (Senior Advisor Qcomms), Vissia Ita Yulianto (Head of Training, Program, and Publication Division Center for Southeast Asian Social Studies), Roland Paulus (Group Business Director Isobar Indonesia), dan Yovantra Arief (Excecutive Director Remotivi).

Kelima orang tersebut menjadi pembicara seminar dengan fokus bahasan masing-masing berdasarkan kelima cabang lomba yang dikompetisikan di rangkaian Festival Ajisaka yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Namun, seminar tersebut bukan merupakan acara inti dari rangkaian Festival Ajisaka.

Terhitung sejak penyelenggaraan seminar bertajuk Environment Talk: Pirsa Bentala, Bangkitkan Karsa pada Jumat, 25 Oktober lalu, rangkaian Festival Ajisaka resmi dimulai. Berbagai jenis acara seperti kompetisi, eksibisi karya, pop-up market, seminar, hingga awarding night diselenggarakan dan berhasil meramaikan rangkaian festival.

Pada tahun 2019, Festival Ajisaka memasuki penyelenggaraannya yang keempat. Tahun ini, festival ini mengambil tema besar “Abhipraya Darani: Meluak Plastik” yang bermakna “memiliki harapan untuk bumi dengan mengurangi penggunaan plastik”.

Pemilihan tema tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya jumlah sampah plastik hasil kegiatan manusia saat ini. Berdasarkan studi yang dirilis oleh McKinsey and Co. dan Ocean Conservancy, Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik nomor dua di dunia setelah Cina.

Dengan adanya fakta tersebut, para peserta dituntut untuk secara kreatif merepresentasikan usaha meminimalisir penggunaan plastik lewat karya masing-masing di kelima cabang lomba Festival Ajisaka (Kresna, Sadewa, Arjuna, Nakula, dan Prahasta). Guna mendorong para peserta melakukan usaha tersebut, pihak penyelenggara memberi julukan para peserta dengan sebutan “insan kreatif”.

Secara konsep, penyelenggaraan Festival Ajisaka 2019 memang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Konsep festival sendiri baru dilaksanakan di tahun ini. Sementara di tahun-tahun sebelumnya, penyelenggaraan Ajisaka hanya terdiri dari kompetisi dan perayaan puncak acara dengan awarding night.

“Sejak awal tahun, kami (panitia) memang punya keinginan membuat penyelenggaraan Ajisaka tahun ini berbeda dengan sebelumnya dengan mengadakan beberapa acara pre-event seperti Environment Talk, screening film, eksibisi karya, pop-market, dan seminar. Di tahun-tahun sebelumnya, acara semacam itu belum ada,” tulis Irfan Fadjar Ramadhandi di akun Instagramnya di malam penutupan Festival Ajisaka Sabtu lalu.

Lewat konsep acara yang berbeda tersebut, penyelenggara festival berharap supaya tema “Abhipraya Darani: Meluak Plastik” dapat semakin merasuk di jiwa para peserta maupun masyarakat secara umum. Dengan itu, lewat kreativitas dan kesadaran untuk mencintai lingkungan, setidaknya kita bisa mengusahakan hal-hal baik, bersama-sama. (/Snr)