FISIPOL UGM Gandeng Pusat Studi Pancasila UGM Gelar Diskusi dan Bedah Buku ALDERA Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1998

Yogyakarta, 18 November 2022 – FISIPOL bekerjasama dengan Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada telah menggelar kegiatan diskusi dan bedah buku dengan tema “ALDERA Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1998”. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang Auditorium, FISIPOL UGM dan disiarkan secara langsung melalui akun Youtube Tribun Jogja Official. Diskusi dihadiri oleh pembicara yang merupakan tokoh-tokoh ALDERA pada masanya, yaitu Nezar Patria, M.Sc., M.B.A., (Sekjen SMID 1995-1998), Teddy Wibisana (Penulis Buku Aldera & Aktivis Bogor), Dr. Arie Sujito, S.Soc., M.Si., (Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni) dimoderatori oleh pencetus sumpah mahasiswa yaitu Afnan Malay, dan menghadirkan keynote speaker dari anggota BPK RI, Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si, CFrA, CSFA.

ALDERA merupakan akronim dari Aliansi Demokrasi Rakyat yang berperan penting dalam interaksi perlawanan atas rezim orde baru. Dikutip dalam buku “ALDERA Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1998”. ALDERA adalah sejarah dan spirit kaum muda yang mendorong reformasi 1998. Hingga saat ini, ALDERA telah mencukupkan sebagai gerakan politik kerakyatan dan tidak berubah menjadi partai politik. Meskipun pegiat-pegiat ALDERA sebelumnya kini telah menjadi bagian penting dalam dinamika politik Indonesia.

“Diskusi bedah buku ALDERA ini bertujuan untuk memberikan inspirasi generasi muda untuk dapat membangun Indonesia yang lebih maju dan bermartabat melalui semangat juang dari gerakan mahasiswa terdahulu,” ungkap Diasma Sandi Swandaru dari Perwakilan Kepala Pusat Studi Pancasila UGM dalam sambutannya. 

ALDERA menjadi satu tindakan yang berani untuk melawan rezim otoritas saat itu. Nezar Patria yang berkontribusi dalam penulisan kata pengantar buku ALDERA ini juga mengatakan, “ALDERA mengajarkan kita tentang satu komitmen yaitu politik kerakyatan.” 

Lebih lanjut, Nezar menjelaskan bahwa masa setelah reformasi partai politik yang kapitalis mulai gencar mengincar mahasiswa sehingga terjadi floating democrate. Akibatnya, NGO mulai kehilangan para penerus mudanya dan hanya sedikit NGO yang bertahan dalam ranah politik. Meski demikian, gerakan pemuda saat ini lebih beragam, misalnya keresahan climate change, ketimpagan dan equality yang penyelesaiannya lebih panjang karena berkaitan dengan ekosistem kapitalisme global dan sebagainya.

“Dalam perjalanan pergerakan mahasiswa atau di setiap sejarah yang menghadirkan anak muda, penting untuk ditulis kemudian direfleksikan dan diadakan dialog,” ungkap Arie. Pelajaran dari gerakan ALDERA ini bahwa penting untuk melahirkan ide kreatif tanpa menghilangkan nilai sejarah. (/DT)