Fisipol UGM dan Kafispolgama Gelar Acara Syawalan Secara Hybrid

Yogyakarta, 21 Mei 2022─Sabtu (21/5), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM bersama Keluarga Alumni Fisipol Universitas Gadjah Mada (Kafispolgama) menggelar acara Syawalan secara luring terbatas di Selasar Barat Fisipol UGM, dan juga daring melalui Zoom Meeting dan Youtube Fisipol UGM. Acara ini dihadiri oleh keluarga alumni, para dosen, tenaga tendik, dan sejumlah mahasiswa. Serta, pada akhir acara terdapat penampilan hiburan dari Neo Letto.

Syawalan 2022 dengan tema “Meningkatkan Solidaritas Pascapandemi”, merupakan syawalan luring pertama yang diselenggarakan setelah dua tahun pandemi. “Ini sungguh momentum yang sangat membahagiakan bagi kita bersama setelah kita menahan diri untuk tidak saling berkumpul, saling bercengkrama satu sama lain selama dua tahun,” ucap Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas’udi.

Selain ditujukan untuk halal bihalal, acara syawalan ini juga diharapkan dapat meningkatkan solidaritas keluarga besar Fisipol UGM setelah sekian lama tidak ada pertemuan luring selama pandemi. Ketua Kafispolgama, Setya Utama, berharap pandemi tidak mengurangi rasa guyub rukun di antara sesamanya. “Alhamdulillah tahun ini kita masih dapat menyambung tali silaturahim meskipun masih dalam suasana pandemi dan diselenggarakan secara hybrid, saya yakin tidak mengurangi keguyuban dari acara ini,” ucapnya.

Sementara itu, ikrar syawalan disampaikan oleh perwakilan Kafispolgama, perwakilan dosen, dan perwakilan tendik atau tenaga kependidikan. Menanggapi ikrar syawalan, Ketua Senat Fakultas, Susetiawan mengungkapkan pentingnya menjaga ukhuwah (persaudaraan) tidak hanya islamiyah (sesama muslim), tetapi juga wathaniyah (antar-bangsa) dan basyariyah (sesama insan di bumi).

“Inilah wawasan kebangsaan kita, harapan kita Fisipol bisa mengemban amanah ukhuwah ini untuk menjaga Negara Kesaturan Republik Indonesia dan membangun bangsa Indonesia ke depan melalui para alumni yang ada,” ucapnya.

Selanjutnya, hikmah syawalan dan doa bersama disampaikan oleh Yudian Wahyudi selaku Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Yudian mengatakan bahwa idul fitri berarti kembali ke fitrah yang berarti suci.

“Maksudnya, secara alamiah seorang muslim tidak lagi berpuasa dan kembali ke fitrah dalam arti suci karena diampuni dosanya setelah satu bulan Ramadhan. Secara vertikal ke Tuhan itu sudah diampuni, tetapi secara horizontal ke manusia itu harus diselesaikan sesama manusia, ini perlunya syawalan,” ucapnya. (/WP)