IRE Yogyakarta Gandeng PKK Jadi Garda Terdepan Bantu Wujudkan Ketahanan Pangan Lokal

Yogyakarta, 28 Juli 2020—Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan (KOMAP), Fisipol, UGM kembali menggelar rangkaian Sosmas Ceria yang merupakan salah satu program kerja Kedirjenan Strategi Sosial dalam bentuk diskusi rutin yang diselenggarakan secara online dengan menghadirkan narasumber-narasumber yang experts di bidangnya. Tepat di bulan Juli ini, Sosmas Ceria mengajak peserta untuk mengikuti pemaparan topik terkait Peranan PKK dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Bersama IRE Yogyakarta yang diwakili oleh Rajif Dri Angga. Selaku salah satu peneliti dari IRE Yogyakarta, Rajif yang memiliki segudang pengalaman dan publikasi yang salah satunya, baru-baru ini meneliti terkait perkembangan ekonomi kawasan pedesaan di Kabupaten Kuningan, Magelang ini melakukan sharing pengetahuan terkait dampak covid-19 yang salah satunya berimbas terhadap kerentanan pangan.

Munculnya pandemi dinilai Rajif turut berimplikasi terhadap kerentanan pangan yang terjadi di Indonesia. Kerentanan pangan dapat diamati salah satunya dari adanya penurunan daya beli masyarakat akan kebutuhan pangan di pasar yang dalam hal ini menstimulus lahirnya upaya-upaya ketahanan pangan yang dilakukan secara mandiri. Mengupayakan ketahanan pangan yang dilakukan secara mandiri ini dapat menjadi salah satu wujud perubahan perilaku yang dilakukan dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan.

Persoalan kerentanan pangan di masa pandemi ini turut menjadi perhatian IRE Yogyakarta yang berupaya untuk mengajak masyarakat dalam bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan, utamanya dalam skala mikro (lokal). Adapun salah satu main stakeholder yang dituju ialah PKK yang dianggap dapat menjadi garda terdepan dalam membantu mewujudkan ketahanan pangan di masa krisis seperti ini.

Dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan di skala mikro, IRE Yogyakarta memfasilitasi pelatihan hidroponik yang diperuntukkan untuk PKK. Pada dasarnya, pelatihan hidroponik ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan-perempuan dalam membangun ketahanan pangan, utamanya dalam level rumah tangga.

Rajif juga menambahkan bahwasanya pelatihan hidroponik yang difasilitasi oleh IRE Yogyakarta ini memiliki dampak yang bermanfaat tak hanya bagi tiap keluarga, tetapi secara signifikan pun juga bermanfaat bagi desa dimana peranan PKK-nya dapat memaksimalkan penggunaan hidroponik sebagai salah satu strategi untuk menghadang kerentanan pangan. Menariknya lagi, program pelatihan ini juga diikuti oleh anak-anak muda yang memanfaatkan media hidroponik sebagai pengganti keengganan untuk bertani di ladang.

Rajif juga menyebutkan bahwasanya keberhasilan ketahanan pangan tidak hanya dapat diukur dari bagaimana masyarakat dapat menyesuaikan keadaan krisis, tetapi masyarakat diharapkan dapat memiliki tindakan mitigasi, membangun kekokohan, serta mampu pulih dari kukungan krisis pandemi. Setidaknya terdapat tujuh strategi yang dipaparkan Rajif yang dapat mendorong siklus keberhasilan ketahanan pangan, yakni pertama ialah kesadaran untuk membangun tata ruang desa.

Kedua, melakukan diversifikasi pangan dengan berbasiskan pada potensi lokal, inovasi teknologi, dan kampanye pangan lokal. Ketiga, merevitalisasi lumbung pangan di tingkat keluarga dan komunitas desa. Tak kalah penting pula yakni pada bagian keempat, memaksimalkan peran BUM Desa dalam menjaga rantai pasok dan kestabilan harga di tingkat desa.

Selanjutnya, Rajif juga menyebutkan bahwa strategi kelima dapat ditempuh dengan merevitalisasi PKK itu sendiri dengan cara memperkuat kapasitas kelembagaan dan jaringan yang dimiliki. Keenam, terus mengupayakan membangun relasi dan sinergi dengan Pemerintah Desa, BUM Desa, dan LKD lainnya. Serta, terakhir yaitu melakukan pengorganisasian dan pendampingan dengan meningkatkan kapasitas dan kesadaran berorganisasi kader-kader PKK.

Terlepas dari upaya-upaya dalam menerapkan beberapa strategi diatas, hambatan dan tantangan pun akan turut menjadi pelengkap yang dalam hal ini dikatakan bahwa kedua hal tersebut justru berasal dari adanya persoalan struktural seperti kebijakan di tingkat makro yang kiranya susah untuk diintervensi. Yang mana hal ini tidak berlaku dalam mengintervensi pada skala mikro. BUM Desa justru bersinergi dengan PKK dengan menjadi agen pemasaran hasil produksi milik PKK.

Pada penghujung diskusi, Rajif menegaskan bahwasanya situasi kerawanan pangan tidak hanya akan terjadi dalam masa pandemi saja. Situasi-situasi kebencanaan lainnya kiranya perlu juga menjadi perhatian. Pasalnya, “Pangan merupakan sesuatu yang sangat mendasar dan dampaknya sangat bersifat multidimensional dan memiliki jangka waktu yang panjang.” Ujar Rajif. (/Adn).