
Yogyakarta, 21 Oktober 2025—Guna mendukung pengembangan kompetensi mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Gadjah Mada memberlakukan kebijakan terbaru bagi mahasiswa yang akan lulus. Per Juli 2024, setiap lulusan diwajibkan memiliki sertifikasi English Profieciency Test (EPT) setara TOEFL ITP/IBT, ACEPT, dan IELTS dengan skor minimum. Bagi yang belum memenuhi skor minimum, terdapat dua skema program dukungan untuk menunjang tercapainya skor EPT. Hal ini disampaikan dalam sosialisasi Unit Inovasi Akademik (UIA) pada Senin (20/10).
Kewajiban sertifikasi bahasa inggris ditujukan agar lulusan Fisipol UGM telah memiliki kemampuan dasar sebagai bekal mengawali karir. Disampaikan Ika Wulandari Widyaningrum, M.B.A selaku Koordinator Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, fakultas berharap kebijakan ini dapat mempermudah mahasiswa mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan studi. Adapun skor yang ditetapkan merupakan batas yang ideal untuk menunjukan bahwa lulusan Fisipol UGM telah tersertifikasi dengan kompetensi berbahasa inggris yang baik.
Meskipun demikian, fakultas juga menyadari adanya tantangan dan kendala yang hadir dalam implementasi kebijakan ini. Bagi mahasiswa yang belum memenuhi skor minimum, fakultas menyediakan sejumlah skema program pendukung untuk membantu mahasiswa, yakni kelas Essential Skills di laman FOCUS yang dapat diakses dan dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, serta kelas Peer Learning yang melibatkan mahasiswa di dalam berbagai kelompok belajar.
Pada program FOCUS, mahasiswa dapat memilih tiga skema pelatihan intensif writing dan speaking sesuai kebutuhan. Terdapat level intermediate yang dipandu oleh tutor Fisipol UGM, level upper intermediate berkolaborasi dengan University of Melbourne, serta self-learning yang berisi pendalaman materi dan latihan sederhana di FOCUS. Sedangkan untuk peer learning merupakan program pelatihan bahasa inggris yang dibuka setiap semester dengan durasi 7 pertemuan selama 2-3 bulan. Pembelajaran intensif ini tidak hanya berupa penyampaian materi dan latihan, namun juga memiliki banyak skema belajar melalui presentasi, tugas kelompok, group games, serta English Day.
Dalam pertemuan yang sama, Center for Digital Society (CfDS) juga menyampaikan kompetensi pendukung yang penting dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi, yakni kemampuan digital dasar. Acniah Damayanti, Kepala Career Development Center (CDC) UGM dan Achmed Faiz Yudha Siregar selaku Research Coordinator CfDS UGM membahas perubahan pesat dunia global yang menuntut pengembangan kemampuan digital. Menurut Faiz, mahasiswa dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia digital semakin berkembang pesat. Tentunya perlu ada upaya untuk meningkatkan kompetensi agar dapat bersaing dan berkontribusi di masyarakat.
Untuk menunjang hal tersebut, CfDS UGM memperkenalkan sejumlah program pembelajaran digital yang dapat diakses mahasiswa. Dua mata kuliah tersebut adalah “Tata Kelola Digital” serta “Masyarakat dan Budaya Digital”. Keduanya membahas bagaimana perkembangan digital memiliki dampak besar dalam kehidupan manusia saat ini, seperti tata kelola kebijakan ekonomi, infrastruktur, bahkan partisipasi masyarakat. Tak hanya itu, mata kuliah ini juga menggambarkan seperti apa hubungan transformasi digital dengan isu-isu kemasyarakatan, seperti kesetaraan gender, kesenjangan, dan masa depan digital yang adil dan berkelanjutan.
Upaya Fisipol UGM dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa harapannya dapat mendukung mahasiswa di awal karirnya. Hal ini juga menjadi salah satu upaya bagi fakultas untuk menyediakan layanan pendidikan yang aksesibel, terjangkau, dapat dipelajari di mana pun dan kapan pun. Program ini juga mendukung terciptanya lulusan yang berdaya saing dan mampu berkarya bagi masyarakat.