Yogyakarta, 14 Desember 2024─Sejak tahun 2012 hingga 2035, Indonesia diperkirakan memasuki masa bonus demografi dengan mayoritas penduduknya berada di usia produktif, yakni usia 15-30 tahun. Terhitung dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, jumlah anak muda dalam rentang usia tersebut telah mencapai lebih dari 65 juta jiwa. Melimpahnya bonus demografi membawa gagasan menjadikan anak muda sebagai agen perubahan, terutama dalam sektor perekonomian. Salah satunya, sebagai advokator pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi pilar perekonomian nasional.
Dilatarbelakangi oleh hal ini, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) menyelenggarakan acara talkshow bertajuk “Anak Muda dalam Advokasi Pemberdayaan Ekonomi Mikro”. Diselenggarakan pada hari Sabtu (14/12) di Auditorium Fisipol UGM lantai 4, acara ini menggandeng Bank Republik Indonesia (BRI) sebagai bentuk kolaborasi mitra. Dalam diskusi tersebut, Fina Itriyati, Ph.D, Dosen Departemen Sosiologi UGM juga menyampaikan pentingnya peran generasi muda dalam menyokong ekonomi nasional.
“Sebentar lagi kita akan menghadapi bonus demografi, di mana anak muda akan lebih banyak. Dengan kondisi ekonomi saat ini, ada banyak yang perlu dilakukan untuk mendorong peran anak muda,” ucap Fina. Bonus demografi tidak datang di setiap masa, bahkan hanya satu periode dalam peradaban sebuah bangsa. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, bonus demografi justru akan menciptakan masalah baru ketika memasuki usia penduduk tua.
Prof. Rofikoh Rohim, SE, SIP, DEA, Ph.D selaku Wakil Komisaris Utama BRI “Anak muda punya peran strategis untuk memperjuangkan kepentingan pelaku usaha mikro dengan menjadi penghubung antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta,” tutur Rofikoh. Kondisi makro-ekonomi Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan, termasuk melemahnya daya beli masyarakat dan ketidakpastian geopolitik. Tantangan tersebut merupakan efek domino dari pertumbuhan ekonomi global. Namun Indonesia termasuk salah satu negara yang stabil dengan peningkatan 5% per tahunnya.
Disampaikan oleh Rofikoh, Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyadari sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi tulang punggung ekonomi nasional dengan kontribusi sebesar 60,51% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2024. Selain itu, UMKM juga mendukung penyerapan tenaga kerja sebesar 96,92%. Menilik urgensi tersebut, BRI bekomitmen mendorong pertumbuhan UMKM melalui penyaluran kredit untuk mendukung pembiayaan dan modal usaha masyarakat.
Sejalan dengan itu, Rofi Widiastuti, S.Sos, MPH, Kepala Bidang Kualitas Hidup Perempuan, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DIY juga menyebut, UMKM mampu meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok perempuan. “Kalau kita lihat UMKM banyak yang sudah dipegang perempuan, saya kira ini menarik bagaimana para perempuan ini ternyata memiliki kontribusi luar biasa di sektor UMKM,” ujarnya.
Faktanya, sebesar 64% UMKM Indonesia dikelola oleh perempuan. Walaupun banyak usaha yang didirikan hanya sekedar untuk menyambung ekonomi keluarga, namun tidak sedikit juga yang berakhir menjadi bisnis besar bahkan di tingkat ekspor. Hal ini tentunya perlu didukung melalui pendampingan dan pelatihan agar kelompok perempuan bisa terus termotivasi membangun dan meningkatkan UMKM-nya.