FISIPOL UGM Kembali Adakan Dialog dengan Mahasiswa melalui Hearing Dekanat

Yogyakarta, 27 Mei 2025─Dema Fisipol UGM kembali menyelenggarakan “Hearing Dekanat #1 2025”, sebuah forum terbuka yang menghadirkan perwakilan mahasiswa dan jajaran dekanat dalam satu ruang diskusi yang solutif dan konstruktif pada Selasa (27/5) di Selasar Barat. Kegiatan ini menjadi manifestasi nyata dari komitmen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM dalam menciptakan ruang dialog yang inklusif, terbuka, dan berorientasi pada perbaikan berkelanjutan.

Dalam forum yang diinisiasi oleh DEMA Fisipol UGM ini, mahasiswa menyuarakan tujuh isu utama yang selama ini menjadi perhatian dan aspirasi kolektif. Isu-isu tersebut meliputi:

1. Sistem penggolongan Uang Kuliah Tunggal (UKT),
2. Realisasi layanan akademik yang merata,
3. Optimalisasi jam operasional ruang publik di lingkungan fakultas,
4. Pemanfaatan Gedung Yong Ma lantai tiga,
5. Mekanisme peminjaman tempat,
6. Peningkatan sarana dan prasarana bagi mahasiswa difabel, serta
7. Regulasi yang lebih berpihak bagi mahasiswa pekerja magang.

Setiap isu dipaparkan secara runtut oleh perwakilan DEMA, disertai dengan konteks dan urgensinya terhadap kehidupan kampus. Pihak dekanat merespons secara langsung dalam forum tersebut, memberikan tanggapan awal yang menunjukkan keterbukaan dan itikad baik untuk melakukan evaluasi bersama. Hal ini menandai langkah awal menuju perumusan solusi konkret yang dapat diimplementasikan secara bertahap.

Tidak hanya menjadi forum internal kampus, kegiatan Hearing Dekanat ini juga sejalan dengan komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin ke-4 dan ke-10. SDGs nomor 4 menekankan pentingnya pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan merata—tercermin dari dorongan terhadap layanan akademik yang lebih baik serta akses ruang belajar yang optimal bagi semua mahasiswa, termasuk penyandang disabilitas. Sementara itu, SDGs nomor 10 tentang pengurangan ketimpangan, tampak nyata dalam tuntutan transparansi penggolongan UKT serta regulasi yang lebih adil bagi mahasiswa pekerja magang.

Hearing Dekanat ini merupakan aksi konkrit dari Fisipol untuk memberikan wadah bagi semangat kolaborasi antara mahasiswa dan pihak fakultas. Keduanya menyadari pentingnya membangun ekosistem kampus yang tidak hanya akademis, tetapi juga manusiawi, inklusif, dan adaptif terhadap kebutuhan mahasiswa yang kian kompleks.

Dengan dibukanya ruang-ruang seperti ini, Fisipol UGM menunjukkan bahwa perubahan bukan hanya dimulai dari kebijakan, tetapi dari keberanian untuk mendengar dan berdialog.