Kelas Kewirausahaan Sosial: Mentoring Bersama Ainun Najib dan Mas Canggih

Yogyakarta, 5 Maret 2020- Metode belajar bersama antara mahasiswa dan dosen dengan mendatangkan pihak ahli menjadi salah satu upaya menciptakan kelas yang menarik dalam kuliah kewirausahaan sosial. Program kelas kewirausahaan sosial sendiri dipelopori oleh Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM dan didukung oleh Pusat Inovasi dan Kajian Akademik UGM. Terkait pelaksanaan program ini, terdapat tiga metode umum dalam pembelajarannya yaitu polgov talks, kelas inspirasi, dan mentoring. Pada sesi ini, kelas kewirausahaan sosial dilaksanakan dengan mentoring bersama Ainun Najib dari Kawal Pemilu dan Mas Canggih dari Kedata. Pada sesi ini, kuliah juga dipandu oleh dosen dari departemen politik pemerintahan fisipol UGM yaitu Bayu Dardias Kurniadi.

Acara yang mulai berlangsung pada pukul 13.00 WIB dilaksanakan di ruang big data dan diikuti oleh 60 mahasiswa dalam kelas dan 300 mahasiswa melalui kelas virtual. Dalam seri kuliah ini, para peserta diarahkan dalam suatu pembelajaran pemecahan masalah dan mencari solusi. Pada sesi pertama, kuliah kewirausahaan sosial dilaksanakan dalam sesi mentoring bersama Ainun Najib sebagai penggagas KawalPemilu melalui video call. Sesi ini juga dilaksanakan dengan tanya jawab seputar pemilu dan manfaat kawal pemilu dalam penghitungan suara. Dalam hal ini, keberadaan kawal pemilu dapat meminimalisasi perdebatan penghitungan suara dengan data yang lebih akurat.

Selanjutnya, memasuki sesi kedua, mentoring dilaksanakan dengan Mas Canggih dari Kedata yaitu perusahaan konsultan terkemuka di Indonesia dengan pemanfaatan analisis big data. Pada sesi ini, pembahasan berbicara mengenai big data dan manfaatnya. selain itu, Mas Canggih juga berkata bahwa “IOT (internet of thinks) adalah masa depan dimana semua arus informasi terkumpul dalam satu device, maka bisa disimpulkan bahwa IOT itulah yang akan dengan sendirinya menjadi big data”. Kesimpulan pada sesi ini, keberadaan suatu big data dapat menjadi peluang bagi mereka yang dapat memanfaatkannya dengan baik.

“Pelaksanaan program kewirausahaan sosial sendiri diupayakan untuk mempelajari bagaimana memecahkan masalah dan mencari solusi.” Kata Bayu. Oleh karena itu, pada kuliah ini mahasiswa diajak untuk berpikir solutif layaknya seorang wirausahawan. Selain itu, latar belakang dibalik pengadaan ide kelas kewirausahaan sosial juga tidak terlepas dari problematika yang dihadapi oleh seorang wirausahawan. Dalam hal ini, problematika yang dihadapi seorang wirausaha adalah keberadaan birokrasi. Oleh karena itu, program kelas kewirausahaan ini dilaksanakan di Fisipol sebagai fakultas pencetak para birokrat untuk menularkan virus kewirausahaan.

Menurut Wildan Maulana, sebagai salah satu peserta kelas kewirausahaan sosial program ini dinilai cukup menarik dan inovatif. Selain itu, metode yang diajarkan juga efektif dan dapat diterima dengan baik meskipun kelas ini diisi dari berbagai macam prodi yang ada di UGM. Pembelajaran juga cukup menarik karena di dalamnya dapat dilihat secara langsung bagaimana cara mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh dalam kuliah ini. Pada perkembangannya, Wildan berharap, semoga kelas kewirausahaan sosial ini dapat menjadi agenda tetap dan terjamin keberlangsungannya.

Harapan positif juga disampaikan oleh dosen pemandu sekaligus salah satu aktor dibalik lahirnya ide kelas kewirausahaan sosial, Bayu Dardias Kurniadi. Menurutnya, kelas dengan materi yang dapat diterima semua pihak ini, diharapkan dapat terus berlangsung setiap semester.  Selain itu, ia juga menargetkan munculnya start up baru dari keberadaan kelas ini. Oleh sebab itu, ia berharap semoga pendanaan bagi kelas ini dapat terus terjamin dengan lancar. (/mdn)