Futures Studies in Sociology: Optimisme terhadap Bayang-bayang Masa Depan.

Yogyakarta, 23 Agustus 2019—Diskusi kali ini Prof Dr. Jianbang Deng mengajak audiens meraba masa depan. Jianbang Deng datang dari Graduate Institute of Futures Studies Tamkang University, Taiwan. Studium Generale bertajuk Futures Studies in Sociology merupakan inisiatif dari Departemen Sosiologi UGM. Pemilihan topik diskusi dilatarbelakangi oleh diskursus tentang Studi Masa Depan di Indonesia yang masih tergolong minim. “Dan pada saat yang sama, tak ada satu pun orang yang bisa menebak masa depan,” sebut Deng.

Deng membuka diskusi dengan memaparkan data dari Edison Research and the National Election Pool. Data tersebut berisi persebaran demografi penduduk Amerika Serikat pada Pemilihan Presiden AS 2016 lalu. Data tersebut, papar Deng, menjadi bekal penting Donal Trump dan Hillary Clinton dalam menyusun strategi kampanye mereka.

Setelah pemaparan data tersebut, Deng menjelaskan pengertian Futures Studies atau Studi Masa Depan secara konseptual. “Studi Masa Depan adalah disiplin ilmu yang tujuannya mengetahui kondisi yang mungkin dan diharapkan akan terjadi di masa depan,” jelas Deng dengan penekanan pada kata “mungkin” dan “diharapkan”. Secara aplikatif, Futures Studies bertujuan untuk mengetahui bagaimana masa depan dan kondisi masyarakat—secara sosial maupun ekonomi—yang baik di masa mendatang.

Berkenaan dengan hubungan antara Futures Studies dan Sosiologi, Deng menyatakan bahwa keduanya bersifat inheren. Sosiologi, kita ketahui, merupakan ilmu dengan fokus pembahasan tentang masyarakat. Sementara, salah satu tujuan penting yang hendak dicapai Futures Studies adalah mengetahui kondisi masyarakat yang ideal di masa depan, papar Deng.

Di sisi lain, pemanfaatan Futures Studies untuk memformulasikan kondisi masyarakat yang baik tentu tak selamanya mudah. Setidaknya terdapat dua hal yang perlu diperhatikan; a. Butuh pendekatan yang sangat variatif untuk memahami masa depan, dan b. Butuh teori yang berbeda pula untuk mengetahui seperti apa kondisi masyarakat yang baik dan bagaimana mencapainya. “Padahal, saat ini banyak orang mempelajari isu-isu aktual, tapi nihil mempelajari masa depan,” tambah Deng.

Meskipun begitu, Deng tetap konsisten sebagaimana ketika ia membuka kuliah umumnya sejak awal, ia tetap optimis dan menyuguhkan kita dengan harapan. Deng memberi contoh pemanfaatan Futures Studies di Finlandia pada tahun 2016 hingga 2018.

Selama dua tahun, Pemerintah Finlandia melakukan eksperimen ekonomi dengan memberikan uang sebanyak 650 dollar AS perbulan kepada setiap penduduknya. Dengan uang sebanyak itu, setiap orang di Finlandia tetap bisa hidup selama dua tahun tanpa bekerja dan melakukan apapun. “Eksperimen semacam itu dilakukan untuk mengetahui kemampuan penduduk hidup pada titik ekonomi tertentu dan membayangkan kondisi ekonomi negara selama beberapa tahun ke depan.” Jelas Deng

Pada akhirnya, Pemerintah Finlandia mencabut kebijakan itu. Eskperimen tersebut dinilai telah melumpuhkan militansi hidup penduduk dan menguras sumber daya ekonomi negara.  Meskipun eksperimen tersebut terhitung gagal, Deng hendak memberi isyarat bahwa upaya memahami masa depan, bagaimanapun, tetap harus diusahakan. Dan karenanya pula, hidup akan sangat layak dijalani. (/Snr)