Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM Raih Juara II dalam LKTI Pekan Riset Ilmiah Mahasiswa Nasional

Tiga mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM kembali menorehkan prestasi dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah PRISMA 2020. Ketiganya yaitu Maulana Aji Negara, Zalsabila Purnama, dan Fery Dwy Setiawan yang merupakan mahasiswa MKP angkatan 2019. Dalam kesempatan tersebut, mereka berhasil meraih JUARA II dengan karya yang berjudul “Perancangan Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Desa Wisata Kakilangit Mangunan Sebagai Model Desa Wisata Unggulan Berbasis Kearifan Lokal”. Acara yang seharusnya berlangsung pada April 2020 di Lombok tersebut terpaksa harus dilanjutkan melalui daring karena situasi Pandemi Covid-19.Pekan Riset Ilmiah Mahasiswa Nasional tersebut merupakan acara yang digelar setiap tahun oleh UKM Penalaran dan Riset Ilmiah UNRAM. Tahun ini, panitia penyelenggara mengusung tema “Peran Pemuda dalam mengoptimalkan Sumber Daya dan IPTEK Guna Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030”. Berdasarkan tema tersebut, Ferry dan teman-teman mengambil sub tema pariwisata dengan mengambil topik salah satu desa wisata di Yogyakarta yaitu Desa Wisata Kakilangit. Penelitian Ferry dan tim berusaha mengidentifikasi potensi, kendala dan strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan dan pengelolaan Desa Wisata Kakilangit.

Berdasarkan penuturan Ferry, Desa Wisata Kakilangit merupakan salah satu destinasi rujukan yang ada di Jogja. “Kami menganalisis bagaimana Kakilangit bisa menjadi destinasi rujukan dan berkembang pesat,” tutur Ferry. Menurut hasil penelitian mereka, Desa Wisata Kakilangit masih sangat mendorong pelestarian budaya lokal, mulai dari kesenian, kuliner, hingga konsep pariwisata yang ditawarkan. Selain itu lokasi yang terletak di perbukitan Dlingo, Bantul serta berada dekat dengan ODTW daerah Bantul menjadikan desa wisata tersebut berpotensi cukup baik.

Namun, di sisi lain Ferry dan tim menganalisis kendala pada pengelolaan Desa Wisata Kaki Langit. Mereka menemukan kendala internal seperti infrastruktur penunjang pariwisata yang belum mencukupi, aksesbilitas, dan kepengurusan yang masih bersifat sukarela. Sedangkan, dari faktor eksternal, mereka menemukan banyaknya investor asing, belum adanya angkutan umum yang menjamah Mangunan, dan belum terjalinnya relasi dengan obyek wisata lain di sekitar Kakilangit. “Peran pemuda dalam pengelolaannya masih sangat minim, sehingga pengelola didominasi oleh para orang tua,” imbuh Ferry. Hal tersebut tentu berdampak dan berbeda jika pada proses pengembangan desa wisata lebih dikelola oleh anak-anak muda.

Maka dari itu, dalam  penelitiannya, Ferry dan tim juga memberikan rancangan strategi yang pas bagi pengelolaan Desa Wisata Kakilangit tersebut. Pertama, pengadaan art gallery dan event kebudayaan secara rutin. Kedua, peningkatan kualitas produk barang dan jasa yang berbasis kearifan lokal dan juga mencanangkan program pembangunan dengan memperhatikan lingkungan. Ketiga, pengadaan Tourist Information Center (TIC) dan pusat oleh-oleh khas Kakilangit. Keempat, mengembangkan sistem desa pintar berbasis online dan bekerja sama dengan biro perjalanan wisata. Kelima, memberikan program pendidikan khusus bagi generasi muda mendalam sebagai upaya peningkatan SDM di bidang pariwisata yang dilakukan dari dua sisi yaitu kuantitas dan kualitas.

Dengan penelitian tersebut, Ferry dan tim berhasil mendapatkan 932 poin dan mengalahkan kurang lebih 300 tim yang berpartisipasi. Meskipun proses seleksi berjalan secara online, Ferry dan tim mengaku menikmati proses seleksi yang ada. Menurut penuturanya, lomba tersebut merupakan pertama kalinya Ferry dan teman-teman mengikuti lomba LKTI secara online. Pasalnya, Ferry dan tim harus pandai mengatur komunikasi karena keterbatasan aktivitas di luar rumah. Mereka juga berencana mengirim karya untuk lomba yang berbeda tentang integrasi pariwisata di Jogja dalam “New Normal” pada 25 Juli mendatang. “Yang jelas, corona tidak menghalangi kami untuk berkreasi,” pungkasnya. (/Ann)